Senin, 25 Agustus 2008
Siapkah Kita Menghadapi Ramadhan?
Beberapa tahun yang lalu, saat saya menghadiri suatu tarhib Ramadhan yang diselenggarakan oleh suatu partai islam di dekat rumah, ustadz pengisi acara memberikan suatu analogi menarik tentang Ramadhan.
beliau mengumpamakan orang-orang yang akan memasuki Ramadhan seperti benang yang akan dimasukkan ke pabrik untuk menjadi kain. Apabila benang tersebut bisa menjadi kain yang indah, maka hal ini seperti orang beriman yang memasuki ramadhan lalu menjadi orna gyang bertaqwa. namun, bila yang keluar benang kusut, maka ini seperit orang2 yang menyia-nyiakan ramadhan atau gagal menjadi "alumni ramadhan" yang baik.
Dulu seiktar tahun 90-an akhir atau 2000-an awal, saya pernah mendengarkan acara SMILE (Successful Muslim in Life) di sebuah radio swasta di Jakarta. dalam acara tersebut dibahas ciri-ciri orang beriman yang disebutkan dalam surat al mukminun 1 - 11
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sholat-nya,
3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
4. dan orang-orang yang menunaikan zakat,
5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,
6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.
7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.
8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya.
9. dan orang-orang yang memelihara sholat-nya.
10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.
Ayat-ayat tersebut mungkin sudah banyak diantara kita yang sudah tahu bahkan hafal. Namun, waktu itu, yang menarik adalah pembahasan hubungan antar ayat yang satu dengan lainnya. Misalnya, saat orang sudah menjauhkan diri dari perbuatan2 tidak berguna, maka dia akan sukses dalam pekerjaannya, jabatan yang dia pegang akan meningkat dan penghasilannya semakin besar. Saat itulah dia mendapatkan kewajiban zakat dan dia juga rentan tergoda oleh perselingkuhan. Mungkin kita masih ingat pada buku jakarta Undercover yang ditulis seorang mantan santri. Buku itu berisi tempat-tempat wisata sex yang ada di Jakarta, kota kita tercinta ini. Hampir-hampir tidak bisa dipercaya bahwa di Jakarta, Ibu kota Republik Indonesia, negara dengan jumlah ummat Islam terbanyak di seluruh dunia, ada tempat-tempat pelesiran sex seperti itu.
Sehingga, ada yang menggambarkan Jakarta seperti gabungan antara Jerusalem yang sholeh, Sodom dan Gomorah yang penuh maxiat dan dosa serta Menara Babel yang angkuh menantang kekuasaan Tuhan. Bagaikan rumah dua lantai, dengan lantai yang ada di atas tanah penuh simbol-simbol agama dan kesholehan, sementara lantai basement-nya dipenuhi perbuatan zina, nista dan sebagainya.
Jika seandainya seluruh atau sebagian dari uang yang beredar di sana bisa digunakan untuk membebaskan rakyat Indonesia yang terlilit kemiskinan, maka tidak akan ada lagi Kampung Pesakitan (Desa jagabita) parung panjang, tidak akan ada lagi anak-anak yang tinggal di kolong jembatan, gubuk derita atau pembuangan sampah seperti Bantar Gebang, Bekasi.
Iman kita adalah yang kita bawa masuk ke dalam Ramadhan, siap atau tidak siap Ramadhan sudah menunggu di depan pintu, tinggal beberapa langkah lagi dia akan datang ke dalam kehidupan kita. Ciri manakah yang tersebut dalam surat Al Mukminun tadi, yang sudah ada dalam diri kita?
Tinggal kini kita bertanya, sudahkah kita siap menghadapi Ramadahan yang akan datang ini?
sebab:
- sudahkan kita beriman, memperbaiki sholat dll
- sudahkah kita menjaga sholat, zakat, kehormatan diri (kemaluan) dan amanat-amanat selama ini?
- sudahkah kita membuat diri kita mampu untuk memiliki semua ciri-ciri orang beriman di atas?
- Sahabat, apabila iman yang kita bawa adalah iman yang lusuh, kusam atau dipenuhi noda dan dosa, akankah dia mampu menjadi bahan yang bisa mengantar kita kepada ketaqwaan yang didambakan setiap insan yang beriman?
- Lalu, akankah ramadhan kali ini sama sia-sianya dengan Ramadhan tahun lalu atau sebelumnya?
- Apalagi, bukankah kita tidak akan bisa menjamin bahwa diri kita masih akan hidup pada Ramadhan tahun depan atau bahkan pada Ramadhan yang akan datang di tahun ini??
Semoga bermanfaat
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
12 komentar: