Selasa, 30 Juni 2009

[SEFT] Baksos SEFT di Lapas Narkotika Cipinang

Assalamualaikum,

maaf baru posting lagi sekarang sebab baru keluar nih dari Penjara, beneran :D

emang salah apa, koq harus masuk penjara?

 He he he, bukan itu masalahnya.  Kemarin pagi saya mengikuti baksos penyembuhan gratis dengan teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang diselenggarakan oleh Logos Institute dan para alumni pelatihan SEFT di Lapas Narkoba di Cipinang, Jakarta Timur.

Saat itu adalah pengalaman pertama saya masuk ke dalam penjara.  Malam sebelumnya, saya harus menginap di rumah nenek saya sehingga pagi-pagi agak buru-buru pulang dulu ke rumah.  Untung sampai rumah masih jam 7 kurang sehingga masih ada waktu yang cukup untuk ke lokasi.

Sampai di Cipinang, saya turun di seberang penjara.  Saat itu saya cukup keder dan gugup melihat dinding kelabu penjara Cipinang yang berdiri kokoh dan angkuh, lengkap dengan kawat berduri yang melingkar kuat di atasnya.  Saya juga bingung mau masuk dari mana, karena saya sama sekali tidak menyangka bangunannya begitu panjang, dari ujung ke ujung.  

Akhirnya, setelah memberanikan diri dan melakukan tapping untuk mengurangi rasa gugup, saya bertanya pada petugas yang sedang berjaga di depan.  Pak Satpam bilang bahwa Lapas Narkotika terletak di sebelah gedung yang saya masuki.  

Akhirnya, di tempat yang tepat, saya ketemu sama mbak Dina, salah satu staff Logos Institute yang juga koordinator alumni pelatihan.  Lalu, satu demi satu alumni pelatihan SEFT berdatangan, termasuk pak Fuad Baradja, yang dulu pernah jadi bintang sinetron djadoel Jin dan Jun, yang jadi bapaknya Syahrul Gunawan (kalau gak salah, he he he).  

Acara belum dimulai saja Pak Fuad sudah beraksi.  Korbannya petugas kebersihan yang sedang bertugas di lobby (tepatnya sih ruang tunggu, he he he).  Si petugas ini benar-benar ingin berhenti merokok sehingga langsung diterapi di tempat oleh Pak Fuad. 




Pak Fuad juga menggunakan kesempatan saat kami menunggu acara dimulai dengan menceritakan hal-hal yang beliau ketahui tentang rokok.  Kata beliau, Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang belum meratifikasi Pengenalian Tembakau.  Cukai rokok seharusnya tinggi sehingga harganya jadi mahal dan tidak terjangkau masyarakat menengah ke bawah dan anak-anak.  Pak Fuad juga bilang bahwa devisa negara bisa banyak dari rokok sebenarnya mitos semata.  

Lobby tersebut cukup bersih dan ada hasil karya para warga binaan (narapidana) berupa asbak yang ada patungnya dan kaligrafi dari bahan kayu.  

Karena masih banyak alumni yang baru sekali ini mengikuti kegiatan ini, termasuk saya maka kami di-briefing dulu.  Briefing dilaksanakan di salah satu ruang pendidikan oleh mbak Dina dan Mbak Wiwien, salah satu petugas LP  

Setelah briefing selesai, kami memasuki ruangan tempat acara diselenggarakan.  Di sana sudah ada layar dan LCD untuk menayangkan materi pelatihan yang dibawakan oleh salah satu co-trainer SEFT yaitu Pak Eko Nugroho.  

Acara dimulai dengan presentasi oleh Pak Eko.  Selama presentasi tersebut, Pak Eko juga berinteraksi dengan para peserta, menanyakan keluhan mereka, baik fisik maupun emosional.  

Selama peresentasi, ada juga demo praktek SEFT yang dilakukan sebagian alumni, termasuk saya.  Walaupun tadinya sempat ragu, namun saya akhirnya memberanikan diri melakukan terapi SEFT pada salah satu narapidana.  Keluhan si narapidana adalah bahwa dia ingin berhenti merokok.  Itu adalah kasus rokok pertama yang saya tangani.  Setelah tapping satu putaran lengkap dia mencoba untuk merokok.  Rasa rokoknya sudah tidak seenak sebelum terapi.  Ditambah satu putaran singkat, si napi mengatakan bahwa rokoknya sekarang terasa hambar.  Saya sendiri cukup takjub melihat hasil terapi tersebut, mengingat saya belum lama menjadi praktisi SEFT dan kurang rajin menterapi orang lain. 

Saat demo terapi itu berakhir, dan si napi berterimakasih pada saya, saya sempatkan diri memeluknya.  Saat itu, terus terang saya merasa sangat terharu sehingga saya tidak dapat menahan derasnya linangan air mata. 

Mungkin itu sebabnya banyak praktisi SEFT yang “ketagihan” membantu orang lain dengan terapi ini.  

Setelah presentasi dan demo selesai, kini saatnya para narapidana tersebut mempraktekkan sendiri teknik SEFT.  Praktek bareng-bareng ini dipimpin oleh pak Eko.  Para alumni bertindak sebagai pendamping mereka dan bertugas mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam melakukan SEFT.  Kelihatannya para peserta cukup mampu melakukan teknik SEFT tersebut dengan baik, walaupun memang perlu pengulangan dan pendalaman praktek.  

Setelah sesi praktek bareng berakhir disertai tanya jawab, tiba saatnya para peserta dibagi dalam kelompok.  Satu kelompok terdiri dari dua orang.  Satu bertindak sebagai SEFTer dan yang lain jadi klien, begitu seterusnya bergantian.  Para alumni bertindak sebagai fasilitator.  

Saya kebagian 2 orang yang harus saya fasilitasi.  Yang satu ingin berhenti merokok dan yang lain insomnia.  Saya cukup bingung juga karena rokok yang disediakan ada  di depan, sehingga untuk yang ingin berhenti merokok cukup saya minta mengukur intensitas keinginannya dan disebutkan dalam kalimat set-up.  Untuk yang insomnia, saya arahkan agar dia menangani rasa takut tidak bisa tidur nanti jam 9 malam.  Sekalian saya pesankan agar nanti malam jika dia tidak bisa tidur, lakukan saja SEFT pada dirinya sendiri.  Para alumni yang lain juga sibuk dengan tugas masing-masing.

Acara baksos pelatihan SEFT for Healing itu diakhiri dengan do'a bersama yang dipimpin oleh Pak Fuad dan diakhiri dengan saling bersalaman antara para alumni SEFT dan staff Logos Institute dangan para peserta.  Suasana mengharukan tidak dapat dihindari lagi sehingga banyak yang meneteskan air mata.  

Semoga acara dari pagi sampai siang itu bermanfaat untuk para pesertanya.  Semoga mereka bisa mendapatkan tambahan ilmu dan kterampilan yang bermanfaat untuk kehidupan mereka selama di Lapas Narkotika dan masa depan mereka sesudah keluar dari tempat itu

Hari ini saya merasa mendapat manfaat dan kesempatan yang luar biasa untuk membantu sesama.  Selama hidup saya tidak pernah menyangka akan pernah menterapi dan memeluk seorang narapidana.  Suatu pengalaman berharga yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Mohon maaf  gak bisa poto-poto karena kamera, HP dan tanda pengenal (KTP, SIM dll) ditahan petugas di bagian penerimaan, hiks

Sahabat-sahabat sekalian, perkenanlah cerita ini saya tutup dengan mengutip pesan Mas Faiz dalam buku SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) halaman 157 sebagai berikut:

“…. sampai sekarang saya meyakini bahwa kebahagiaan apapun yang kita dapatkan yang tidak bersumber dari motivasi dasar untuk “mencintai-Nya, melayani sesama dan memperbaiki diri” sifatnya hanya sementara dan semu belaka.  Saya tidak tahu apakah anda sepakat dengan saya atau tidak   Tetapi jika Anda punya visi yang sama dengan saya, saya ucapkan “Welcome to the Club” mari kita lakukan sesuatu bersama-sama untuk mewujudkan visi ini menjadi kenyataan hidup sehari-hari.”


Semoga bermanfaat