
Kali ini saya harus menangani kasus yang selama ini jarang saya temui yaitu sakit gigi. Maklum, saya kan hanya sekedar praktisi penyembuhan amatir dan bukan dokter gigi. Enggak tanggung-tanggung, tiga kasus sakit gigi sekaligus. Untungnya tidak bersamaan. Memang, manusia sebenarnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Namun, karena sebagian besar menusia tingkat energinya relatif rendah maka tubuh perlu waktu lama untuk memulihkan diri. Untuk mempercepat kesembuhan, banyak orang memerlukan tambahan energi untuk memancing vibrasi energinya agar meningkat hingga menghasilkan efek kesembuhan. Lengkapnya bisa dibaca di tulisan yang ini
Yang pertama adalah seorang anak yang kelihatannya masih awal belasan tahun. Dia bilang minta obat sakit gigi dan pada saat saya ke bagian kesehatan, tidak tersedia obat untuk sakit gigi. Yang ada obat sakit maag, sakit kepala dan beberapa yang lain. Akhirnya saya coba membantu dengan "cara saya sendiri" yaitu Quantum Touch. Saya pernah mendengar seorang trainer pernah mengatakan bahwa EFT sebaiknya tidak diterapkan pada anak-anak berusia di bawah 14 tahun. Dikhawatirkan ada kerusakan pada syaraf-syaraf otak mereka saat dewasa nanti. Sehingga, saya pun menggunakan Quantum Touch untuk membantu anak yang sakit gigi itu. Alhamdulilah, karena sakitnya tidak terlalu parah, maka sedikit penyaluran energi ala Quantum Touch sudah cukup memadai.
Kasus kedua terjadi pada rekan sesama panitia Sanlat Edufasting tersebut. Dia bilang minta Ponstan, sejenis obat sakit gigi. Namun, karena tidak tersedia, maka saya pun menawarkan diri untuk membantu. Setelah beberapa putaran EFT dan sedikit penyaluran energi Quantum Touch, rekan tersebut sudah sangat membaik. Dia bilang seperti ada energi yang merambat dan membuat bagian gigi yang sakit terasa nyaman. Berarti, jalur energi yang terhambat sudah terbuka dan energinya kembali lancar.
Kasus ketiga rupanya cukup rumit. Seorang kakak pembimbing meminta saya membantu salah satu peserta yang sakit gigi. Namun, ternyata kali ini sakit giginya membandel. Si peserta bilang bahwa dia sudah sakit gigi sejak semalam. Setelah beberapa kali putaran EFT dan penyaluran energi Quantum Touch, dia belum juga membaik. Memang , ujian bagi seorang praktisi penyembuhan energi adalah apabila "one minute wonder" atau "miraclous healing" itu tidak langsung terjadi. Kadang, para healing facilitator, apalagi yang masih pemula, merasa discouraged atau takut untuk meneruskan penyembuhan. Rasa takut itu bisa diakibatkan oleh rasa takut mengecewakan yang dibantu atau takut dianggap tidak mahir. Namun, walaupun saya tidak mengannggap diri sudah mahir dan berpengalaman dalam penyembuhan ini, saya tetap mencoba membantu semampu saya.

After all, bukankah menurut Richard Gordon, sang founder dari Quantum Touch itu sendiri, setiap penyembuhan adalah penyembuhan oleh diri sendiri. Mulai dari masuk angin, sakit gigi bahkan sampai yang berat seperti kanker. Orang lain hanya bisa membantu menyembuhkan. Kesembuhan itu sendiri tentu saja dengan izin dari Allah SWT sebagai Sang Maha Penyembuh. Saya pun meneruskan penyembuhan kepada si peserta tadi. Kali ini saya langsung menempatkan jari-jari di tepat titik yang sakit dalam posisi tripod agar lebih fokus. Saya pun melakukan penyaluaran Quantum Touch lebih lama, mungkin sekitar 15 sampai 20 menit. Alhamdulillah, saat saya tanya lagi dia sudah mendingan.
Selain sakit gigi, ada juga seorang peserta yang merasa tidak berani untuk tampil saat ada pentas kreatifitas. Saya pun mencoba membantu memotivasi dan menyalurkan Quantum Touch ke dadanya. Alhamdulillah, emosi cemasnya mereda dan dia pun bisa tampil dengan cukup baik.
Sedikit pelajaran, yang juga tercantum di buku Quantum Touch: The Power To Heal terbitan Ufuk Press, terkadang penyaluran energi perlu waktu yang lama. Sel-sel tubuh yang lemah vibrasinya perlu diberi energi dalam waktu lama agar bisa pulih kembali. Penyaluran energi dengan teknik Quantum touch ke bagian tubuh yang sakit tidak memerlukan pernafasan yang terlalu berat. Walau kadang ada perlu teknik pernafasan yang berat untuk dilakukan seperti teknik Fire Breath atau Nafas Naga Api, namun tidak harus dipakai terlalu sering. Yang lebih diperlukan adalah kesabaran mengikuti proses penyembuhan yang terjadi pada diri subjek.

Pelajaran kedua adalah perlunya komunikasi yang baik dengan subjek yang hendak dibantu. Richard Gordon menyebut teknik ini dengan "chasing the pain" atau mengejar rasa sakit. Subjek perlu memberitahu praktisi apakah bagian tubuh yang sakit itu sudah membaik atau belum. Apabila si praktisi Quantum Touch harus mengira-ngira apakah dia sudah membaik atau belum, maka hal itu akan menganggu konsentrasi penyaluran energi. Sehingga, sebelum proses penyembuhan berlangsung, praktisi perlu mengarahkan subjek untuk memberitahu apabila rasa sakit sudah berkurang atau hilang. Jika timbul rasa sakit di tempat lain, subjek pun perlu memberitahu praktisi. Saya sendiri masih suka melupakan pelajaran yagn satu ini, kadang main tempel tangan saja ke bagian yang sakit.

Perjalanan mempelajari dan mempraktekkan energy healing mungkin bukan hal yang mudah. Saya pun masih terus belajar. Namun, saya percaya bahwa hadiah yang paling membahagiakan bagi seorang healing facilitator adalah kebahagiaan yang terpancar orang yang dia bantu untuk sembuh. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata seindah apapun.

Semoga bermanfaat
foto dipinjam dari facebook mbak Dian dan situs Ufuk Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar