
Saya mendengar berita tentang eksekusi Amrozi di Radio Trijaya FM jam 6 pagi. Saya sendiri tidak terlalu terkejut dengan berita tersebut karena simpang siur informasi tentang eksekusi tersebut sudah beredar di dunia nyata dan dunia maya, entah kalau di dunia "lain".
Berita eksekusi tersebut menambah banyak fitnah yang menyelimuti kehidupan kita sehingga sulit bagi kita mempercayai berita atau informasi mana yang benar dan mana yang tidak.
Seperti kisah horor The Flying Dutchman

Menurut cerita dongeng, The Flying Dutchman adalah kapal hantu yang tidak akan pernah bisa berlabuh, tetapi harus mengarungi "tujuh lautan" selamanya. Flying Dutchman selalu terlihat dari jauh, kadang-kadang disinari dengan cahaya hantu.
Konon, kapten kapal tersebut telah menjual jiwanya pada setan sehingga dia bisa mendapat order pengantaran barang melebih kapal-kapal saingannya
Suatu hari, kapal tersebut terjebak badai yang luar biasa dahsyat di daerah Cape of Good Hope atau Tanjung Harapan, ujung paling selatan benua Afrika. Sang kapten, walaupun sudah mengerahkan segala kemampuan dan ketrampilannya, tidak dapat menguasai kapal tersebut.
Pada akhirnya, sang kapten berteriak sambil mengutuk Yang Maha Kuasa. Dia mengucapkan sumpah terakhirnya
"I will round this Cape, even if I have to keep sailing until doomsday!"
(Aku akan selalu mengarungi semenanjung ini, walaupun harus tetap terus berlayar sampai hari kiamat menjelang!)"
(Aku akan selalu mengarungi semenanjung ini, walaupun harus tetap terus berlayar sampai hari kiamat menjelang!)"
Setelah kejadian itu, selama tiga ratus tahun lebih, ratusan saksi mata menyatakan telah melihat penampakan Kapal Hantu tersebut. Yang tidak lain tidak bukan "The Flying Dutchman" itu sendiri.
Terlepas dari benar atau tidaknya peristiwa dan penampakan2 itu, bagi saya, legenda The Flying Dutchman ini menggambarkan keadaan dunia yang sudah penun dengan fitnah dan kebohongan. Daratan mungkin saja bisa dijadikan metafora dari kepercayaan orang lain. Lautan adalah simbol ketidakpercayaan. Badai adalah kehidupan kita saat ini, penuh fitnah dan ketidakpercayaan.

Orang-orang miskin hanya bisa melihat kemewahan gaya hidup orang-orang kaya dengan pandangan iri hati. Secara tidak langsung, mereka telah tersisihkan dari kehidupan modern ini. Saat orang kaya bingung mau makan di mana, yang miskin bingung hari ini makan apa.
Suatu diskriminasi terselubung yang sangat mengerikan.
Amrozi dan kawan-kawannya adalah sedikit dari orang-orang yang melakukan pemberontakan terhadap kehidupan yang penuh fitnah dan diskriminasi terselubung ini. Benar atau salah tindakan mereka, setuju atau tidak kita terhadap tindakan mereka, pasti ada sebab yang melatarbelakangi hal tersebut. Sungguh, fenomena Amrozi ini hanya merupakan puncak dari gunung es persoalan dan masalah yang ada di negeri ini.
Sebagian pihak mungkin mengatakan bahwa Amrozi dkk dicuci otaknya oleh kalangan tertentu.
Walaupun mungkin ada benarnya, namun terkadang pihak penuduh tersebut melupakan realitas yang ada di masyarakat. Jurang pemisah antara yang kaya dan miskin semakin lebar dan dalam. Ketidakpercayaan semakin berkarat dan berkerak. Ekses kapitalisme global yang semakin menggila menggerogoti kehidupan masyarakat. Entah apa lagi ...
Rekan-rekan sekalian,
Tidak ada kehidupan yang lebih mengerikan selain hidup tanpa satu orangpun yang bisa kita percaya. Terombang-ambing di lautan ketidakpercayaan tanpa pernah bisa berlabuh di daratan.
Lelah dan kesepian, tiada tempat berkeluh kesah dan meminta saran dan pertimbangan. Tanpa ada yang bisa mengerti dan menghargai, bahkan seakan-akan diri kita dianggap tidak ada.
Kehidupan seperti itulah yang merupakan kehidupan yang sempit, yang dijelaskan dalam Al Qur'an dalam ayat berikut ini:
“Dan barangsiapa berpaling dari adz-`Dzikr-KU, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan KAMI akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”
(QS Thaha, 20:124)
Semoga bermanfaat dan mohon maaf kalau ada yang tidak berkenan
30 komentar: