Jumat, 23 Oktober 2009

[Pengalaman] Saat bertugas sebagai anggota tim Trauma Healing di Padang

Assalamualaikum, berikut sedikit cerita dari pengalaman selama bertugas di Padang

Maaf kalau postingnya telat, maklum baru mulai habis capenya

pada awalnya sih gara2 baca-baca Notes FB-mas Gaw yang menceritakan bahwa di dalam tubuh manusia, Allah SWT sudah menganugerahkan kemampuan menyembuhkan diri dengan memanfaatkan energi tubuh.  Apabila bagian dari sistem energi tubuh yang terganggu itu sudah normal kembali, maka sakit yang diderita akan berangsur-angsur pulih.  di notes tersebut disebutkan teknik SQT atau Spiritual Quantum Touch, wah saya udah lama pingin tahu dan pingin belajar teknik seperti itu.  Kapan ya bisa????

Tiba-tiba, di status FB  mbak Tari dari Logos ada informasi untuk para SEFTer yang mau membantu tim trauma healing di Padang.  Langsung saya reply untuk daftar. Alhamdulillah diterima sehingga saya, mbak Tari dan beberapa SEFTer lain, yaitu

Mas Fabri, Mas Kusnadi, Mas Widyo dan Mas Asep bisa berangkat ke Padang.

A proof of Law of Attraction???? Maybe, who knows ;)

Kami sampai di padang pada hari kamis sore, pada awal waktu Ashar.  Kami langsung menuju hotel cendrawasih di jalan Pemuda dekat Mall Andalas.  

Kami baru memulai kegiatan pada esok harinya, yaitu hari Jum'at dengan mengadakan pelatihan gratis di Masjid Nurul Iman dan mengadakan terapi gratis bagi para jamaah di sana.  di sana kami berkenalan dengan Pak Amrizal, seorang SEFTer dari Padang yang menjadi guide kami waktu itu.  Kami juga sempat melihat-lihat macam-macam bangunan yang sudah rusak, termasuk hotel Ambacang yang runtuh dan amblas beberapa tingkat ke bawah tanah.  

Pada hari sabtu, kami ke daerah Sicincin dan sekitarnya, melakukan terapi bagi masayarakat dan mengajari mereka agar mereka tidak tergantung pada para terapis.  

pada hari-hari berikutnya, yaitu mulai dari Hari Ahad sampai Selasa, tim kami dibagi dua, Saya dan mas Fabri ikut rombongan tim trauma healing ACT sementara yang lain tetap bersama BAZNas.  Kami juga mendapat bantuan relawan lokal yang dilatih

Alhamdulillah, di ACT saya bisa ketemu mbak Ririn, Mas Gaw dan Mas Andika alias Andips.  

Walaupun namanya Tim Trauma Healing, pada umumnya kasus yang kami tangani berkisar pada penyakit-penyakit fisik, seperti sakit pada kaki, lutut atau kepala.  Masyarakat kita pada umumnya hanya mengenali gejala-gejala fisik, dan kurang memperhatikan masalah2 emosi.  

Alhamdulillah, masyarakat cukup antusias, karena selain melakukan terapi, kami juga mengajari mereka cara-cara melakukan tapping pada diri sendiri.   

Diantar hal-hal menakjubkan yang saya dan tim alami adalah seorang bapak yang tadinya sulit berjalan karena kakinya sakit, setelah diterapi satu putaran bisa lompat-lompat lagi; seorang ibu yang kakiknya tadinya sakit, setelah ditapping satu putaran dan di-test dengan diminta memutar2 kaki sambil di-tapping titik Karate Chop-nya, akhirnya bisa menggerakkan kakinya kembali dan lain-lain.  Teman saya bahkan ada yang bisa membantu orang yang sudah hampir buta sehingga bisa melihat kembali walaupun masih belum jelas benar.  

kesulitan yang dialami tim, termasuk yang saya rasakan, adalah masalah komunikasi.  Kami banyak bertemu orang-orang tua dan mereka yang sepertinya kurang berpendidikan.  Namun, terkadang mereka saat diterapi juga cukup kooeperatif, seperti seorang bapak yang pernah menderita penyakit Chikungunya. Bapak itu menderita nyeri-nyeri di beberapa bagian persendiannya, sehingga menghambat tugasnya sebagai tukang bangunan.  Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah dan tingkat kooperasi yang baik dari bapak tersebut, nyeri-nyeri di jari2 tangan dan lututnya berangsur membaik setelah diterapi oleh saya.  

Pada saat bertugas di Kecamatan Dua Kali Sebelas Enam Lingkung, kami sampai kewalahan dan kelelahan melayani antrian masyarakat yang minta diterapi.  Jika saja Allah SWT tidak berbaik hati pada kami dengan mengirimkan hujan yang cukup deras, wah mungkin bisa pingsan tim trauma healing di sana.  Tim trauma healing memang perlu banyak relawan agar bisa melayani masyarakat dengan baik dan cepat.  
 
SElain menterapi orang lain, saya sendiri juga merasakan terapi dari sesama relawan Tim Trauma Healing.  Saat beristirahat di posko unit Kanagarian Sicincin, yang merupakan sebuah masjid yang kondisinya masih lumayan baik walaupun agak retak-retak, saya merasakan sakit pada leher, sakit itu menjalar ke sebelah kepala.  Teman saya, Mas Ima Lesmana, menempelkan kedua tangannya di leher saya dan mengalirkan energi dengan teknik Spiritual Quantum Touch.  Alhamdulillah, sakit di leher dan kepala berangsur pulih dan tidak kambuh lagi sampai pulang ke Jakarta. 

Saat-saat paling mengharukan justru datang pada hari terakhir saya bertugas bersama tim ACT.  di belakang puskesmas yang jadi posko tim ACT, ada sepasang suami istri yang sudah sangat tua.  sang suami terserang stroke karena terlalu lelah mengurusi istrinya yang sakit-sakitan.  Mas Fabri menterapi sang istri sementara saya dan mas Ima menterapi sang suami.  Saya bersama mas Ima sempat mencoba mengaplikasikan Spiritual Quantum Touch, yang sudah mendapat sentuhan Islami, kepada sang kakek.  Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan, apalagi si kakek ternyata sudah tahu doa yang kami baca.  Suatu doa yang dianjurkan oleh Rasul SAW untuk dibaca saat kita sakit, sambil menyentuh bagian tubuh yang sakit.  Saat itulah, karena adanya pertukaran dan interaksi energi yang intens, kami semua tidak bisa menahan derasnya air mata dan keharuan yang datang.  

Richard Gordon, pendiri Quantum Touch, menegaskan bahwa sesungguhnya semua penyembuhan adalah penyembuhan yang terjadi pada diri sendiri.  Tidak ada seorangpun yang mampu menyembuhkan orang lain.  Definisi seorang penyembuh, menurut Richard Gordon, adalah seseorang yang sakit lalu bisa menyembuhkan dirinya sendiri.  Sedangkan definisi seorang penyembuh yang hebat adalah seseorang yang sakit berat lalu bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan cepat a healer is someone who was sick and got well; a great healer is someone who was very sick and got well quickly.  Orang lain hanya bisa membantu menyelaraskan dan meningkatkan vibrasi energi tubuh, bukan menyembuhkan.

Seringkali, keinginan kita untuk segera sembuh malah menghambat proses penyembuhan yang terjadi pada tubuh itu sendiri.  Tubuh kita seakan-akan tidak dipercaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, sehingga dia pun "ngambek" dan tidak kunjung sembuh. 

Karena sebagian besar menusia tingkat energinya relatif rendah maka tubuh perlu waktu lama untuk memulihkan diri.  Untuk mempercepat kesembuhan, banyak orang memerlukan tambahan energi untuk memancing vibrasi energinya agar meningkat hingga menghasilkan efek kesembuhan.  Tambahan energi ini bisa diperoleh dengan diterapi oleh orang-orang yang tingkat vibrasi energinya lebih tinggi. 

Hadiah yang paling membahagiakan bagi seorang healing facilitator, baik yang menggunakan Energy Psychology Tapping atau Quantum Touch adalah kebahagiaan yang terpancar orang yang dia bantu untuk sembuh.  Sungguh sebuah pengalaman yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata seindah apapun. 

Semoga semakin banyak orang yang bersedia belajar terapi berbasis energi psikologi ini agar makin banyak orang yang terbantu mengatasi penyakit dan masalah-masalah emosionalnya sehingga tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar, seperti obat-obatan dan sebagainya. 

Semoga bermanfaat

Muhammad Nahar, SEFTer angkatan 49

http://naharseft49.multiply.com/
http://kopiradix.multiply.com/
http://perenungancinta.blogspot.com/



 

Jumat, 02 Oktober 2009

[Komunitas Lebah] Sahur bareng ojek sepeda di Museum Mandiri




Pada rangkaian acara baksos MPID kemarin, saya tidak ikut Sahur on the road karena ingin ikut acara yang satu ini. Di sana saya ketemu

Teh Fifi Moestarika dan teman-teman dari Komunitas Lebah

Mas Rudy dan Mbak Ibet juga ikut.

Kami sampai kira-kira lewat tengah malam, lalu mempersiapkan tempat di Museum Bank Mandiri, lalu acara dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, termasuk dari ketua dan pendiri KHI,Mas Asep Kambali

Acara dilanjutkan dengan jalan-jalan malam di kota tua dipandu mas Asep dan diteruskan dengan naik sepeda onthel beramai-ramai keliling kota tua.

Asyik dan seru deh pokoknya ... :)

Selain berkeliling, kita juga mampir ke jembatan Kota Intan.

setelah puas berkeliling, kami kembali ke Museum Bank Mandiri untuk istirahat dan sahur.

Acara diakhir dengan Sholat Subuh berjamaah dan pembagian bingkisan untuk para sahabat kami tukang-tukang ojek sepeda.

btw, ada loh seorang tukang ojek sepeda yang bisa membiayai anaknya sampai lulus kuliah, Subhanallah

posted by: Muhammad Nahar, SEFTer angkatan 49

[Lomba Menulis Baksos MPID] Pagi-pagi sudah TOUR OF DUTY

Pagi itu, walaupun sudah hari H rangkaian acara baksos MPID, saya masih saja mengantuk, namun tiba tiba sekitar jam 7 pagi (lewat berapa lupa? pokoknya sekitar jam segitu deh) saya ditelepon mbak Ari, diminta ikut ke baksos yang ke Gintung Cilejet, Parung Panjang.  

"saya diperlukan atau enggak nih, kalau diperlukan boleh. Tapi bilang bunda Elly dulu ya?" kata saya.  Yang tadinya kepingin merem sebentar karena tidak tidur semalaman (mengerjakan terjemahan sekalian browsing2 gak jelas) akhirnya langsung berangkat, untung ada yang mengantar sampai ke Radio D FM.  Sekalian ajak keponakan jalan2

karena teringat lagi dengan kunjungan ke kampung Dago beberapa waktu yang lalu, bersama Mas Rudy dan Bunda Elly, sepanjang saya bersiap-siap sampai berangkat tidak lupa mendendangkan lagu favorit, soundtrack-nya Tour of Duty, apalagi kalau bukan Paint It Black-nya Rolling Stones.   

kayaknya lagu itu bakal terus2-an jadi soundtrack saya kalau mau ke Parung Panjang nih ..

Samapai di sana ternyata masih nunggu, pagi-pagi ketemu mbak Noem dan Mas Heri.  Setelah menunggu beberapa lama sambil ngobrol, datanglah mbak Ari dan mbak Yelli. setelah itu barulah berdatangan yang lain, seperti mbak Ndaru dan mbak Dian dan teman-teman yang lain (belum begitu hafal dan kenal, kalau ada yang ingat minta tolong ditambah di kotak reply ya)

Akhirnya, setelah semua lengkap, berangkatlah kami semua ke Parung Panjang lewat tol BSD.  Pas waktu keluar dari tol sempat nyasar, namun alhamdulillah semua kembali ke jalurnya yang benar.  Setelah keluar dari tol, kami melewati jalan yang biasa dilalui saat ke Desa Jagabita, namun kali ini kami melewati kompleks Parung Permai. 

Sebelum masuk kompleks Parung Permai, kami menjemput relawan yang biasa membantu kami di sana yaitu Ibu Uun di puskesmas Parung Panjang.

Kami melewati kompleks Parung Permai yang benar-benar permai.  Yang dimaksud permai di sini adalah banyak sekali rumah kosong, pokoknya mirip sekali dengan kota-kota hantu jaman kuda gigit besi, yaitu kota-kota yang ditinggal pemiliknya.  Pak Irwan, supir yang bawa mobil yang kami tumpangi, mengatakan bahwa rumah-rumah di kompleks tersebut banyak yang hanya dijadikan investasi oleh pemiliknya.  Jika suatu saat mereka perlu uang, rumah-rumah itu kan bisa dijual, mungkin begitu menurut realitas subjektif (baca: pikiran) mereka.  

Tetapi siapa juga yang mau tinggal di kompleks yang kaya kota mati seperti itu, jangan-jangan rumah tetangga yang disangka kosong ternyata jadi tempat ngumpet resividis, bromocorah (baca: penjahat) atau bahkan teroris.  Nah lo, berabe kan kalau sampai seperti itu

Setelah dari kota hantu eh, kompleks tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke Gintung Cilejet.  perjalanan kami cukup berat mengingat medan yang harus kami tempuh mirip keadan di film-film perang Vietnam, persis film jaman saya SMP dulu, Tour of Duty.  Ceritanya perjalanan dari Kota Saigon alias Ho Chi Minh City ke markasnya tentara Viet Cong,

Rute yang harus kami lalui termasuk jalan tanah sempit yang berada di pinggir sebuah sungai yang cukup besar dengan airnya yang mengalir deras bercampur lumpur.  Selain itu, kami juga harus melewati sebuah jembatan kayu yang ada di atas sungai tersebut.  Saat dilewati mobil, terdengar jembatan kayu itu berderak-derak seakan-akan memprotes beratnya beban yang melintas di atasnya. 



Desa Gintung Cilejet sendiri adalah salah satu desa yang ada di Parung Panjang, semuanya ada 11 desa yaitu:

   1. Cibunar
   2. Cikuda
   3. Dago
   4. Gintung Cilejet
   5. Gorowong
   6. Jagabaya
   7. Jagabita
   8. Kabasiran
   9. Lumpang
  10. Parung Panjang
  11. Pingku

(nyontek dari Wikipedia Indonesia)

Sesudah sampai tujuan, mulailah kami bergerilya membagikan barang-barang sumbangan kepada mereka yang membutuhkan.  Beberapa tempat bahkan tidak dapat dicapai mobil sehingga kami ada yang harus mempergunakan sepeda motor atau berjalan kaki.  Bisa dibayangkan betapa terisolirnya penduduk desa Gintung Cilejet ini dari peradaban moderen.  Seakan-akan mereka adalah penduduk suatu pulau yang berada nun jauh di tengah samudra.

Kondisi geografis dan fasilitas sarana jalan yang sangat tidak memadai itu pulalah yang menyebabkan masyarakat di desa tersebut,  termasuk juga di desa-desa lain di Parung Panjang, enggan untuk datang ke puskesmas yang terletak di jalan raya.  Ongkos berobat di puskesmas mungkin murah namun perjalanan ke sana memakan ongkos yang jauh lebih mahal.  Sehingga saat terpaksa dibawa ke puskesmas, keadaan orang yang sakit sudah terlalu parah.

Apa yang kami lakukan di desa Gintung Cilejet itu memang masih sangat kurang memadai dibandingkan dengan keadaan mereka di sana.  Masih banyak sekali kebutuhan masyarakat desa tersebut yang belum terpenuhi, terutama kebutuhan yang bersifat non-materi, seperti semangat menghadapi kehidupan, optimisme dan ilmu pengetahuan.  Sangat disayangkan para penduduk tersebut, sebagaimana sebagian besar masyarakat miskin di Indonesia, masih termasuk dalam apa yang oleh Erich Fromm sebagai "Receptive Society" alias masyarakat yang lebih banyak pasif menunggu bantuan datang pada mereka.   

Mereka adalah orang-orang yang mengasihani diri sendiri dan menganggap diri mereka sebagai korban.  Mereka cenderung menyalahkan segala hal di luar mereka sebagai penyebab kemiskinan hidup mereka.  Sulit sekali membangkitkan jiwa mereka untuk mempersiapkan diri meraih masa depan yang gemilang.  

Walapun demikian, jangan sampai kita hanya menjadi berkah bagi orang-orang yang kita kenal, orang-orang yang memang mencintai kita atau baik kepada kita.  Kita juga harus berusaha semaksimal mungkin menjadi berkah bagi sebanyak mungkin manusia.  Kita hidup hanya satu kali di atas muka bumi ini, maka jangan sia-siakan dengan tidak berbagi dengan yang lain.

Rekan-rekan sekalian,

Getaran-getaran jerit rintih mereka yang miskin dan menderita mungkin terlalu lemah untuk bisa didengar oleh banyak manusia yang terlena oleh kehidupan moderen, oleh yang senantiasa dibanjiri berbagai macam hiburan dan terlena manisnya teknologi.  

Namun, ....... getaran-getaran energi yang lemah itu cepat atau lambat akan mampu mengetuk dan menembus pintu-pintu lagi, dan hanya tinggal masalah waktu saja bagi Allah Al Latif, Allah SWT Yang Maha Lembut, .....................   

.....................  yang mampu menangkap getaran kepedihan betapapun halusnya

.....................  yang pada akhir memberi balasan yang seadil-adilnya bagi semua manusia

"A laisallahu bi ahkamil haakimiin"
"Bukankah Allah seadil-adilnya hakim?"
(Qs. At Thiin 8)

Semoga bermanfaat,

by Muhammad Nahar, SEFTer angkatan 49

Foto-foto kegiatan tersebut bisa dilihat di album yang satu ini

Posting sambil dengerin Ebiet G. Ade - Apakah ada bedanya

    Apakah ada bedanya hanya diam menunggu
    dengan memburu bayang-bayang? Sama-sama kosong
    Kucoba tuang ke dalam kanvas
    dengan garis dan warna-warni yang aku rindui

    Apakah ada bedanya bila mata terpejam?
    Fikiran jauh mengembara, menembus batas langit
    Cintamu telah membakar jiwaku
    Harum aroma tubuhmu menyumbat kepala dan fikiranku

    Di bumi yang berputar pasti ada gejolak
    Ikuti saja iramanya, isi dengan rasa
    Di menara langit halilintar bersabung
    Aku merasa tak terlindung, terbakar kegetiran
    Cinta yang kuberi sepenuh hatiku
    Entah yang kuterima aku tak peduli,
    aku tak peduli, aku tak peduli

    Apakah ada bedanya ketika kita bertemu
    dengan saat kita berpisah? Sama-sama nikmat
    Tinggal bagaimana kita menghayati
    di belahan jiwa yang mana kita sembunyikan
    dada yang terluka, duka yang tersayat, rasa yang terluka 

[Baksos MPID] Episode Desa Gintung Cilejet




Assalamualaikum,

sebelumnya mohon maaf kalau album ini upload-nya telat dan memotretnya asal-asalan, maklum bukan fotografer dan pakai kamera HP pula .. :)

Muhammad Nahar
SEFTer angkatan 49

Kamis, 01 Oktober 2009

[Quotations] Some of my favorite quotations

Words can inspire, thoughts can provoke but only action brings you closer to your dreams - Brad Sugars

To Live, to learn, to love and to leave a legacy - Stephen Covey

Life is LOGOS (Loving God, Blessing Others, Self Improvement) the rest is just detalis
- Ahmad Faiz Zainuddin - SEFT Founder

One day our grandchildren will go to museums to see what poverty was like
- Muhammad Yunus

Sebetulnya bukan engkau, yang menarik perhatianku tetapi
sensasi, yang kuperoleh dengan mencintai engkau.
- Anthony de Mello SJ

And Darkness and Decay and the Red Death held illimitable dominion over all.
- Edgar Allan Poe

setiap orang yang mencoba mencari kebahagiaan dari luar dirinya, akan selalu mendapati kebahagiaan adalah milik orang lain

“In the depths of every heart, there is a tomb and a dungeon, though the lights, the music, and revelry above may cause us to forget their existence, and the buried ones, or prisoners whom they hide. But sometimes, and oftenest at midnight, those dark receptacles are flung wide open. In an hour like this, when the mind has a passive sensibility, but no active strength; when the imagination is a mirror, imparting vividness to all ideas, without the power of selecting or controlling them; then pray that your grieves may slumber, and the brotherhood of remorse not break their chain.”
- Nathaniel Hawthorne

"There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle."
- Albert Einstein

"Oh, Great Spirit, whose voice I hear in the winds and whose breath gives life to all the world, hear me. I come before you, one of your many children. I am weak and small. I need your strength and wisdom. Let me walk in beauty and make my eyes ever behold the red and purple sunset; my ears sharp so I may hear your voice. Make me wise, so I may learn the things you have taught my people, the lessons you have hidden under every rock and leaf. I seek strength, not to be superior to my brothers, but to be able to fight my greatest enemy--myself. Make me ever ready to come to you with clean hands and straight eyes, so whenever life fades, like the fading sunset, my spirit will come to you without shame."
-Prayer Composed by Chief Yellow Lark, a Blackfoot Indian

To fear love is to fear life, and those who fear life are already three parts dead.
- Bertrand Russell, Marriage and Morals Ch. 16 (1929)

“There is a sacredness in tears. They are not the mark of weakness, but of power. They speak more eloquently than ten thousand tongues. They are messengers of overwhelming grief...and unspeakable love.”
- Washington Irving

Note: tadinya mau di-posting secara bertahap di notes, namun karena terlanjur banyak ya di sini saja,

semoga bermanfaat ya

[Renungan] Adakah semua bencana ini kesalahan kita?

dalam satu bulan, dua kali gempa besar : Tasikmalaya (2 September) dan Padang (30 September). Lindungi kami Yaa Allah..

Sahabat,
mari kita membayangkan seorang atasan yang begitu peduli pada kemajuan anak buahnya.  Beliau mengikutsertakan para anak buahnya untuk mengikuti suatu pelatihan yang mahal dan dalam jangka waktu satu bulan, bayangkan pelatihan selama satu bulan.

Sang atasan tidak segan-segan mengeluarkan uang dari kantong pribadinya agar semua anak buahnya bisa ikut pelatihan tersbut.

Nah, mari kita bayangkan apabila ada diantara mereka yang tidak mengikuti pelatihan dengan serius.  Hanya sekedar menganggap acara pelatihan itu tidak ada bedanya dengan piknik atau jalan-jalan, sekedar berlibur lepas dari rutinitas pekerjaan kantor.  Selesai pelatihan, tidak ada peningkatan kinerja pada sejumlah oknum tersebut.  Sungguh, dapat dibayangkan kekecewaan sang atasan atas sikap dan karakter para oknum yang ada diantara anak buanya tersebut.  Bukan tidak mungkin para anak buah yang menyia-nyiakan kesempatan pelatihan itu akan menerima hukuman yang berat dari sang atasan atau institusi tempat mereka bekerja.

Sahabat,

Bulan Ramadhan adalah bulan pelatihan bagi semua kaum muslimin di dunia ini, namun berapa persenkah dari mereka yang benar-benar jadi alumni Ramadhan? Berapa banyakkah dari kaum muslimin ini, yang seharusnya menjadi khalifah di muka bumi, yang berhasil menerapkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan mereka?

Sahabat,
Bencana-bencana yang datang silih berganti pasca Ramadhan kali ini mungkin merupakan teguran bagi kita semua, yang mungkin belum pantas disebut alumni Ramadhan.  Yang menyia-nyiakan kesempatan training selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan yang baru saja berlalu.  

Sahabat,
Mungkin semua bencana ini adalah teguran bagi kita semua, teguran bagi kita yang performa ibadahnya (baik ibadah ritual atau non-ritual) bukan menunjukkan orang yang pantas masuk bulan Syawal yang bermakna peningkatan, yang ternyata malah menunjukkan kinerja "saya awal" alias sama bahkan lebih buruk daripada sebelum mengikuti pelatihan.

Mari kita ingat kembali firman-firman Allah SWT:

“Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?”

(QS Ar-Rahman [55]: 13, 16, 18, 21, 23, 25, 28, 30, 32, 34, 36, 38, 40, 42, 45, 47, 49, 51, 53, 55, 57, 59, 61,

“Dan apa saja nikmat yang ada padamu, maka dari Allah-lah (datangnya),”

(QS An-Nahl [16]: 53).63, 65, 67, 69, 71, 73, 75, 77).
 
Sekali lagi, jangan sampai nikmat fitrah pasca pelatihan Ramadhan ini kita dustai, ingkari dan sia-siakan karena belum tentu kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan. 

Sahabat,
tidak perlu menunggu bencana untuk bertaubat, tidak perlu menunggu Ramadhan tahun depan untuk meningkatkan prestasi ibadah kita.  Mulailah dari yang kita mampu, mulailah dari diri kita sendiri dan mulailah dari sekarang. 

Selalu ada hikmah di balik musibah, selalu ada amanah di balik setiap nikmat dan anugerah.

Semoga bermanfaat

Turut berduka cita atas bencana yang menimpa saudara2 kita di baik di Padang, Tasikmalaya dan di tempat-tempat lainnya.  Semoga mereka yang meninggal dunia diterima amal ibadah serta diampuni dosa-dosa dan kesalahan yang pernah diperbuat.  Serta bagi yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan oleh Allah SWT

related links

Let's go to Padang dan jurnal yang ini
 

Facebook kenapa error melulu ya, apa sudah kebanyakan penduduk di sana?