Selasa, 16 Oktober 2012

[Eagle Eye] Teknis pembuatan Video

Berikut sedikit catatan dari rapat tim Eagle Eye di foodcourt Giant Bekasi Sabtu tanggal 13/10/2012 dengan sedikit tambahan

Peralatan boleh apa saja asal bisa merekam, seperti HP, Blackberry, kamera digital atau handycam. Memang sih, handycam lebih disarankan karena memiliki durasi yang lebih panjang sehingga tidak terlalu beresiko kehilangan moment. Bisa dibayangkan betapa "bete"-nya apabila saat narasumber menungkapkan hal penting tiba-tiba habis durasinya hingga harus take ulang, kasihan kan

Usulan dari Mas Wib, sebaiknya setiap video ada intronya dan durasinya tidak terlalu panjang. Contoh: jika durasi keseluruhan 7 menit, maka bisa dibagi sebagai berikut

option 1: intro 30 detik, konten utama 6 menit, penutup 30 detik
option 2: intro 30 detik, konten utama 1: 3 menit, konten utama 2: 3 menit, penutup 30 detik
dsb

Jika narasumber lebih dari satu orang, bisa divariasikan lagi, baik perpanjangan durasi atau pengaturan konten.

Usulan dari mas Wiku, perlu ditentukan sejak awal, apakah di Muara Angke nanti kita hanya akan bikin video terus sudah atau masih ada lanjutannya. Jika masih ada lanjutan, bentuknya seperti apa? apakah video itu bisa dipergunakan untuk bahan presentasi ke lembaga-lembaga ZISWAF (Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf) atau untuk keperluan yang lain? Perlu dipikirkan.

Jika ada yang mau menambahkan dipersilakan

Semoga bermanfaat



Kamis, 11 Oktober 2012

[Eagle Eye] Tutorial Interview

Setelah berbincang-bincang dengan mas Eko dari Mosquelife, saya pun menyatakan diri bersedia menjadi bagian dari tim proyek Eagle Eye yang akan diselenggarakan untuk pertama kalinya di Muara Angke.

Proyek Eagle Eye sendiri akan berisi hal-hal sebagai berikut:

1. pelatihan membuat video menggunakan mobile phone
2. latihan, praktik merekam video di Muara Angke, Jakarta Utara
3. menyusun sebuah film bersama dari video-video yg terekam

Jadwalnya belum ditentukan, Insya Allah akhir bulan ini

Kebetulan, dulu saya pernah melakukan interview dengan mbak Novi Khansa dari MP4 Palestine saat acara Solidarity of Al Quds tahun 2011 yang lalu.

Berikut sedikit Tutorial interview yang bisa saya sharing-kan di sini

1. Menunjukkan rasa hormat yang wajar pada narasumber.  

Misalnya, jangan mentang-mentang narasumbernya hanya seorang marbot atau pengurus masjid kecil di pelosok kampung yang untuk mencapainya harus keluar masuk gang lalu dipandang sebelah mata.

2. Orang yang diinterview perlu dibuat merasa nyaman dulu agar bisa kooperatif / mau bekerja sama saat interview berlangsung.

Perlu diingat bahwa manusia menyimpan sebagian besar informasi yang diketahuinya di bawah sadarnya. Bawah sadar manusia baru akan berfungsi optimal jika orang itu dalam keadaan nyaman. Nyaman di sini artinya tidak merasa tertekan, terpaksa apalagi terancam.

3. Seorang pewawancara bertugas menggali informasi dan bukan mendebat narasumber.

Jangan sampai narasumber merasa dipojokkan. Misalnya, jangan sampai kita menanyakan pada narasumber "Pak, kok kayaknya masjid ini tidak ada kontribusinya bagi masyarakat sekitar, tuh buktinya masih banyak orang miskin di sekitar sini?. Atau "masjid ini koq ramainya hanya pada saat-saat tertentu seperti saat Idul Fitri, Idul Adha atau Maulid Nabi?"

4. Memposisikan narasumber sebagai guru saat wawancara berlangsung.

Bagaimanapun juga, kita telah menganggap bahwa narasumber lebih mengetahui dari kita atas persoalan yang kita tanyakan padanya. Kita harus mampu memposisikan diri sebagai murid yang siap menerima pelajaran. Dalam pepatah klasik Zen dikatakan "kosongkan dulu cangkirmu, baru kau isi dengan teh yang baru." Artinya, simpan dulu pengetahuan yang kita punya dan siapkan wadah yang kosong untuk menerima informasi dan ilmu yang baru dari narasumber kita.

5. Dalam wawancara yang akan kita lakukan, kita tidak perlu terpaku pada macam-macam teori namun yang penting adalah unsur 5W + 1H (What, Why, Who, When, Where and How) tetap ada dalam wawancara itu.

6. Ada baiknya ktia membuat daftar apa saja yang hendak kita tanaykan pada narasumber, namun tidak perlu terpaku pada daftar tersebut. Jawaban atas pertanyaan kita pada narasumber dapat kita olah menjadi pertanyaan baru untuk menggali informasi lebih banyak dan lebih dalam.

7. Pertanyaan sebaiknya singkat, padat dan jelas namun tetap dalam koridor kesopanan, kesantunan dan saling menghormati seperti beberapa poin pertama di atas.

8. Pertanyaan-pertanyaan sebaiknya difokuskan hanya pada masalah-masalah sosial yang mereka hadapi, jadi masalah politik, termasuk parpol dan sebagainya, sebaiknya disimpan dulu. Jika ada peran pemerintah yang kurang berkenan, misalnya, biarlah narasumber yang mengungkapkan jika memang mereka bersedia, bukan dari kita.

Semoga bermanfaat