Tentunya kita sudah mendengar peristiwa pembunuhan menghebohkan yang dilakukan seorang pembunuh berantai. Namun, tadi sesudah sholat isya berjamaan di masjid, saya mendengar orang-orang membicarakan perkara tersebut. Yang menarik sekaligus memprihatinkan adalah fenomena sosial berita yang mengatakan bahwa si Ryan ini membawa rezeki. Orang-orang banyak yang datang ke tempat penimbunan mayat hasil pembunuhan berantai tersebut sehingga muncullah pasar kaget di sana. Ada penjual minuman, makanan, tukang parkir, bahkan ada kereta api mini untuk anak-anak. Orang-orang datang dan berkata, "Oh, ini lobangnya" sambil membeli makanan dan minuman, sementara itu anak-anak mereka main kereta api mini.
Bahkan ada yang sampai keceplosan bicara " Untung ada si Riyan ini ya, kita dapat 1.5 juta sehari", Astagfirullah!
Ini sih namanya menari di atas penderitaan orang lain. Dalam hati saya cuma bisa beristighfar dan menangisi kegilaan bangsa saya yang tercinta ini
Kultur menonton dalam masyarakat kita memang sudah sangat sulit untuk diperbaiki. Mulai dari TV, kereta api lewat, sampai kerusuhan dan kebakaran. Sering kali petugas pemadam kebakaran kesulitan mencapai lokasi kebakaran gara-gara warga berkerumun mau melihat kebakaran tersebut.
Saya pernah mendengar salah satu editorial radio SMART FM.
Dalam editorial tersebut dikatakan bahwa:
- Masyarakat yang terus menerus disuguhi tontonan tidak bermutu akan hilang minat bacanya.
- Masyarakat yang kehilangan minat baca akan bodoh jadinya.
- Masyarakat yang bodoh akan miskin.
- Masyarakat yang miskin akan lemah daya belinya dan tidak bisa beli apa-apa.
- Masyarakat yang lemah daya belinya tentu tidak akan mampu membeli produk-produk yang dipromosikan melalui iklan-iklan di TV.
- Apabila masyarakat tidak bisa membeli produk-produk tersebut, perusahaan-perusahaan yang memproduksi produk-produk tersebut tentu akan mengalami kesulitan keuangan.
- Apabila perusahaan-perusahaan itu mengalami kesulitan keuangan, bisa-bisa ada PHK massal dan yang paling dahulu kena adalah buruh dan para pekerja kasar. Mereka pada umumnya kurang berpendidikan dan miskin, sehingga mudah jadi sasaran empuk PHK.
- Banyaknya PHK akan menimbulkan lebih banyak pengangguran.
- Lebih banyak penggangguran artinya akan lebih banyak tindak kejahatan merajalela di lingkungan kita.
- Pada akhirnya kualitas hidup masyarakat akan menurun secara keseluruhan, termasuk penyakit yang merajalela karena sulit bagi masyarakat miskin untuk memelihara kebersihand an menjaga kesehatan, contohnya di Desa Jagabita, Parung Panjang Tanggerang, alias Kampung Pesakitan. Foto-fotonya bisa dilihat di sini
- Bukan tidak mungkin semua hal yang disebutkan di atas akan memicu krisis yang lebih besar lagi, mungkin seperti Revolusi Prancis atau peristiwa-peristiwa lainnya yang serupa dengan itu.
Nauzubillah min dzalik, semoga Alloh SWT melindungi kita semua, Amiiiin
Terlepas dari segala kontroversi yang terjadi, saya merasa yakin bahwa penyebab utama dari semua masalah ini adalah kemiskinan
Beberapa hari sebelumnya, saya mendapat informasi dari Blog Sang Teroris yang pernah mampir di MP saya tentang film dokumenter karya John Pilger yang berjudul The New Rulers of the World.
Setelah itu, saya cari Videonya dengan bantuan Om Google, he he he. Dapat dan langsung nonton di internet, sebab kalau pinjam gak tahu musti pinjam sama siapa.
Begini ceritanya (kutip dari Wikipedia)
Pilger's central thesis is that the "New Rulers" alluded to in the title are, in fact, the old rulers in new clothes. To Pilger, the colonialism of the 19th and early 20th centuries has experienced a return to grace following World War II (when it was realised that Nazism was a form of imperialism) in the form of globalisation. In this respect, his arguments are similar to those of left-wing critics of Western foreign policy. He also shares the view that the moral underpinnings for Western action are false, but are largely believed by the media. He states in the introduction, "The War on Terrorism' is terrorism" (italics his). His focus, however, is on the human side, and his impassioned descriptions of the victims of violence and injustice sit side by side with critiques of national policies, along with the media response.
Cerita yang lebih lengkap ada di Blognya Pak Zainal Abidin alias Jay the Terorist, tepatnya di jurnal yang ini.
Sebagai tambahan referensi, mungkin kita bisa lihat Bukunya Pak Amien Rais yang berjudul Selamatkan Indonesia, Agenda mendesak bangsa
saya sendiri sih belum baca, tetapi saya sudah bisa menebak apa isinya, ya gak jauh beda dari filmnya si John Pilger itu tadi.
Semoga bermanfaat
14 komentar: