Sabtu kemarin, saat mengikut Volunteer Sharing Session di kantor ACT di Ciputat, saya mendapat kesempatan bertemu dengan seorang brother bernama Jomah M. Al Najjar, Chairman of The Palestinian Welfare House. Beliau datang hendak berpamitan pada kami untuk melanjutkan perjalanannya, namun pak Imam Akbari meminta beliau untuk menyampaikan sepatah dua patah kata pada peserta volunteer sharing. Beliau, dengan penuh keharuan, menyampaikan apresiasinya pada kami atas kepedulian dan bantuan kaum muslimin Indonesia. "Other countries help Palestinian because of humanity, but you help us because of dien, so the intention is different" demikian kata brother Jomah. Makna pernyataan brother Jomah di atas adalah mereka merasakan bahwa kaum muslimin di Indonesia membantu mereka karena kesamaan akidah dan persaudaraan sesama Muslim atau ukhuwah Islamiyah
Jujur terus terang, tidak pernah terbersit sedikitpun bakal ada kesempatan bertemu seorang brother dari Palestina dan mendengar langsung apresiasi tulus dari beliau. Apresiasi yang sebenarnya terlalu tinggi bagi seorang seperti saya yang masih belum apa-apa dibandingkan mereka. Terbersit rasa malu yang adalam karena masih jauh dari apresiasi yang beliau sebutkan, baik secara pribadi maupun mewakili rakyat dan komunitas2 yang ada di Palestina, tanah penuh berkah yang kini bersimbah darah orang-orang tak berdosa.
Mungkinkah mereka mengetahui bahwa sesungguhnya mereka lebih beruntung daripada kaum muslimin yang ada di negeri zamrud khatulistiwa ini. Jika mereka harus berhadapan engna tentara zionsi bersenjata lengkap, kaum muslimin di sini harus berhadapan dengan musuh-musuh yang sulit dideteksi seperti kemiskinan, kemaksiatan, kapitalisme dan sebagainya.
Jika anak-anak di sana benar-benar menjadi pahlawan dengan menghadang tank-tank pasukan zionis dengan batu, di sini anak-anak baru bermimpi jadi pahlawan dengan memainkan adegan tembak menembak di berbagai macam game online. Jika penduduk Gaza dan berbagai wilayah lain di Palestina terhimpit kemiskinan karean penjajahan Zionis, maka penduduk di negeri ini banyak yang terhimpit kemiskinan karena dijajah diri mereka sendiri. Jika di sana banyak pemuda dan pemudi bermental pejuang, maka di negeri ini banyak pemuda dan pemudi bermental pecundang. Jangankan melawan musuh bersenjata lengkap, melawan keinginan untuk merokok, pacaran, atau menghabiskan waktu sia-sia saja seringkali tidak sanggup.
Sungguh tidak terbayangkan bagi saya apabila mereka mengetahui kekurangan dan kelemahan jiwa dari para saudara mereka. Saudara-saudara sesama muslim yang pernah mereka banggakan dan apresiasi dengan tulus itu. Tentu akan menjadi suatu kekecewaan yang mendalam dan sulit disembuhkan apabila Allah SWT membuka aib dan kekurangan kaum muslimin Indonesia yang seringkali egois dan mementingkan diri sendiri. Bukan tidak mungkin kekecawaan itu akan lebih menyakitkan dibandingkan penderitaan hidup di bawah kekejaman Zionisme. DR. Nawaf Takruri, seorang cendekiawan HAMAS dan penulis buku Dahsyatnya Jihad Harta, pernah mengatakan bahwa Palestina memerlukan biaya hidup satu milyar per bulan, namun yang dikeluarkan oleh orang Indonesia untuk merokok sekitar 8 milyar per bulan. Alangkah indahnya persaudaraan yang tercipta jika orang Indonesia bisa berhenti merokok demi saudara-saudaranya di sana.
Ya Allah, betapa malunya kami saat kau hadirkan hamba-hambaMu yang berjuang tanpa keraguan sedikitpun, penuh keberanian hanya demi mengharap ridhoMu. Yaa Allah, janganlah Engkau biarkan kami menjadi orang-orang yang tak berdaya saat yang lain berjuang membebaskan saudara-saudaranya yang terjajah di sana. Berilah kami kekuatan agar kami bisa berhenti menzalimi diri kami sendiri, yang membuat kami selama ini terlalu lemah untuk membantu dan mendukung perjuangan mereka di sana
Aamiin
semoga bermanfaat

Jujur terus terang, tidak pernah terbersit sedikitpun bakal ada kesempatan bertemu seorang brother dari Palestina dan mendengar langsung apresiasi tulus dari beliau. Apresiasi yang sebenarnya terlalu tinggi bagi seorang seperti saya yang masih belum apa-apa dibandingkan mereka. Terbersit rasa malu yang adalam karena masih jauh dari apresiasi yang beliau sebutkan, baik secara pribadi maupun mewakili rakyat dan komunitas2 yang ada di Palestina, tanah penuh berkah yang kini bersimbah darah orang-orang tak berdosa.

Mungkinkah mereka mengetahui bahwa sesungguhnya mereka lebih beruntung daripada kaum muslimin yang ada di negeri zamrud khatulistiwa ini. Jika mereka harus berhadapan engna tentara zionsi bersenjata lengkap, kaum muslimin di sini harus berhadapan dengan musuh-musuh yang sulit dideteksi seperti kemiskinan, kemaksiatan, kapitalisme dan sebagainya.

Jika anak-anak di sana benar-benar menjadi pahlawan dengan menghadang tank-tank pasukan zionis dengan batu, di sini anak-anak baru bermimpi jadi pahlawan dengan memainkan adegan tembak menembak di berbagai macam game online. Jika penduduk Gaza dan berbagai wilayah lain di Palestina terhimpit kemiskinan karean penjajahan Zionis, maka penduduk di negeri ini banyak yang terhimpit kemiskinan karena dijajah diri mereka sendiri. Jika di sana banyak pemuda dan pemudi bermental pejuang, maka di negeri ini banyak pemuda dan pemudi bermental pecundang. Jangankan melawan musuh bersenjata lengkap, melawan keinginan untuk merokok, pacaran, atau menghabiskan waktu sia-sia saja seringkali tidak sanggup.
Sungguh tidak terbayangkan bagi saya apabila mereka mengetahui kekurangan dan kelemahan jiwa dari para saudara mereka. Saudara-saudara sesama muslim yang pernah mereka banggakan dan apresiasi dengan tulus itu. Tentu akan menjadi suatu kekecewaan yang mendalam dan sulit disembuhkan apabila Allah SWT membuka aib dan kekurangan kaum muslimin Indonesia yang seringkali egois dan mementingkan diri sendiri. Bukan tidak mungkin kekecawaan itu akan lebih menyakitkan dibandingkan penderitaan hidup di bawah kekejaman Zionisme. DR. Nawaf Takruri, seorang cendekiawan HAMAS dan penulis buku Dahsyatnya Jihad Harta, pernah mengatakan bahwa Palestina memerlukan biaya hidup satu milyar per bulan, namun yang dikeluarkan oleh orang Indonesia untuk merokok sekitar 8 milyar per bulan. Alangkah indahnya persaudaraan yang tercipta jika orang Indonesia bisa berhenti merokok demi saudara-saudaranya di sana.

Ya Allah, betapa malunya kami saat kau hadirkan hamba-hambaMu yang berjuang tanpa keraguan sedikitpun, penuh keberanian hanya demi mengharap ridhoMu. Yaa Allah, janganlah Engkau biarkan kami menjadi orang-orang yang tak berdaya saat yang lain berjuang membebaskan saudara-saudaranya yang terjajah di sana. Berilah kami kekuatan agar kami bisa berhenti menzalimi diri kami sendiri, yang membuat kami selama ini terlalu lemah untuk membantu dan mendukung perjuangan mereka di sana

Aamiin
semoga bermanfaat
6 komentar: