
Perbincangan di warung itu termasuk tentang kesulitan suatu yayasan pengobatan paru-paru yang menyelenggarakan pengobatan penyakit paru secara gratis. Maklum, lalu lintas truk-truk pengangkut material (batu, pasir dsb) menimbulkan awan debu yang pekat sehingga warga rentan terserang penyakit paru. Ibu Uun juga mengungkapkan keinginan beliau untuk memilik tabung oxygen sendiri. sebab tabung yang di Puskesmas tidak pernah ada isinya. kasihan sekali kalau ada yang sakit dan memerlukan bantuan pernafasan.
Ibu Uun mengajak kami ke kampung Dago (bukan Dago yang di Bandung ya), suatu kampung yang terletak cukup jauh dari tempat baksos kemarin. Kampung itu sangat indah sebetulnya. Hembusan angin yang cukup kencang menerpa dedaunan bambu membuat saya mengira bahwa kami saat itu berada dekat sungai pegunungan yang jernih dan berair deras.
Namun, ternyata perkiraan saya salah. Tidak ada di sana sungai yang mengalir deras, dingin dan menyejukkan di sana. Yang ada hanya balongan atau kubangan air yang menggenang, yang airnya itu-itu saja. Itupun hanya bisa dipakai pada musim hujan. Untuk buang hajat, warga hanya bisa melakukannya di kebon/semak-semak.

Suasana di sana mirip dalam film2 perang Vietnam yang dulu sempat ngetop di Bioskop atau TV.
Alternatif lain yang tersedia hanya satu sungai kecil, yang lebih tepat disebut anak sungai. Pada musim kemarau, puluhan orang mandi dan mencuci di sana. Bisa dibayangkan betapa tidak sehatnya keadaan di sana.
Ada dua hal yang mengherankan bagi saya, tidak tahu bagi yang lain, he he he
Beberapa waktu yang lalu, saya menulis tulisan tentang perbandingan antara keadaan di Jagabita dengan keadaan kaum Bani Israil zaman Mesir kuno dulu.
Nah, apa yang saya lihat dan dengar kemarin? ini dia

1. Di sana banyak pembuatan batu bata sedangkan salah satu pekerjaan yang ditugaskan kepada Bani Israil oleh rezim Firaun di zaman mesir kuno adalah membuat batu bata untuk keperluan pembangunan gedung-gedung dan bangunan-bangunan lainnya.
2. Ibu Uun cerita saat dia mengantar anak-anak sekolah dasar desa Pinku (mudah2an nulisnya gak salah) ke Gandhi Memorial School. Salah satu acara yang digelar tuan rumah untuk anak-anak desa tersebut adalah drama pertunjukan. Namun, karena memakai bahasa Inggris, anak2 itu cuma bisa bengong. Ibu Uun menjelaskan bahwa itu cerita nabi Musa.
Apakah ini cuma kebetulan, atau .................???
Foto-foto bisa dilihat di album yang ini
Wallahualam
Sayang kemarin belum mengucapkan terima kasih, padahal diam-diam saya mencoba untuk belajar keteguhan hati dari Ibu Uun. Beliau tetap tegar saat sang suami mendapat kecelakaan nun jauh di sana. Secara tidak langsung, Ibu Uun telah menularkan kekuatan dan keteguhannya kepada saya.
Memang, kekuatan dan keteguhan hati itulah yang saat ini sedang saya butuhkan.
Benar-benar saya butuhkan
Benar-benar saya butuhkan

9 komentar: