
Narasumber: Bapak Supardi Lee
Setiap orang ingin meraih kesuksesan. Kesuksesan di dunia ini dapat diraih apabila kita maju. Kemajuan yang kita raih itu bisa merupakan hasil kita melangkah atau melompat.
kita perlu tahu persis kita di mana dan mau ke mana. Misalnya kita berada di posisi 2 dan target kita adalah 10 (lulus kuliah, jadi manager, jadi pengusaha sukses dll).
banyak orang yang sudah menetapkan tujuan dalam kehidupan. Namun, banyak dari mereka belum menentukan apakah akan melangkah atau melompat dalam mencapai tujuan tersebut. Sehingga pada akhirnya banyak yang hanya beputar-putar saja dan tidak maju-maju. Seakan-akan sudah bergerak mendekati tujuan padahal cuma mutar-mutar. Banyak orang jadi stress dan frustasi gara-gara hal itu.
Yang harus dipertimbangkan saat kita memutuskan apakah akan melangkah atau melompat adalah
waktu, energi dan resiko
I. Waktu
Ada orang yang setelah sekitar 30 tahu melangkah baru mencapai sukses, sehingga dia sukses pada saat berusia relatif lanjut. ada juga orang yang melompat sehingga dalam 10 tahun bisa mencapai sukses dalam derajat yang sama.
II. Energi
Energi di sini adalah sumber daya yang kita miliki misalnya keyaknan, ketrampilan, kompetensi, karakter, relasi dll. Melompat tentu memerlukan energi lebih besar daripada melangkah. Orang yang terlalu nekat melompat padahal energinya kurang tentu saja bisa mengalami resiko cedera. Orang yang nekad keluar kerja utk berbisnis resikonya bangkrut.
Jika kita merasa masih memiliki banyak waktu namun kurang energi, ada baiknya kita melangkah dulu dengan sabar agar bisa mempersiapkan diri untuk melompat. Namun, bisa kita sudah punya cukup energi jangan sampai kita menunda-nunda untuk melakukan lompatan-lompatan besar yang akan menghemat lebih banyak waktu.
III. Resiko
Melangkah dan melompat masing-masing punya resiko sendiri:
a. melangkah perlu waktu lama. Sebaliknya, dengan melompat orang bisa menghemat banyak waktu.
b. melangkah tidak butuh banyak energi. Melompat perlu energi yang banyak sehingga bisa menghemat banyak waktu.
Melompat sepertinya memiliki resiko lebih tinggi namun sesungguhnya resiko diukur menggunakan kemampuan pelakunya, jadi resiko itu sifatnya subjektif bukan objektif.
Contoh:
1. Memasarkan 40 rumah tentu lebih besar resikonya apabila dilakukan orang yang belum berpengalaman dibandingkan dengan memasarkan 1000 rumah yang dilakukan oleh agen real estate profesional.
2. mengendarai mobil dengan kecepatan 100 km/jam tentu lebih besar resikonya apabila dilakukan oleh orang yang beru bisa mengemudi dibandingkan bila dikemudikan dgn orang yang sudah mahir. Sebaliknya, mengendarai mobil dengan kecepatan 40 km/jam tentu lebih besar resikonya bila dilakukan di jalan tol.
3. Orang yang memiliki kreatifitas dan inisiatif yang tinggi tentu memiliki resiko yang lebih kecil utk memulai bisnis daripada orang yang biasanya hanya jadi staff saja, yang mengurusi hal-hal rutin.
Dari alam kita bis amencontoh pohon bambu cina. Pohon bambu tersebut bila ditanam selama beberapa tahun tidak menampakkan pertumbuhan yang signifikan. Pohon tersbut hanya bertambah tinggi beberapa cm saja. Namun sesungguhnya pohon bambu itu menumbuhkan akar yang kuat ke dalam tanah. Sehingga saat memasuki tahun ke lima, pohon itu tumbuh dengan pesat sehingga mencapai puluhan meter.
Kita bisa membuat kombinasi yang sinergis antara melangkah dan melompat. Contoh yang paling baik dalam sejarah adalah Nabi kita yaitu Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW adalah contoh kombinasi dari kombinasi melangkah dan melompat yang luar biasa. Dari lahir sampai umur 40 tahun (saat diangkat menjadi Nabi), beliau orang yang melangkah terus menerus sedangkan dari 40 sampai belaui wafat, beliau melakukan lompatan-lompatan yang luar biasa. Tentu saja resiko antara melompat dan melangkah yang beliau alami sangat berbeda. Saat beliau melangkah, relatif tidak ada resiko bahkan masyarakat Makkah 100% mempercayai beliau sehingga menggelari beliau Al Amin (yang benar2 bisa dipercaya). Namun, begitu beliau diangkat menjadi Nabi dan melakukan lompatan2 besar, resiko yang besarpun menghadanag. beliau dan para sahabatnya harus menghadapi berbagai tantangan dari kaum kafir Quraisy sehingga bahkan harus berkali kali melakukan peperangan.
Pada akhirnya beliau bisa mengubah jazirah Arab menjadi bangsa yang beradab dan bahkan mempengaruhi peradaban dunia secara keseluruhan.
Pada waktu sebelum reformasi, Indonesia sebenarnya ingin melompat (tinggal landas, istilah waktu itu) namun yang terjadi adalah kejatuhan karena energi yang seharusnya dikumpulkan untuk melompat sudah disedot habis (korupsi dll).
Parameter untuk memilih antara melompat dan melangkah adalah diri kita sendiri, tingkat energi kita. Pada saat kompetensi dan karakter kita sudah memadai, saat itulah kita bisa melakukan lompatan yang berarti dalam perjalanan kita menuju sukses.
Semoga bermanfaat
Acara The Power of Life adalah hasil kerjasama Radio Trijaya 104,6 FM dengan Institut Kemandirian, suatu lembaga jejaring Dompet Dhuafa Republika yang mengajarkan ketrampilan Wirausaha dan Teknis secara gratis. Alamat Institut Kemandirian: Kompleks PT Panasonic/Yayasan Matsushita Gobel, Gedung Techno School Lt. 3, Jl. Raya Bogor, Km 29, Jakarta Timur. Telp: 021-88710408, 91261823
5 komentar: