
Rating: | ★★★★ |
Category: | Books |
Genre: | Mystery & Thrillers |
Author: | Mo Hayder |
Shi Chongming, hal 476
Novel ini berkisah tentang seorang mahasiswi Inggris yang sedang mempelajari kekejaman tentara Jepang di Nanking. Mahasiswi bernama Grey itu sedang berusaha mendapatkan sebuah film tentang kekejaman tentara Jepang di sana. Namun, Profesor Shi Chongming, yang memiliki film itu tidak mau memperlihatkannya. Shi Chongming bahkan menyangkal bahwa dia memiliki film tersebut. Grey pun tetap pada keyakinannya bahwa Shi Chongming memiliki film yang sangat ingin dia lihat itu.
Peluang mendapatkan kesempatan melihat film itu muncul saat Shi Chongming mulai berubah pikiran. Dia bersedia memperlihatkan film itu pada Grey asalkan dia bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan sang profesor. Sayangnya, sesuatu itu dimiliki oleh seorang Yangwangye atau Iblis yang pernah merajalela di Nanking puluhan tahun yang lalu. Mau tidak mau, suka tidak suka, Grey harus berurusan dengan si Iblis bernama Junzo Fuyuki dan kaki tangannya, termasuk Miss Ogawa alias Jahanam dari Saitama.
Novel ini mengambil sudut pandang orang pertama. Grey menyebut dirinya dengan aku. Pada scene flashback di Nanking, sudut pandang orang pertama atau "aku" itu diambil alih oleh Shi Chongming. Sehingga, pembaca yang kurang sabar dan teliti mungkin akan kesulitan. Terkadang ada godaan untuk melewatkan flashback scenes detik detik jatuhnya Nanking ke tangan tentara Jepang tahun 1937. Lebih seru dan menegangkan mengikuti petualangan dan perjuangan Grey untuk bisa menyaksikan film milik Shi Chongming tersebut. Namun, ada baiknya pembaca bersabar dan mengikuti sehingga akan ada jawaban mengapa Shi Chongming enggan memperlihatkan film tersebut kepada orang lain,termasuk Grey. Apalagi Shi Chongming sempat berkata "Karena seorang laki-laki tua, yang telah mengucapkan seribu kata-kata bijak tentang menghadapi masa lalu, tidak bisa,tidak mampu, menerima masa lalunya sendiri".
Novel ini memang bukan buat yang berhati lembut dan penuh kasih sayang. Novel ini hanya menyajikan nuansa kengerian yang mencekam, aroma kanibalisme yang kental dan sadisme psikopatic yang tidak berkesudahan. Tidak ada secuilpun kemesraan atau romantisme di dalamnya. Scene Flashback perang dunia kedua yang kejam di Nanking pun menyajikan hawa kematian yang seakan akan siap menerkam pembacanya. Apalagi bagi mereka yang pernah menyaksikan film The City of Life and Death, kengerian yang dirasakan akan bertambah berkali lipat. Sehingga, buat yang lebih suka dengan novel-novel romantis serta tidak menyukai aroma kekerasan, sadisme dan kekejaman di luar batas kemanusiaan lebih baik tidak membaca yang satu ini. Dan, jikapun tetap ingin membaca, tidak ada salahnya untuk membaca novel ini saat tidak sedang makan.
Tanpa bermaksud untuk spoiler, penggambaran beberapa karakter utama dari novel ini mungkin bisa membantu membayangkan isi novel. Serta bisa membantu untuk memutuskan, apakah akan baca novel ini atau tidak:
Grey: Tokoh utama novel. Seorang mahasiswi dari Inggris yang mempelajari (dan terobsesi) kekejaman perang terutama di Nanking. Grey sangat ingin melihat film yang dimiliki Shi Chongming. Grey pun terlunta - lunta di Tokyo dengan hanya sedikit uang Yen di sakunya. Saat itulah datang Jason, yang menawarinya bekerja di klub pramuria Jepang bernama Some Like it Hot. Grey pada awalnya menolak, namun saat menyadari dia tidak bisa bertahan tanpa pekerjaan yang menghasilkan uang, dia pun menerima ajakan Jason. Di klub kelas atas itulah Grey bertemu dengan Junzo Fuyuki dan gang Yakuza-nya. Saat Shi Chongming mengetahui bahwa Grey bisa mendekati Fuyuki, dia pun menawarkan kerja sama. Grey pun setuju karena hanya dengan itulah dia bisa melihat film milik Shi Chongming. Keteguhan hati Grey sempat terguncang saat terpaksa berurusan dengan Fuyuki dan gang Yakuza-nya. Apalagi salah satu anggota gang Fuyuki adalah Miss Ogawa alias si Perawat yang juga dijuluki Jahanam dari Saitama. Entah apa yang akan terjadi apabila Grey sampai tertangkap oleh si Perawat, apalagi jika diketahui jika Grey punya maksud tertentu. Seperti mengambil barang paling berharga milik Fuyuki. Sesuatu yang sangat diinginkan Shi Chongming sehingga dia rela memperlihatkan filmnya pada Grey.
Shi Chongming: Seorang profesor yang merasakan langsung kekejaman perang di Nanking. Dia merasakan sendiri detik-detik kematian sebuah kota bernama Nanking di tangan tentara Jepang. Pengalaman yang mengubah hidup Shi Chongming untuk seumur hidupnya. Shi Chongming bersikeras bahwa dia tidak memiliki film yang diinginkan Grey. Namun, setelah mengetahui bahwa Grey bisa mendekati Fuykuki, Shi Chongming pun berubah pikiran. Tentu saja tidak gratis. Ada sesuatu yang diminta oleh Shi Chongming pada Grey. Sepertinya ada kaitan masa lalu antara Shi Chongming dengan Junzo Fuyuki. Masa lalu Shi Chongming di Nanking dijelaskan dalam flashback scene dalam novel ini. Saat di Nanking, ketika mengalami kelaparan yang hebat, Shi Chongming malah diganggu oleh bau masakan yang lezat. Padahal, di Nanking, sudah tidak ada lagi yang bisa dimasak dan dimakan. Namun, saat mengetahui makanan apakah itu, Shi Chongming pun berubah pikiran.
Shujin: Istri dari Shi Chongming yang sangat mempercayai tahayul-tahayul warisan nenek moyangnya. Dalam keadaan terjepit di Nanking, Shi Chongming dan Shu Jin seringkali beradu argumentasi karena berbeda pendapat. Perbedaan yang disebabkan pikiran logis akademis Shi Chongming dan kepercayaan mistis dan tahayul Shu Jin. Salah satu contoh betapa teguhnya Shujin memegang kepercayaan tahayulnya adalah saat dia menolak makan beberapa telur rebus yang digunakan untuk ritual. Shujin percaya jika mereka memakan telur-telur itu akan ditimpa sial. Padahal Shujin dan Shi Chongming sudah dua hari tidak makan. Shi Chongming pun marah. Nasib Shujin berakhir tragis di Nanking.
Junzo Fuyuki: Seorang Letnan yang dijuluki Yanwangye atau Iblis selama bertugas di Nanking karena kesadisannya. Sesudah perang, Fuyuki menjadi pemimping gang Yakuza. Entah karena bakatnya atau karena pengalaman sebagai seroang tentara, Fuyuki mampu merekrut dan mengelilingi dirinya dengan orang-orang terbaik dari dunia bawah tanah Jepang. Dia membantu orang-orang terbaik dari dunai hitam tersebut dalam memperoleh kebebasan atas perkara yang menimpa mereka. Mereka lalu disumpah untuk setia pada Fuyuki sampai mati. Semenjak bertugas di Nanking hingga menjadi boss Yakuza, Fuyuki sangat terobsesi dengan umur panjang dan keabadian. Di Nanking, Fuyuki menemukan "sesuatu" yang dipercaya olehnya mampu membuatnya panjang umur bahkan mungkin hidup selamanya. Sesuatu itulah yang menjadi inti novel ini.
Miss Ogawa: Perempuan mengerikan yang dijuluki Jahannam dari Saitama itu adalah tokoh paling menarik dalam novel ini, paling tidak bagi sebagian pembacanya. Kombinasi mengerikan antara psikopat tanpa rasa, hantu-hantu berambut panjang dalam film horror Jepang dan pegulat-pegulat perempuan Smackdown. Psikopat bertubuh tinggi kekar dengan tingkat kegilaan yang sulit dibayangkan. Ogawa adalah tangan kanan Fuyuki, orang kepercayaan, pengawal dan perawat boss gangster tua itu. Salah satu tugasnya adalah menyiapkan "makanan" dalam pesta-pesta Fuyuki. Makanan yang sama dengan yang dijual para Yakuza di pasar gelap Shinjuku, yang pernah dibeli oleh ibunya Mama Strawberry berpuluh tahun sebelumnya. Makanan yang sama dengan yang aromanya pernah menggoda Shi Chongming muda yang kelaparan saat masih berada di Nanking bersama istrinya. Makanan yang tidak akan pernah disentuh atau dimakan oleh mama Strawberry, yang juga dianjurkannya untuk tidak disentuh kepada Grey.
Jason Wainwright: Seorang pemuda Barat yang bekerja di Some Like it Hot bersama Irina dan Svetlana. Jason tinggal di Takadanobaba bersama si kembar Rusia. Jason memiliki selera yang aneh, salah satu hobbynya menonton film-film sadis yang disewa dari Jalan Waseda. Jason adalah orang yang menyelamatkan Grey dari hidup terlunta-lunta tanpa uang di Tokyo. Namun, tentu saja semua itu tidak gratis. Grey harus bekerja di klub sebagai pramuria agar bisa bayar sewa kamar. Jason sepertinya punya perasaan khusus pada Grey. Namun perasaan itu tidak diungkapkan dengan cara yang mesra dan indah, namun justru dengan cara-cara sadis dan kejam. Grey pun, sedikit banyak, merasa terintimidasi oleh Jason. Namun, karena sudah kehabisa uang di Jepang dan masih ada keinginan untuk melihat film milik Shi Chongming, Grey tetap bertahan. Jason pun memendam perasaan yang tidak biasa pada Miss Ogawa. Namun, setelah mengetahui dan merasakan sendiri keganasan si Jahanam dari Saitama itu, Jason baru sadar dia telah berurusan dengan orang yang salah. Namun sayang, semua sudah terlambat.
Irina dan Svetlana: Sepasang gadis kembar Rusia yang dijuluki olhe Jason (entah mereka tahu atau tidak) si kembar Baba Yaga. Mereka bekerja di Some Like it Hot Club milik Mama Strawberry. Mereka memperkenalkan dan mengajari Grey bagaiman menjadi pramuria sehingga Grey bisa masuk ke markas Fuyuki. Tubuh mereka tinggi dan kekar, mirip para pegulat perempuan dalam tayangan Smackdown.
Mama Strawberry: Pemilik Some Like it Hot, sebuah klub papan atas Jepang, tempat Grey dan si kembar Rusia bekerja. Mama Strawberry sangat terobsesi dengan Marylin Monroe sehingga penampilannya dipermak sedemikian rupa agar bisa semirip mungkin dengan bintang lawas tersebut. Ibu dari Mama Strawberry pernah mengalami pasar gelap di Shinjuku yang menjual daging yang aneh. Ketika Jepang kalah perang Dunia II, yakuza membuka pasar gelap di Shinjuku. Ibu dari Mama Stawberry seringkali bertandang ke sana untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, ada yang janggal dari daging yang dijual di sana. Rasa yang tidak wajar dan bentuk tulang yang aneh seringkali menganggu perasaan siapaun yang makan makanan tersebut. Saat Grey mendesak Mama Strawberry untuk menjelaskan lebih lanjut tentang daging itu, si pemilik klub hanya mengatakan "itu hanya rumor, gosip". Mama Strawberry sangat memahami karakter dan sepak terjang kaum Yakuza, terutama gang Fuyuki. Sehingga, bila menghadiri acara -acara di tempat Fuyuki, Mama Strawberry tidak akan makan daging apapun di sana. Mama Strawberry sendiri lebih memilih berdiam diri karena khawatir keselamatan diri dan klub miliknya akan terancam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar