Demonstrasi demi demonstrasi yang dilakukan berbagai elemen masyarakat ternyata mampu menarik perhatian dunia akan isu Mavi Marmara. Oleh karena itu, Zionis dan pihak-pihak yang pro mereka tentu saja berusaha mengalihkan perhatian dan sorotan dunia pada mreka. Untuk mengalihkan perhatian masyarakat di negara-negara maju, mereka harus bekerja keras dan merancang strategi jitu. Masyarakat di negera-negara maju jelas bukan kumpulan orang tolol pendek ingatan yang mudah ditipu dan dibodoh-bodohi. Namun, tidak demikian dengan masyarakat Indonesia, negeri dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia. Mereka tahu persis bahwa masyarakat Islam Indonesia tak ubahnya buih di atas lautan. Mereka sangat mengetahui bahwa masyarakat Indonesia ini enggan untuk memikirkan hal-hal yang berat. Orang2 Indonesia susah diajak berpikir mendalam. Orang-orang negeri ini sudah terlalu tertekan oleh beratnya beban hidup akibat kemiskinan yang menghimpit.
Kemunculan video porno dua selebritis yang pernah jadi sorotan media massa adalah pengalih isu paling efektif. Isu Mavi Marmara yang sempat mendominasi pemberitaan media, baik cetak, elektronik ataupun online, seakan tertutupi oleh kemunculan video tidak senonoh itu. Siapapun pelakunya, seleb atau non seleb, video seperti itu seharusnya hanya beredar di ruang privat. Bahkan, hubungan suami istri tidak seharusnya direkam di video. Kegiatan seperti itu adalah kegiatan yang bersifat sangat pribadi, bahkan Rasul SAW melarang pasangan suami istri menceritakan apa saja yang mereka lakukan kepada orang lain. Apalagi dalam masyarakat sakit jiwa yang dipenuhi "otak-otak ngeres" dan "nafsu syahwat" seperti masyarakat kita ini.
Sebenarnya, tidak penting apakah video itu beneran kedua artis itu atau bukan. Siapapun pelakunya, video seperti itu sama sekali bukanlah konsumsi publik. Apalagi kalau dilakukan di luar pernikahan yang sah, tentu sudah termasuk zina. Namun, di dunia selebritis yang serba bebas, liberal dan glamour, kelakuan seperti itu sangat mungkin sudah dianggap biasa.
Tragedi Mavi Marmara adalah momentum yang sangat tepat untuk membuka hati umat manusia, tanpa pandang ras, bangsa, agama atau keyakinan. Betapa penyerangan brutal nan kejam pada para relawan kemanusiaan adalah salah satu kejahatan kemanusiaan terkejam saat ini. Kedok Negara Israel (yang dengan tanpa hak mencatut gelar mulia seorang Nabi) sebagai negara demokratis terkuak sudah. Kebijakan-kebijakan negara kaum zionis itu ternyata tidak ada bedanya dengan Jerman zaman pemerintahan Nazi dan Hitler, Italia zaman Fasis Mussolini dan Soviet zaman Stalin. Sama sekali tidak ada bedanya. Wajah Iblis nan penuh kebusukan menjijikkan kini terbuka dan telanjang. Tidak mengherankan apabila mereka berusaha menutupi terkuaknya aib mereka dengan segala cara, termasuk menyebarkan video porno.
Entah kapan media-media kapitalis serakah itu akan sadar bahwa masyarakat sakit hanya menghasilkan individu-individu sakit jiwa dan sebaliknya. Media-media yang justru melakukan pengkhianatan dan mengambil keuntungan tak seberapa dari sakitnya masyarakat ini. Mungkin menunggu sampai masyarakat sakit ini berubah menjadi zombie-zombie tak berakal dan tak berjiwa, yang berjalan, berbicara dan bernafas namun hakikatnya sudah meninggal sebelum ajal. Kerusuhan Mei 1998, yang pada hakikatnya merupakan ledakan bom waktu kemiskinan, seakan berlalu lenyap tanpa pernah diingat lagi apalagi diambil pelajaran dan hikmahnya.
Jika demikian adanya, terlalu naif kiranya apabila kita berharap bahwa Tragedi Mavi Marmara akan menjadi tragedi kemanusiaan terakhir. Pengalihan isu dengan cara-cara kotor dan murahan seperti video porno selebritis seharusnya menjadi peringatan bagi kita bahwa kejahatan dan tragedi kemanusiaan pasti akan berulang kembali di masa depan. Selama akar permasalahan dari tragedi-tragedi kemanusiaan, baik yang telah terjadi maupun yang akan datang, belum terselesaikan dengan tuntas.
"Kejahatan terjadi bukan hanya karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan .. WASPADALAH, WASPADALAH!!"
Bang Napi
----- semoga bermanfaat ------------
2 komentar: