Petir menyambar, hujan deras menyirami bumi. Aku merasa bagai dalam kisah-kisah horor victoria kuno. Yah, bisa dibilang saat ini adalah kisah horor, benar-benar horor.

Aku memang menunggu seseorang, seseorang yang sebenarnya enggan untuk kutemui. dia adalah Setan. Namun, karena dia berjanji untuk memperbincangkan beberapa hal yang penting padaku, aku besedia menerimanya di rumahku.
setelah cukup lama menunggu, sampai bosan sih sebenarnya, aku mendengar ketukan di pintu. Aku bergegas bangkit untuk menyambut tamuku itu.
Di luar rumah, berdirilah seseorang yang ditutupi jubah berkerudung berwarna hitam. Kerudung itu menutupi wajahnya, menambah kesan angker dan misterius.

"Eh, lo mau gw masuk atau biarin gw keujanan di sini" katanya ketus.
Elo setan ya? masuk deh, gw udah sampai ngantuk nungguin lo" kataku tak kalah ketus.
"Ha ha ha, gw kan datangnya menjelang tengah malam. Ngapain juga lo nunggu gw dari sore" ejek setan.
Aku dan SEtan masuk ke rumah. Setan melihat-lihat keadaan rumahku dengan angkuh. "Jadi lu tinggal di sini?" tanya Setan mengejek. "Iya, emang kenapa? Lu bukannya udah tahu" kataku kesal.
"Huh,dasar manusia, diajak basi-basi malah marah" jawab Setan.
"Hebat juga koleksi buku lo" kata Setan seakan tak peduli pada kekesalanku. "iya, lo suka baca juga?". "Hua ha ha ha ha" tawa setan semakin keras, "gak ada waktu gw. Lo kan tahu sendiri gw mesti ngajak manusia sebanyak2nya ke Neraka"
"Btw, yang udah lo amalin berapa nih isi buku-buku?" tanya Setan. Aku hanya terdiam, pikiranku menerawang pada kehidupanku yang penuh kesia-sian, tidak seperti yang tertulis dalam buku-buku tersebut. "Bagoooooooooooooooooooos!!!!!" ejek Setan, "pantesan banyak teman-teman gw yang bilang bahwa mereka makan gaji buta selama ini. jadi buku-buku ini buat koleksi doang ya?????????". Aku terdiam, tak kuasa aku mengiyakan, walau kenyataanya memang seperti itu.
Sambil menahan kesal dan jengkel, aku mendesah "katanya bincang santai, koq gw jadi jengkel gini sih??".
"Lagian siapa suruh ngundang Setan" kata setan tertawa mengejekku.
Dia membuka jubahnya dan tampaklah tampangnya yang seram itu.

"Ini wujud asli lo" tanyaku kemudian. "Ya enggaklah, buat apa sih lo tahu wujud asli gw? Gak ada gunanya deh" ejek Setan.
Kami berdua akhirnya duduk di ruang tamu. Dia lalu duduk sambil menaikkan kaki ke atas meja. Gak sopan. Ya iyalah, namanya juga Setan.
"Gimana kabar lo, tan?" kataku membuka pembicaraan.
"Enak aja tan-tan, emangnya gw ketan" kata Setan jengkel. Dalam hati, aku mengumpat "Rasain :D".
"IYa deh, lu mau gw panggil apa?" kataku lagi. "panggil aja Setan. gak usah tahu lu nama asli gw, ntar gw diincar intel-intelnya Iblis lagi, gw udah melanggar peraturan tahu. Peraturan Iblis" kata Setan ketus sambil melotot, serem juga ya. Rupanya dia juga tidak terlalu menyukai atasannya itu, mirip dengan dunia manusia.
"Lo mau minum apa?" tanyaku. "Gak usah, gw kan bukan bangsa manusia" kata Setan.
"Ya udah, gw minum sendiri ya" kataku cuek. "Minum apa lo" tanya si makhluk terkutuk itu. "Kopi, lumayan buat iseng" kataku lagi.
"enak gak?" tanya Setan. "Ya enaklah, ngapain juga kalo gak enak gw minum" sahutku.
"Itu dia sebabnya, enak. Rasanya enak. Bukankah kenikmatan di dunia bisa disimpulkan dalam satu kata, SENSASI. Inilah yang dicari oleh banyak orang di dunia ini, SENSASI. Yah, itu aja.
"Seseorang dari Bangsa lo kan pernah bilang, kalau gw gak salah ada bukunya dalam koleksi buku lo. kata-katanya gini:
Sebetulnya bukan engkau, yang menarik perhatianku tetapi
sensasi, yang kuperoleh dengan mencintai engkau.
Pengakuan yang jujur kalau menurut gw.
Belum lagi tentang kebanggaan diri. Itu lebih asyik lagi buat bangsa kami. Kalau orang sudah diperbudak kebanggaan, susah deh jadi orang bener. Mulai dari skala tinggi kaya Firaun sampai Hitler sampai sekala kecil kaya orang-orang yang sekedar punya sedikit kelebihan lalu petantang petenteng kesana kemari.
Ingat kan kutipan yang ini? Pasti ingat lah, lu kan suka baca. Baca doangs
In reality, there is, perhaps, no one of our natural passions so hard to subdue as pride. Disguise it, struggle with it, beat it down, stifle it, mortify it as much as one pleases, it is still alive, and will every now and then peep out and show itself; you will see it, perhaps, often in this history; for, even if I could conceive that I had compleatly overcome it, I should probably be proud of my humility.
[Thus far written at Passy, 1741] "
Kata Setan sok filosof.
"Iya gw tahu, itu kan kata-kata Benjamin Franklin. Itu kan kalau makanan dan minuman, kebanggaan dan lain-lain, kalau cinta gimana" tanyaku lagi.

"Lo tahu, bohong itu yang namanya cinta pada pandangan pertama. Tergila-gila pada pandangan pertama, itu memang iya. Heh, percaya deh sama gw, itu cuma sensasi belaka. Gw udah banyak pengalaman menggoda yang lagi jatuh cinta. Lagipula gw tahu persis, gak ada sejarahnya cowok naksir cuma satu cewek. Iya kan???" kata setan lagi sambil menatapku dengan tajam. Seakan-akan ada pancaran api yang keluar dari matanya.
Sensasi yang membuat lo kecanduan, bisa jadi lebih mengerikan daripada kecanduan rokok atau obat terlarang." lanjutnya lagi.
"Masak sih bisa lebih mengerikan daripada kecanduan obat terlatang" tanyaku heran.
"Yah, naif banget nih anak. Lu kira penyebab kecanduan itu apa? Bukankah orang yang kecanduan rokok, narkoba dan sebagainya hakikatnya ingin melarikan dari sensasi yang tidak menyenangkan. Sehingga, sensasi tadi tertutupi oleh rasa atau sensasi bahan yang dimasukkan ke dalam tubuh orang tersebut. Gak harus bahan-bahan beracun, berbahaya dan terlarang sih. Makanan enak juga bisa gitu. kalau lo udah makan melebihi porsi normal lu, berarti jiwa elo yang sesungguhnya lu beri makan." Kata setan serius.
"Memberi makan jiwa?" tanyaku heran. "Maksud gw, mengalihkan perhatian jiwa elu dari rasa sakit, bisa karena patah hati atau karena konflik, itu ke makan. Akhirnya, jiwa lo tetap kelaparan, ringkih dan tubuh lo jadi kekenyangan dan sakit-sakitan" kata setan.
"Ok, selama ini lu cuma mengejar sensasi kan, sensasi pujian, sensasi kesenangan semata. Apa yang lu udah perbuat perbuat demi masa depan lo, kuliah lo, kerjaan lo dsb, dll. Terusin deh situ sendiri." Lanjut setan.
Sekali lagi, aku hanya bisa terdiam. Hanya terdiam. Aku merasa kata-kata Setan itu bagai tamparan keras di pipiku.
"Kalau udah gitu, terus lo dapat penghargaan dong dari Iblis? Tanyaku lagi, ingin tahu.
"ya belum lah, masih jauh. Kalau gw udah bisa bikin lo berbuat nekat, kaya menculik atau memperkosa cewek yang lo pengenin, apalagi sampai mati, baru deh gw dapat" jawab Setan seraya berdiri dan menekankan jari telunjuknya yang berkuku panjang itu ke dadaku. "Singkatnya penghargaan dari Iblis itu gw atau setan yang lain bisa dapat kalau dia menyebabkan seseorang melakukan dosa yang akibatnya gak bisa atau sulit sekali dikembalikan seperti semula. Biasanya sih dosa-dosa besar, seperti membunuh atau berzina. Orang kalau udah mati dibunuh kan gak bisa diidupin lagi. Orang yang sudah berzina, sulit sekali memperbaiki nama baiknya. Vonis sosial dari masyarakat, yaitu hancurnya nama baik, sudah cukup berat bagi mereka, sehingga ada yang sampai bunuh diri. Mati juga kan ujungnya. Mati dalam keadaan yang buruk, sangat buruk".
Mata setan melotot saat mengucapkan kata-kata itu sambil menggerakkan tangannya melintasi tenggorokannya. Suatu ancaman yang serius, sangat serius.

"Gila lo, kayaknya gak mungkin deh lo dapat penghargaan gara-gara gw" kataku menyanggah.
"Oh ya?? Dalam sejarah manusia, bukankah pembunuhan pertama yang dilakukan kedua anak Nabi Adam adalah karena cinta kepada lawan jenisnya?? Apa sih di dunia ini yang tidak mungkin. Coba lo lihat lewat penemuan bangsa lo yang luar biasa itu, yang namanya internet, lo cari deh tentang pembunuhan. Dapat berapa banyak????" Setan seakan-akan menertawai kebodohanku.
"Bagaimana dengan balas dendam" tanyaku lagi. Setan tersenyum licik "itu gw paling suka" katanya lagi.
Coba aja sekarang, misalnya ada orang yang nyakitin elo, terus dengan kemampuan lo sekarang lo mau balas dendam, mau pake apa? Bagi gw gak penting, yang penting ada korbannya, ada yang mati. Orang yang nyakitin elu emang mungkin gak kenapa-napa, tetapi kan minimal elo mati su'ul khotimah dan bisa jadi ada orang-orang lain yang juga jadi korban. Seandainya ada, apa gak lu pikirin bahwa mereka itu adalah ayah, ibu, anak, saudara, teman atau apapun dari banyak orang di luar sana. Lalu bisa aja ada yang mau balas dendam lagi lalu dia juga membabi buta kaya elu. Korbannya gak tepat sasaran. Terus menerus begitu kaya ledakan atau reaksi berantai. Coba lu bayangin, benar-benar kami ini kaum setan makan gaji buta, kami tinggal ongkang-ongkang kaki melihat kalian pada saling bunuh. Gitu maksudnya." Jelas Setan.
"Apalagi kalau dalam rangka balas dendam, orang tersebut sampai minta bantuan dari dunia kami, tambah asyik tuh. Emang sih, kami-kami ini akan sedikit lebih sibuk. Maklum, kami kan harus manggil jin-jin yang punya spesialisasi di bidang itu. Tetapi gak apa-apa deh, memang itu kan profesi dan hobby kami?" tambah Setan lebih lanjut.
Mau tidak mau rasa ngeri menjalari seluruh tubuhku. Siapakah di dunia ini yang tidak punya rasa dendam. Bukankah semua manusia sedikit banyak pernah disakiti. Bagaimana jika ada setan yang mendapat penghargaan langsung dari Iblis Laknatullah gara-gara ada anak manusia yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya??? Bukankah setan adalah musuh kita yang nyata, tetapi kita masih mengikuti jalannya, bahkan mungkin membuatnya mendapat Iblis Award, penghargaan tertinggi di dunia setan. SEbesar apa dosa yang harus ditanggung orang itu di akhirat nanti? pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam benakku dan dalam hatiku. Entah bakal dapat kujawab atau tidak.
"Gw mau tanya, setan bisa tobat gak sih?" tanyaku pada si makhluk terkutuk itu. "Bisa aja kalau dia mau. Setan jin kan sama aja dengan setan manusia kayak elu" jawab setan, gaya mengejeknya tidak juga hilang dari tadi. "Jin itu makhluk merdeka, sama dengan manusia. dia bisa jadi makhluk yang taat, bisa juga maxiat. bisa tunduk bisa juga ingkar. Kalau dia benar-benar tobat dan istiqomah dalam ketaatan, tentu aja dia pantas masuk surga. Kalau enggak, ya lu tahu sendiri."
"Lu gak takut masuk neraka?" tanyaku lagi. "elu sendiri gimana?" Setan balas bertanya. Aku terdiam, sesungguhnya aku takut sekali dibakar di sana selama-lamanya. Namun, seraya bercermin dari perbuatan dan kelakuanku selama ini, sungguh aku seakan tiada sedikitpun rasa takut pada hukuman abadi itu, bahkan seakan menganggapnya tidak ada. Setan tidak perlu menjawab pertanyaan terakhirku itu.

Aku mengantarkan Setan sampai ke depan pintu. Setan pun beranjak pergi dan menghilang. Dia pergi entah ke mana, masa bodo, aku tak merasa ingin tahu.
Catatan: cerita ini 100 persen fiksi
Film:
Millenium the series, Episode ke berapa lupa
Bedazzled
Van Helsing
Buku: cerita-cerita Horor zaman Victoria, terutama,
The Strange case of DR Jekyll and Mr. Hyde
Frankenstein
The Masquarade of Red Death
Tulisan2 seperti:
Upacara pemakaman sang Kura-kura dalam DOA SANG KATAK 1, Anthony de Mello SJ, Penerbit Kanisius, Cetakan 12, 1996
ditambah pengalaman pribadi dengan diri sendiri
Semoga bermanfaat
8 komentar: