Jakarta telah berkembang menjadi salah satu kota metropolitan yang sangat bsar. Nuansa hiruk pikuk kapitalisme menyelimuti keseharian warga penghuninya setiap hari. Konsumerisme adalah bahan bakar mesin ideologis bernama kapitalisme. Iklan-iklan dan promosi-promosi seakan menjadi minyak pelumas dari mesin ideologis tersebut. Segala hal tersebut menjejali bawah sadar para penghuni Kota Jakarta tanpa hentai setiap hari. Para perodusen bertarung mati-matian untuk memperebutkan kue bernama keuntungan material yang berasal dari kantong para konsumen. Harta yang diperoleh dengan kerja keras habis ludes tak bersisa akibat terbuai bujuk rayu para produsen barang dan jasa pengekor ideologi kapitalisme tersebut. Promosi dan iklan seakan janji suci yang tak terbantahkan akan kesejahteraan dan kenyamanan hidup duniawi yang fana dan sementara ini.
Untuk mendistribusikan sekaligus memasarkan barang-barang itu, dibuatlah berbagai tempat perbelanjaan yang membuat para pengunjungnya betah berlama-lama. Selama berada di mall-mall tersebut, pikiran dan jiwa mereka terus menerus dipengaruhi oleh segala macam promosi yang ada. Pendingin udara yang memenuhi seluruh Mall seakan melindungi para pengunjungnya dari sengatan terik mentari yang membakar bumi di luar sana. Perbandingan antara Mall dengan taman kota sudah sulit untuk diperhitungkan lagi. Taman-taman kota di Jakarta mungkin bisa dihitung dengan jari, sedangkan jumlah mall mungkin harus dihitung menggunakan kalkulator atau komputer yang canggih. Taman kota hanya fragemen-fragmen kecil dari keseluruhan ruang di ibukota ini sedangkan Mall sudah memenuhi sekian puluh persen tanah yang ada. Padahal, taman kota adalah tempat wisata yang murah meriah. Bagaikan ibu yang memeluk anak-anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, ras dan sebagainya. Sedangkan Mall adalah seorang pesolek angkuh yang hanya mau melayani mereka yang berstatus sosial tinggi atau yang berkantung tebal entah uangnya halal atau haram. Sementara itu, tidak jauh dari pusat-pusat perbelanjaan tersebut, anak-anak jalanan mencoba mengais-ngais sedikit remah-remah peradaban. Mereka menjadi ojek payung bila hujan tiba, ada pula yang mengemis sekedar meminta belas kasihan para pengunjung mall yang tentunya punya uang banyak itu.
Ciri orang-orang yang sudah terjajah peradaban materialistik adalah lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Mereka lebih senang menggunakan harta hasil kerja keras mereka untuk memenuhi keinginan hawa nafsu duniawi mereka. Padahal, menurut Kang Zen, Keinginan" yang terpenuhi seringkali justru menghadirkan banyak masalah baru, sedangkan "Kebutuhan" yang terpenuhi akan menyelesaikan banyak permasalahan. Boleh jadi, jika 30% saja terpenuhi dari semua keinginanmu maka bersiap2lah mendapatkan masalah 3 kali lipat lebih berat dari biasanya. Allah SWT berfirman: "Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu.. (Q.S. 2:216)". Banyak dari mereka juga enggan membantu orang lain memenuhi kebutuhan hidup orang lain.
Untuk mendistribusikan sekaligus memasarkan barang-barang itu, dibuatlah berbagai tempat perbelanjaan yang membuat para pengunjungnya betah berlama-lama. Selama berada di mall-mall tersebut, pikiran dan jiwa mereka terus menerus dipengaruhi oleh segala macam promosi yang ada. Pendingin udara yang memenuhi seluruh Mall seakan melindungi para pengunjungnya dari sengatan terik mentari yang membakar bumi di luar sana. Perbandingan antara Mall dengan taman kota sudah sulit untuk diperhitungkan lagi. Taman-taman kota di Jakarta mungkin bisa dihitung dengan jari, sedangkan jumlah mall mungkin harus dihitung menggunakan kalkulator atau komputer yang canggih. Taman kota hanya fragemen-fragmen kecil dari keseluruhan ruang di ibukota ini sedangkan Mall sudah memenuhi sekian puluh persen tanah yang ada. Padahal, taman kota adalah tempat wisata yang murah meriah. Bagaikan ibu yang memeluk anak-anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan status sosial, kekayaan, ras dan sebagainya. Sedangkan Mall adalah seorang pesolek angkuh yang hanya mau melayani mereka yang berstatus sosial tinggi atau yang berkantung tebal entah uangnya halal atau haram. Sementara itu, tidak jauh dari pusat-pusat perbelanjaan tersebut, anak-anak jalanan mencoba mengais-ngais sedikit remah-remah peradaban. Mereka menjadi ojek payung bila hujan tiba, ada pula yang mengemis sekedar meminta belas kasihan para pengunjung mall yang tentunya punya uang banyak itu.
Ciri orang-orang yang sudah terjajah peradaban materialistik adalah lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Mereka lebih senang menggunakan harta hasil kerja keras mereka untuk memenuhi keinginan hawa nafsu duniawi mereka. Padahal, menurut Kang Zen, Keinginan" yang terpenuhi seringkali justru menghadirkan banyak masalah baru, sedangkan "Kebutuhan" yang terpenuhi akan menyelesaikan banyak permasalahan. Boleh jadi, jika 30% saja terpenuhi dari semua keinginanmu maka bersiap2lah mendapatkan masalah 3 kali lipat lebih berat dari biasanya. Allah SWT berfirman: "Boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu amat buruk bagimu.. (Q.S. 2:216)". Banyak dari mereka juga enggan membantu orang lain memenuhi kebutuhan hidup orang lain.
Sebaliknya, salah satu ciri orang-orang yang sudah terlepas dari belenggu materialisme adalah kesungguhan mereka dalam ber-shadaqoh, walaupun tidak selalu berwujud pengeluaran harta. Shadaqoh berasal dari kata sadaq yang berarti membenarkan. Maksud dari istilah tersebut adalah orang-orang yang mengeluarkan hartanya untuk membuktikan kebenaran janji Allah SWT dalam Al Quran. Mereka juga bershadaqoh dengan waktu, tenaga dan segala yang mereka miliki. Salah satu faktor pembebas mereka dari penjajahan materialisme adalah pemahaman yang benar tentang infaq. Infaq berasal dari kata nafaqa yang berarti mengeluarkan, infaq berarti pengeluaran atau belanja. Pengeluaran atau belanja untuk diri sendiri disebut nafaqa yang menjadi kata serapan dalam bahasa Indonesia menjadi nafkah. Sedangkan, pengeluaran harta untuk membantu orang-orang yang membutuhkan disebut Infaq.
Para penjajah asing mungkin secara formal sudah tidak ada lagi di negeri kaya raya ini. Namun, penjajahan yang dilakukan sesama bangsa seakan langsung muncul sesudah para penjajah asing itu pergi. Kemerdekaan yang sudah dianugerahkan oleh Allah SWT melalui darah, keringat dan air mata para pahlawan seakan-akan tidak berharga sama sekali. Kemerdekaan itu seakan-akan legitimasi untuk memperturutkan segala macam yang diinginkan hawa nafsu dan ego manusia. Selama manusia Indonesia masih terjajah oleh paham kapitalisme materialistik itu, maka "kamp-kamp konsenterasi" bernama Mall itu akan terus ada dan memenuhi mungkin sebagian besar tanah di Jakarta dan kota-kota lainnya di bumi nusantara tercinta ini.
Memang, negara yang terjajah oleh bangsa lain saat ini mungkin hanya Palestina dan Iraq. Palestina dijajah kaum Zionist Laknatullah dan Iraq dijajah Amerika, si Polisi Dunia. Namun, hampir semua bangsa di dunia ini sebetulnya sedang dijajah saudara sebangsanya sendiri. Penjajahan tersebut berwujud ketidakpedulian dan keegoisan serta memperturutkan hawa nafsu pribadi. Penjajahan memang tidak selamanya tidak menyenangkan. Para penduduk Gaza dan wilayah-wilayah lain di Palestina malah bisa lebih dekat pada Allah SWT selama dijajah Zionis sedangkan di negeri kita banyak yang berpaling dari agama karena dijajah Mall dan kapitalisme
Semoga siapapun yang membaca tulisan ini tergerak untuk memerdekakan minimal dirinya sendiri dari penjajahan yang enak itu serta memutuskan rantai ketidakpedulian pada sesama, minimal yang membelenggu dirinya sendiri.
Referensi:
Jumlah Mall di Jakarta sudah tidak ideal
Menyikapi Kebutuhan Keinginan dan Tawakkal
Note: untuk yang ingin segera infad dan bersedekah, silahkan catat nomor berikut, pasti diperlukan kalau lagi niat infak atau sedekah: 021-7414482 atau SMS 0813 15 6000 78 (ACT), Insya Allah siap dijemput. atau langsung ke rekening BCA 676 030 3818 - Permata Syariah 0971 001 224 atas nama Yayasan Aksi Cepat Tanggap
Ladang Amal Ramadhan 2010:
Baksos Multiply Indonesia 2010 di LP Wanita Pondok Bambu, dengan tema: MULTIPLY INDONESIA GOES TO LAPAS, info klik di sini
Pesantren Kilat Edufasting by Komunitas Lebah di PESANTREN KILAT KOMUNITAS LEBAH (EDUFASTING) tgl 28-29 agustus 2010 di hostel Pradana SMK 57 & Jl Margasatwa, Ragunan, Jaksel. Info klik di sini
LEBAY (Lebaran Bareng Anak Yatim) bersama Aki Nini pemetik daun teh di Desa Tugu, Bogor by Yayasan Sahabat Peduli Generasi Mandiri. Insya Allah akan dilaksanakan tanggal 12 September 2010, H+3 Lebaran. Info klik di sini
Semoga bermanfaat,

3 komentar: