Rabu, 30 Juni 2010

[Transkrip] Menangkap dan menerjemahkan pesan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari



gambar dari sini

1. cukup sensitifkah kita dalam menangkap makna dalam pesan Tuhan?

Pesan Tuhan tersembunyi dalam kejadian-kejadian yang kita alami setiap saat. Seringkali kejadian-kejadian itu berbentuk masalah. Masalah bisa dibagi dua yaitu masalah pribadi dan sosial. Jika kita sering mengalami masalah pribadi, maka Tuhan ingin agar kita memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri. Jika berupa masalah sosial, maka Tuhan ingin agar kita bisa menjadi seorang pemimpin. Ibadah-ibadah yang diperintahkan Tuhan adalah sarana untuk meningkatkan sensitifitas kita dalam menangkap pesan-pesanNya.

2. cukup cerdaskah kita dalam menerjemahkan pesan-pesan tersebut?

penerjemahan pesan Tuhan ygn baik akan menghasilkan hal-hal yang positif dan produktif. Setiap kecerdasan saling berkaitan, spiritual emosional dll saling berkaitan baik kurang atau lebih. Semakin sinergis kecerdasan-kecerdasan yang ada pada diri kita, semakin efektif kita dalam menangkap pesan-pesan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Yang terpenting adalah bagaimanapun cara kita menerjemahkan pesan-pean tadi, kita tetap berbaik sangka padaNya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Allah Ta'ala berfirman : "Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya apabila ia ingat kepadaKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika ia ingat kepadaKu dalam kelompok orang-orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. jika ia mendekat kepadaKu sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepadaKu dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil". (Hadits ditakhrij oleh Bukhari). sumber Hadits: blog ini


3.cukup kuatkah kita dalam melaksanakan isi pesan tersebut?

Kekuatan dan kesabaran seseorang terlihat dari seberapa besar resiko yang berani dia ambil.

Setiap pesan Tuhan mengandung:

1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah padaNya
2. Memberi manfaat sebesar-sebesarnya pada orang lain
3. Meningkatkan kualitas diri terus menerus

Ketiga hal itu membutuhkan kesabaran dan kekuatan serta mengandung resiko. Namun, pada akhirnya, hasilnya adalah untuk kita sendiri. banyak diantara kita yang terlalu cepat dan terlalu mudah menyerah dalam melaksakan isi pesan dari Tuhan tersebut.

Semoga bermanfaat


Sumber: The Power of Life edisi 1 Juli 2010, Radio Trijaya FM

Narasumber: Bapak Supardi Lee

gambar dari sini

Acara The Power of Life adalah hasil kerjasama Radio Trijaya 104,6 FM dengan Institut Kemandirian, suatu lembaga jejaring Dompet Dhuafa Republika yang mengajarkan ketrampilan Wirausaha dan Teknis secara gratis.  Alamat Institut Kemandirian:  Kompleks PT Panasonic/Yayasan Matsushita Gobel, Gedung Techno School Lt. 3, Jl. Raya Bogor, Km 29, Jakarta Timur. Telp: 021-88710408, 91261823

Selasa, 29 Juni 2010

[Transkrip] Menembus Mental Blok

Manusia menginginkan kehidupan yang lebih baik di masa depan.  Namun, bukannya berusaha mewujudkan impian itu, mereka malah mencari alasan untuk menghindarinya. Alaan-alasan penolakan itu muncul dari bawah sadar manusia.  Pada umumnya, alasan-alasan itu adalah hal-hal yang sudah jadi budaya.  Banyak yang bilang terlalu tua, terlalu muda, tidak bakat, tidak ada keturunan dll. Mereka sudah terjebak dalam apa yang disebut sebagai Zona Nyaman.  

Manusia memiliki naluri utk mencari kenikmatan dan menghindari kesulitan/rasa sakit.  Orang-orang sukses menghindari kesulitan dan mencari kenikmatan di masa depan.  Orang-orang gagal mencari kenikmatan dan hindari resiko di masa kini, sehingga mereka dipaksa untuk mendapat kesulitan dan/atau tidak dapat kenikmatan di masa depan.

Mental blok berasal dari keingiian utk nikmat dan hindari kesulitan/resiko di masa kini.  Sehingga orang  terhalang untuk berusaha mewujudkan impian mereka.  Banyak orang yang menginginkan hasil yang berbeda namun usahanya tetap sama saja.  

Mental blok berada dalam pikiran dan hati kita  sendiri.  Membongkar mental blok seperti mengisi bejana berisi air kotor dengan air bersih, perlu banyak air bersih agar air kotornya terdesak keluar.  Kita perlu mengisi pikiran kita dengan pikiran-pikiran positif yang proporsional.  Agar pikiran-pikiran negatif terdesak keluar.  Dalam proses belajar dan berlatih, orang harus melalui kurva seperti huruf S.  Pada saat belajar  dan berlatih, kurvanya menurun ke bawah, namun pada saat mengusai ilmu tersebut, dia akan melenting ke atas.  Banyak kenikmatan yang bisa dia dapatkan dan rasakan.  

Untuk mengatasi mental blok, kita perlu mmeikirkan apa yang akan kita dapat di masa depan.  Belajar untuk menguasai suatu pelajaran atau ketrampilan  memang tidak menyenangkan.  Namun, begitu kita menguasai ilmunya, kita akan merasakan kenikamatan yang luar biasa dan banyak kesulitan yang bisa kita atasi.  Bagaikan orang yang akan berlayar di samudra luas, tentukan ttik koordinat dan berlyarlah dgn segenap keberanian dan kekuatan menembus badai yang datang menghadang.  

Sumber: The Power of Life edisi 30 Juni 2010

Narasumber: Bapak Zainal "Teroris" Abidin

Semoga bermanfaat

Acara The Power of Life adalah hasil kerjasama Radio Trijaya 104,6 FM dengan Institut Kemandirian, suatu lembaga jejaring Dompet Dhuafa Republika yang mengajarkan ketrampilan Wirausaha dan Teknis secara gratis.  Alamat Institut Kemandirian:  Kompleks PT Panasonic/Yayasan Matsushita Gobel, Gedung Techno School Lt. 3, Jl. Raya Bogor, Km 29, Jakarta Timur. Telp: 021-88710408, 91261823

Related articles

Mental Block

Mental Block terbesar dalam hidup

Senin, 28 Juni 2010

Pedang Kayu di Google




kalau anda memasukkan kata kunci "Pedang Kayu" di Google, hasilnya sementara ini ... ya seperti ini .. :D

Selasa, 22 Juni 2010

Jakartaku sayang, Jakartaku malang, kado ultah Jakarta

Gegap gempita terdengar di berbagai penjuru kota. sebagai ibukota dari sebuah negeri yang sedang dilanda krisis multidimensi, Jakarta seakan tak peduli. Aroma hedonisme, materalisema dan sekulerisme merebak di mana-mana. Seakan tak peduli lagi, rasa sakit yang menggerogoti diri. Lupa diri lupa daratan, mabuk kesenangan.

Jakarta kembali merayakan hari jadinya. Walaupun, sebagaimana telah menjadi rahasia umum, hampir tidak ada kemajuan berarti bagi warga kota tersebut. Selain pembangunan fisik semata, tidak ada peningkatan moral dan spiritualitas, apalagi kesejahteraan. Namun, hal tersebut seakan tidak menyurutkan gairah kota tua yang terus bersolek bak anak muda ini untuk kebmali berpesat pora. Pesta yang diadakan diatas derita warga kota tersebut.

Di balik kemeriahan pesta, tak terhitung lagi banyaknya fakir miskin yang merintih kesakitan dan kelaparan. Kemiskinan bagai ular raksasa yang membelit tubuh mereka hingga remuk tulang-tulangnya.

Kearifan umat beriman telah kulepaskan
Kini kupelajari kearifan umat yang murtad
Kearifan umat yang murtad adalah kebohongan dan tipu muslihat
Apakah kebohongan dan tipu muslihat? Perusak jiwa dan penegak tubuh

(Mohammad Iqbal dalam HIKMAH FIRAUN)

Seorang jurnalis foto dari Belgia, Thibault Gregoire, menerbitkan sebuah buku One day in Jakarta. Buku tersebut berisi foto-foto tentang Jakarta, mulai dari yang paling mewah sampai paling kumuh, paling sholeh sampai paling banyak maksiat. Foto-foto berkualitas tinggi itu seakan bercerita jujur apa adanya. Bagaimana seorang anak jalanan tertidur di lantai stasiun Manggarai dalam keadaan dekil, penuh daki dan kotoran. Bagaimana seorang ibu mencuci di sungai yang berair keruh dan sejumlah orang berkumpul di bawah kolong jembatan, yang menjadi tempat tinggal bagi mereka. Masih banyak lagi foto-foto sejenis. Foto-foto tersebut bisa dilihat di galeri berikut ini.

Di sisi lain, pusat-pusat perbelanjaan megah dan mewah menjamur di mana-mana. Jakarta telah menjadi salah satu kota yang paling banyak pusat perbelanjannya di dunia. Seakan tidak ada lagi kaum miskin di sana, sepertinya kantong semua orang yang datang sesak berisi lembaran-lembaran rupiah yang siap dibelanjakan apa saja dan kapan saja. Entah butuh atau sekedar ingin semata. Kerusuhan dan penjarahan yang terjadi pada bulan Mei 1998 seakan lenyap tak berbekas dari ingatan, apalagi diambil hikmah dan pelajaran di dalamnya.

Padahal, hanya beberapa meter saja, sudah ada orang-orang yang terpaksa mengerjakan apa saja yang mereka bisa hanya untuk bertahan hidup. Semau terekam dalam buku kumpulan foto tersebut. Keadaan Jakarta yang sesungguhnya, carut marut para penghuninya, sudah bukan merupakan rahasia lagi. Bahkan seorang jurnalis foto asing dengan mudah bisa mengabadikan keadaan tersebut.

Generasi tuanya congkak luar biasa
Yang muda sibuk berias seperti wanita kampungan
Kemauan yang muncul dari hati mereka tak pernah mantap
Mereka dilahirkan mati dari rahim-rahim mereka
Gadis-gadisnya terjerat oleh mode pakaian
Dan bermacam-macam alat kecantikan
Mereka senang berpakaian mewah
Alis matanya dirias seperti sepasang pedang
Perhiasannya gemerincing menyilaukan mata
Buah dadanya dipamerkan seperti ikan di kolam

(Mohammad Iqbal dalam HIKMAH FIRAUN)

DR Adian Husaini, dalam artikel beliau Tanda-tanda kehancuran sebuah bangsa, pernah mengungkapkan keprihatinannya. Patung Diponegoro yang terletak di depan sebuah gedung peninggalan kaum Mason Belanda berdiri dengan tegaknya. Patung yang sesungguhnya tidak diinginkan pahlawan yang dipatungkan tersebut. Namun, mengapa tidak ada ormas atau partai yang memperotes pembangunan patung tersebut, yang menelan anggaran sekitar sepuluh milyar rupiah. Suatu jumlah yang tidak sedikit, mengingat masih banyaknya rakyat yang menderita kelaparan, kemiskinan dan kebodohan.

Syahadatnya adalah mengabdi pada kekuatan asing
Dan candi dibangun dengan batu bata rerontok masjid
Sungguh malang bangsa yang menjauhkan diri dari Tuhan dan wahyu-Nya
Ia adalah bangsa yang mati, namun tak sadar bahwa ia mati.

(Mohammad Iqbal dalam HIKMAH FIRAUN)

Namun, begitulah Jakarta. Kota tua yang seakan tidak sadar akan ketuaannya. Kota yang terus menerus bersolek mengikuti perkembangan zaman, tanpa sadar akan dibawa ke mana. Kota yang dibesarkan, dimanjakan dan dirawat oleh peradaban Setan, yang digagas Iblis Laknatullah. Jakarta yang nafasnya sudah tersengal-sengal namun tetap saja melangkah, bankan mencoba berlari.

Bisa jadi, jakarta ini adalah gambaran besar dari para penghuninya, walaupun tentu tidak semua. Manusia-mausia yang lebih suka memperindah tubuh daripada jiwa dan hati. Manusia-manusia pengikut peradanba Barat, peradaban yang membesarkan Jakarta dan Indonesia. Membesarkan secara fisik namun menghancurkan secara moral dan spiritual.

Bumi Siria memberi kepada Barat
Seorang Nabi Saleh, tulus dan suci
Sebagai gantinya Siria mendapat dari Barat
Senjata, minuman keras dan para pelacur.

(Mohammad Iqbal)


Tulisan sederhana untuk Jakarta tercinta, sungguh malang nasibmu, hiks

Minggu, 06 Juni 2010

Pengalihan Isu dari Mavi Marmara ke Video Porno, cermin masyarakat sakit

Demonstrasi demi demonstrasi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat ternyata mampu menarik perhatian dunia akan isu Mavi Marmara.  Oleh karena itu, Zionis dan pihak-pihak yang pro mereka tentu saja berusaha mengalihkan perhatian dan sorotan dunia pada mreka.  Untuk mengalihkan perhatian masyarakat di negara-negara maju, mereka harus bekerja keras dan merancang strategi jitu.  Masyarakat di negera-negara maju jelas bukan kumpulan orang tolol pendek ingatan yang mudah ditipu dan dibodoh-bodohi.  Namun, tidak demikian dengan masyarakat Indonesia, negeri dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia.  Mereka tahu persis bahwa masyarakat Islam Indonesia tak ubahnya buih di atas lautan.  Mereka sangat mengetahui bahwa  masyarakat Indonesia ini enggan untuk memikirkan hal-hal yang berat.  Orang2 Indonesia susah diajak berpikir mendalam.  Orang-orang negeri ini sudah terlalu tertekan oleh beratnya beban hidup akibat kemiskinan yang menghimpit.

Kemunculan video porno dua selebritis yang pernah jadi sorotan media massa adalah pengalih isu paling efektif. Isu Mavi Marmara yang sempat mendominasi pemberitaan media, baik cetak, elektronik ataupun online, seakan tertutupi oleh kemunculan video tidak senonoh itu.  Siapapun pelakunya, seleb atau non seleb, video seperti itu seharusnya hanya beredar di ruang privat.  Bahkan, hubungan suami istri tidak seharusnya direkam di video.  Kegiatan seperti itu adalah kegiatan yang bersifat sangat pribadi, bahkan Rasul SAW melarang pasangan suami istri menceritakan apa saja yang mereka lakukan kepada orang lain.  Apalagi dalam masyarakat sakit jiwa yang dipenuhi "otak-otak ngeres" dan "nafsu syahwat" seperti masyarakat kita ini.

Sebenarnya, tidak penting apakah video itu beneran kedua artis itu atau bukan.  Siapapun pelakunya, video seperti itu sama sekali bukanlah konsumsi publik.  Apalagi kalau dilakukan di luar pernikahan yang sah, tentu sudah termasuk zina.  Namun, di dunia selebritis yang serba bebas, liberal dan glamour, kelakuan seperti itu sangat mungkin sudah dianggap biasa.

Tragedi Mavi Marmara adalah momentum yang sangat tepat untuk membuka hati umat manusia, tanpa pandang ras, bangsa, agama atau keyakinan.  Betapa penyerangan brutal nan kejam pada para relawan kemanusiaan adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terkejam saat ini.  Kedok Negara Israel (yang dengan tanpa hak mencatut gelar mulia seorang Nabi) sebagai negara demokratis terkuak sudah.  Kebijakan-kebijakan negara kaum zionis itu ternyata tidak ada bedanya dengan Jerman zaman pemerintahan Nazi dan Hitler, Italia zaman Fasis Mussolini dan Soviet zaman Stalin. Sama sekali tidak ada bedanya.  Wajah Iblis nan penuh kebusukan menjijikkan kini terbuka dan telanjang.  Tidak mengherankan apabila mereka berusaha menutupi terkuaknya aib mereka dengan segala cara, termasuk menyebarkan video porno.

Entah kapan media-media kapitalis serakah itu akan sadar bahwa masyarakat sakit hanya menghasilkan individu-individu sakit jiwa dan sebaliknya.  Media-media yang justru melakukan pengkhianatan dan mengambil keuntungan tak seberapa dari sakitnya masyarakat ini.  Mungkin menunggu sampai masyarakat sakit ini berubah menjadi zombie-zombie tak berakal dan tak berjiwa, yang berjalan, berbicara dan bernafas namun hakikatnya sudah meninggal sebelum ajal.  Kerusuhan Mei 1998, yang pada hakikatnya merupakan ledakan bom waktu kemiskinan, seakan berlalu lenyap tanpa pernah diingat lagi apalagi diambil pelajaran dan hikmahnya.  

Jika demikian adanya, terlalu naif kiranya apabila kita berharap bahwa Tragedi Mavi Marmara akan menjadi tragedi kemanusiaan terakhir.  Pengalihan isu dengan cara-cara kotor dan murahan seperti video porno selebritis seharusnya menjadi peringatan bagi kita bahwa kejahatan dan tragedi kemanusiaan pasti akan berulang kembali di masa depan.  Selama akar permasalahan dari tragedi-tragedi kemanusiaan, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang, belum terselesaikan dengan tuntas.

"Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan .. WASPADALAH, WASPADALAH!!"

Bang Napi


----- semoga bermanfaat ------------


Rabu, 02 Juni 2010

Tragedi Mavi Marmara, harga sebuah amanah dan pelajaran berharga

Perjalanan mengarungi lautan luas tentu bukan perjalanan aman tanpa resiko.  Apalagi tujuan mereka adalah dareah Gaza yang masih dibayangi penjajahan Zionis lakntaullah.  Mavi marmara bukanlah kapal perang seperti yang mengangkut tentara sekutu saat mereka menyerbu pantai Omaha tahun 1944, yang dalam sejarah dikenal dengan D day.  Mavi Marmara bukanlah pula kapal dagang zaman kolonial yang mengangkut hasil bumi negeri-negeri jajahan.  Marvi Marmara bukanlah kapal yang yang mengangkut harta berharga sehingga menjadi incaran para bajak laut dan perompak. Marvi Marmara adalah sebuah kapal yang membawa para relawan yang mengantar bantuan untuk para penduduk Gaza. Kapal itu hanya berisi bahan makanan, obat-obatan dan generator pembangkit tenaga listrik.  Seluruh muatan yang ada di kapal itu hanya untuk penduduk Gaza yang terisolir, kelaparan dan kedinginan.  Tidak ada senjata atau bahan berbahaya di dalam kapal itu.  Kecuali tentu saja jika ada yang sedemikian paranoid sehingga menganggap pisau dapur sebagai senjata yang sama berbahaya dengan senapan serbu dan bahan-bahan peledak.  

Namun, adegan yang terjadi pada malam itu di atas kapal Marvi Marmara jauh lebih mengerikan daripada peperangan.  Jauh lebih menakutkan daripada perampokan para bajak laut.  Yang terjadi adalah pembantaian terhadap awak kapal dan relawan oleh sepasukan tentara terlatih bersenjata lengkap namun tak punya hati nurani.  Para relawan dan awak kapal terpaksa harus melawan semampu mereka dengan alat seadanya.  Akibat dari perkelahian tidak seimbang tersebut, belasan penumpang kapal itu meninggal dunia, sementara puluhan lainnya luka-luka.  

Mavi Marmara bukanlah sekedar kapal pengangkut bantuan.  Mavi Marmara adalah harga sebuah amanah.  Apapun resikonya, amanah tetap harus dijaga dan disampaikan keapda yang berhak, dalam hal ini rakyat Gaza.   Rasulullah SAW menjelaskan bahwa yang paling ringan dari agama ini adalah mengucapkan dua kalimah syahadat dan yang paling berat adalah menjaga amanah.  NIlai keimanan manusia adalah seberapa kuat dia mampu menjaga amanah yang diberikan kepadanya.  Amanah memiliki akar kata yang sama dengan Iman dan Aman.  Orang beriman mampu menjaga amanah yang diberikan kepadanya sehingga orang lain merasa aman dengannya.  

Dalam khutbahnya Rasulullah SAW, yang diriwayatkan Anas, beliau bersabda : "Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah, dan tidak agama bagi orang yang tidak memegang janji". (HR.Ahmad dan al-Bazzaar). Syaikh Muhammad al Ghazali dalam bukunya Akhlak Seorang Muslim mengatakan, menjaga amanah ialah menunaikan dengan baik hak-hak Allah SWT dan hak-hak manusia tanpa terpengaruh oleh perubahan keadaan, baik susah maupun senang.

Mavi Marmara adalah juga hikmah dan pelajaran.  Pelajaran tentang pengorbanan dan kebahagiaan. Betapa banyak orang yang bersedia merepotkan diri, bersusah payah dan bahkan berkorban waktu, tenaga dan jiwa raga untuk keselamatan dan kebahagiaan sesama.  Mungkin dengan bersikap egois dan tidak peduli pada sesama, orang dapat mencapai kesenangan.  Namun, kebahagiaan hanya dapat diraih dengan berbagi dan berkorban bagi orang lain.  Walaupun harus berpeluh keringat, berlinang air mata, bersimbah darah, bahkan meregang nyawa.

Mavi Marmara adalah juga pelajaran tentang cinta.  Cinta para relawan dan awak kapal pada penduduk Gaza.  Cinta antar manusia pada sesamanya yang menderita tanpa memandang agama dan keyakinan, tanpa memandang ras dan perbedaan warna kulit.  Cinta yang terbebas dari penjajahan budaya materialistik dan kapitalistik nan hedonis.   Banyak orang yang mengabdikan diri dalam aksi-aksi kemanusiaan adalah orang-orang yangtidak beragama. Namun, mereka tleah merasakan nikmatnya menjadi relawan, nikmatnya berbuat baik pada sesama.  Berbuat baik adalah fitrah bagi manusia, melalui perbuatan2 itu, manusia menemukan ketentaraman dan keadamaian batin.  Namun, bagi seroang muslim, perbuatan2 itu tentu harus pula bernilai ibadah

Mavi Marmara adalah bukti bahwa amanah, pengorbanan dan cinta tidak pernah terpisahkan.  Ketiga hal tersebut membentuk suatu sinergi yang memancarkan energi dan berkah bagi sesama.  

Mavi Marmara adalah juga pelajaran tentang kewaspadaan.  Kini mata dunia internasional, walaupun mungkin belum semua, telah terbuka untuk mengetahui siapa musuh kemanusiaan yang sesungguhnya.  Siapa yang tega menyerang awak kapal dan relawan tak bersenjata dengan tentara bersenjata lengkap.  Siapa yang tega membiarkan penduduk Gaza mati kelaparan sesudah beberapa waktu yang lalu membombardir para penduduk itu secara membabi buta.  

Orang-orang yang di dalam Al Quran surat Al Fatihah disbut dengan Maghdub.  Yaitu orang-orang yang menyimpan Ghadab dalam hati mereka.  Ghadab adalah dendam kesumat bagai bara api yang tidak akan padam walau disiramkan padanya air seluruh lautan.  Dendam membara bagai bom waktu yang setiap saat siap meledak tanpa bisa diduga.  Dendam yang berasal dari kebanggan rasial yang semu belaka, yang tidak ada artinya dalam pandangan Allah SWT.  Namun, kebanggaan itu menghasilkan manusia-manusia bengis dan sadis, yang hatinya penuh kedengkian dan dendam pada semua manusia selain bangsanya.  

Amerika serikat sang negara adidaya gagah perkasa tiada tanding di kolong langit, ternyata masih seperti kerbau di ladang.  Sementara si zionis seperti anak gembala dengan riang bermain seruling di atas sang kerbau yang perkasa namun bebal otaknya

Mavi Marmara adalah juga pelajaran tentang sejarah dan perubahan.  Memang sekarang kaum zionis masih berkuasa dengan keangkuhan dan arogansi yang luar biasa. Namun, cepat atau lambat angin perubahan akan berhembus tanpa bisa dicegah oleh siapapun dan apapun, sebagaimana yang telah terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia.  Namun, tragedi ini juga menjadi bukti bahwa banyak manusia tidak pernah belajar dari sejarah.  Mereka menghafal tahuh-tahun  terjadinya peristiwa penting, yang banyak diantaranya adalah peristiwa-peristiwa berdarah.  Mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah.  Tetapi mereka jarang sekali, kalau tidak mau mengatakan tidak pernah, mengambil hikmah dan pelajaran dari sejarah itu sendiri.  Oleh karena itu George Santayana, seorang filsuf, pernah berkata: <i>"Those who forget the past are condemned to repeat it"</i> (mereka yang melupakan sejarah akan dikutuk untuk mengulanginya).   

Perubahan adalah sunatullah yang tidak bisa dihindari.  Sesuatu yang kecil suatu saat akan bisa menjadi besar.  Sebaliknya, sesuatu yang besar suatu saat bisa menjadi kecil, bahkan hilang sama sekali.  Sepanjang sejarah, para diktator dan tiran sudah datang silih berganti.  Mereka berkuasa secara absolut layaknya Tuhan yang menguasai seluruh Alam Semesta.  Namun, mereka kini sudah menjadi bagian dari sejarah.  Nama mereka, yang dulunya disebut dengan penuh rasa takut seraya bergetar, kini tak lebih dari kata yang ringan untuk diucapkan.  

Mavi Marmara bukanlah tragedi kemanusiaan yang pertama.  Dan pasti juga bukan yang terakhir.  Selama kejahatan Zionis masih merajalela di muka bumi ini, maka tragedi-tragedi kemanusiaan selanjutnya masih akan terjadi, tanpa bisa diduga bagaimana, kapan, di mana dan siapa yang akan menjadi korbannya.