"Dan Luth. tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun sebelummu?" Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu, bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri." Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal . Dan Kami turunkan kepada mereka hujan; maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu. (QS. Al A’raaf, 7: 80-84)
Beberapa hari yang lalu saya sempat chatting dengan seorang teman yang ingin meneruskan sekolah ke UIN atau IAIN. Sebagai muslim, saya ingin sekali merekomendasikan Kampus tersebut ke teman saya itu. Namun, mengingat berita-berita yang sangat kurang menyenangkan yang santer terdengar akhir-akhir ini, saya hanya bisa menyarankan teman saya tersebut agar hati-hati memilih. Berita yang dimaksud tidak lain dan tidak bukan adanya seorang Profesor yang juga Guru Besar di kampus tersebut yang secara gegabah menyatakan bahwa Islam menghalalkan homosexual (Nauzubillah!!!).
Beberapa tahun yang lalu, kalau tidak salah sekitar tahun 2000, saya juga sempat hadir di IAIN Syahid Ciputat untuk acara launcing buku yang ditulis seorang tokoh spiritual lintas agama keturunan India asal Solo. Dalam buku itu, tidak seperti biasanya, dia tidak bertindak sebagai penulis namun sebagai editor. Buku itu adalah hasil dialog antara sang tokoh dengan orang lain yang saat ini juga sudah menulis berbagai macam buku tentang keagamaan dan spiritualitas. Yang menjadi kontroversi adalah adanya bagian dari buku tersebut yang menyatakan bahwa dalam Islam ada kepercayaan tentang reinkarnasi alias kelahiran kembali (Hah???? aya-aya wae). Dialog tersebut juga menghadirkan seorang tokoh wanita yang sudah sama-sama kita kenal, yang katanya selalu dibisiki seorang malaikat.
Pada mulanya dialog berlangsung lancar, namun lama-lama mulai timbul keributan saat banyak peserta yang tidak sependapat dengan para narasumber. Di mulai dengan seorang dosen (kalau saya tidak salah) yang dengan marah menyatakan bahwa barang siapa manafsirkan Al Qur'an seenaknya dan berdusta atas nama Rasulullah SAW bararti dia sudah memesan tempat duduknya di neraka. Lalu ada orang yang protes dan menuntut agar dialog dihentikan.
Kembali pada masalah Homosex itu tadi, saya rasa pembahasan secara fiqh sudah banyak yang membahas dan saya sendiri bukan ahli fiqh, jadi saya enggak bahas lagi. Namun, ternyata ada hal-hal yang mungkin terlewatkan dalam pembahasan hal ini.
Salah satunya adalah fakta bahwa Homosexual adalah pelecehan terselubung terhadap perempuan. Lho koq begitu, yang berhomo ria kan cowok?
Begini masalahnya, Dalam buku "Menyingkap Tabir Fasisme" Harun Yahya menjelaskan bahwa bagi bangsa-bangsa Pagan penyembah Berhala, wanita adalah makhluk lemah, bahkan belum memenuhi kriteria sebagai manusia, alias masih setengah manusia.
Tidak mengherankan apabila bangsa-bangsa Arab pra-Islam merasa malu apabila memiliki keturunan perempuan, sehingga mereka tega mengubur bayi-bayi itu hidup-hidup (kalau sekarang bukan cuma bayi perempuan, belum ketahuan juga di-aborsi, menyedihkan ya).
Bangsa-bangsa pagan tersebut menganggap bahwa para perempuan hanya makhluk yang gunanya hanya untuk menghasilkan keturunan. Cinta yang sejati sesungguhnya adalah antara sesama makhluk yang memiliki kekuatan, yaitu antara lelaki dengan lelaki lainnya. Lelaki dianggap sebagai makhluk-makhluk yang tergolong Ras Unggul. Pada zaman Perang Dunia Kedua, di Jerman, wanita dianggap warga negara kelas dua.
Permusuhan terhadap perempuan merupakan manifestasi bawah sadar yang kelam. Bangsa-bangsa Pagan memandang perasaan seperti cinta, belas kasih, dan rasa sayang sebagai sesuatu yang lemah dan tercela. Di sisi lain kekerasan, peprangan dan pertumpahan darah dipandang sebagai sesuatu yang sakral dan identik dengan kaum lelaki.
Kecenderungan menyimpang ini kembali muncul pada abad ke 19 dalam gerakan Neo-Pagan di Jerman.
Dalam buku Fasisme: Ideologi Berdarah Darwinisme Bab 3, Harun Yahya menulis:
Terutama di Sparta, nenek moyang fasisme, kepentingan khusus dihubungkan dengan konsep "kejantanan", dan atas nama "cinta sesama manusia", homoseksualitas diterima secara luas. Tentara-tentara Sparta percaya bahwa mereka dapat menambah kekuatan mereka dengan melakukan hubungan seksual satu sama lain. Sejarawan Plutarkh dari Khaeronea, yang hidup tahun 50-120 M, menulis bahwa ,"batalion suci" Thebans terdiri dari 150 pasangan homoseksual. Di Sparta, semua anak laki-laki yang sehat dimasukkan ke dalam ketentaraan pada usia 12 tahun, dan dengan segera dicabuli oleh tentara-tentara yang berpengalaman. Mereka percaya bahwa hubungan sesat ini adalah sumber kekuatan terbesar bagi tentara Sparta dengan budaya "prajurit" dan nafsu pertumpahan darahnya.
Budaya rendah dan menyimpang seperti itu kembali berjaya lewat gerakan neo-pagan abad ke-19. Dan, pusat utama penyimpangan ini adalah bangsa Jerman. Pemimpin gerakan ini, Adolf Brand, mendirikan Gemeinschaft der Eigenen (Komunitas Kaum Elit) pada tahun 1902, bersama-sama dengan Wilhelm Jansen dan
Friedlander menjelaskan tujuan buku ini sebagai berikut:
Berdasarkan dokumen yang disebutkan dalam The Pink Swastika, kecenderungan homoseksual di kalangan Nazi sudah sangat meluas.
Tujuan positifnya… adalah kebangkitan kembali kesopanan Yunani dan pengakuan masyarakat atasnya. Dengan cinta berkesopanan kami maksudkan khususnya persahabatan erat di antara para pemuda dan lebih khusus lagi ikatan antar sesama lelaki yang berbeda usia.
Terdapat begitu banyak homoseksual di dalam tubuh gerakan Nazi, hingga Partai Nazi telah disamakan dengan sebuah "klub homoseksual".
Tujuan komunitas ini adalah untuk mengubah Jerman dari masyarakat penganut Yahudi-Kristen menjadi masyarakat Greko-Uranian. Organisasi menyimpang ini pun terkenal dengan rasismenya. Mengenai gagasan-gagasan Komunitas Kaum Elit, Kurt Hildebrandt, pemimpin Masyarakat untuk Hak Asasi Manusia yang didirikan tahun 1923, menulis dalam bukunya Norm Entartung Verfall (Idealisme, Kemunduran, dan Kehancuran) bahwa ras unggul adalah yang terdiri dari kaum homoseksual. Menurut pendapatnya, hubungan dengan wanita hanya diperlukan untuk "tujuan-tujuan reproduksi", sedangkan untuk mencapai sebuah ras yang "ultramaskulin", "cinta" seksual antar sesama lelaki sangatlah penting.
Pemikiran-pemikiran ini tak lain dari pemikiran Partai Nazi, yang pada dasarnya merupakan sebuah "klub homoseksual".
Fakta ini dikumpulkan oleh Scott Lively dan Kevin Abrams dalam buku mereka The Pink Swastika: Homosexuality in the Nazi Party (Swastika Merah Muda: Homoseksualitas dalam Partai Nazi), sebuah kajian berskala besar. Buku ini mengupas berbagai gerakan dan organisasi pra-Nazi, juga kepemimpinan Partai Nazi, serta mengungkap fakta bahwa terdapat begitu banyak kaum homoseksual di dalamnya. Dengan dokumentasi historis, buku ini menjelaskan bagaimana kebijakan Nazi mengumpulkan para homoseksual dan mengirim mereka ke kamp-kamp konsentrasi hanyalah untuk pertunjukan, dan bahwa dengan melakukan itu, para pemimpin Nazi senior berusaha untuk menutup-nutupi perbuatan mereka. Di antara Nazi homoseksual yang terkenal adalah kepala SA Ernst Röhm, kepala Gestapo Reinhard Heydrich, kepala Luftwaffe Herman Goering, Rudolf Hess, pemimpin organisasi Hitlerjugend (Pemuda Hitler) Baldur von Schirach, Menteri Keuangan Nazi Jerman Walther Funk, dan komandan angkatan darat ,Freiherr Werner von Fritsch.
The Pink Swastika juga menunjukkan bahwa kecenderungan ini tidak hanya terjadi pada kaum Nazi di Jerman, dan bahwa terdapat banyak homoseksual dalam berbagai gerakan neo-Nazi dan organisasi rasis yang aktif di Amerika Serikat, serta menunjukkan bahwa penyimpangan semacam itu adalah ciri yang biasa dari fasisme. Kaum pagan fasis yang melakukan perbuatan dosa yang diceritakan dalam Al Quran, yakni seperti kaum Nabi Luth.
Dalam film berikut ini, akan dijelaskan apa yang sesungguhnya terjadi pada Kaum Nabi Luth dan apa yang sesungguhnya mereka lakukan, serta kaum-kaum yang serupa dengan mereka
Film diambil dari Situs Harun Yahya TV
Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang tidak berkenan
16 komentar: