
Maaf kalau postingnya telat, maklum baru mulai habis capenya
pada awalnya sih gara2 baca-baca Notes FB-mas Gaw yang menceritakan bahwa di dalam tubuh manusia, Allah SWT sudah menganugerahkan kemampuan menyembuhkan diri dengan memanfaatkan energi tubuh. Apabila bagian dari sistem energi tubuh yang terganggu itu sudah normal kembali, maka sakit yang diderita akan berangsur-angsur pulih. di notes tersebut disebutkan teknik SQT atau Spiritual Quantum Touch, wah saya udah lama pingin tahu dan pingin belajar teknik seperti itu. Kapan ya bisa????
Tiba-tiba, di status FB mbak Tari dari Logos ada informasi untuk para SEFTer yang mau membantu tim trauma healing di Padang. Langsung saya reply untuk daftar. Alhamdulillah diterima sehingga saya, mbak Tari dan beberapa SEFTer lain, yaitu
Mas Fabri, Mas Kusnadi, Mas Widyo dan Mas Asep bisa berangkat ke Padang.
A proof of Law of Attraction???? Maybe, who knows ;)
Kami sampai di padang pada hari kamis sore, pada awal waktu Ashar. Kami langsung menuju hotel cendrawasih di jalan Pemuda dekat Mall Andalas.
Kami baru memulai kegiatan pada esok harinya, yaitu hari Jum'at dengan mengadakan pelatihan gratis di Masjid Nurul Iman dan mengadakan terapi gratis bagi para jamaah di sana. di sana kami berkenalan dengan Pak Amrizal, seorang SEFTer dari Padang yang menjadi guide kami waktu itu. Kami juga sempat melihat-lihat macam-macam bangunan yang sudah rusak, termasuk hotel Ambacang yang runtuh dan amblas beberapa tingkat ke bawah tanah.
Pada hari sabtu, kami ke daerah Sicincin dan sekitarnya, melakukan terapi bagi masayarakat dan mengajari mereka agar mereka tidak tergantung pada para terapis.
pada hari-hari berikutnya, yaitu mulai dari Hari Ahad sampai Selasa, tim kami dibagi dua, Saya dan mas Fabri ikut rombongan tim trauma healing ACT sementara yang lain tetap bersama BAZNas. Kami juga mendapat bantuan relawan lokal yang dilatih
Alhamdulillah, di ACT saya bisa ketemu mbak Ririn, Mas Gaw dan Mas Andika alias Andips.
Walaupun namanya Tim Trauma Healing, pada umumnya kasus yang kami tangani berkisar pada penyakit-penyakit fisik, seperti sakit pada kaki, lutut atau kepala. Masyarakat kita pada umumnya hanya mengenali gejala-gejala fisik, dan kurang memperhatikan masalah2 emosi.
Alhamdulillah, masyarakat cukup antusias, karena selain melakukan terapi, kami juga mengajari mereka cara-cara melakukan tapping pada diri sendiri.
Diantar hal-hal menakjubkan yang saya dan tim alami adalah seorang bapak yang tadinya sulit berjalan karena kakinya sakit, setelah diterapi satu putaran bisa lompat-lompat lagi; seorang ibu yang kakiknya tadinya sakit, setelah ditapping satu putaran dan di-test dengan diminta memutar2 kaki sambil di-tapping titik Karate Chop-nya, akhirnya bisa menggerakkan kakinya kembali dan lain-lain. Teman saya bahkan ada yang bisa membantu orang yang sudah hampir buta sehingga bisa melihat kembali walaupun masih belum jelas benar.
kesulitan yang dialami tim, termasuk yang saya rasakan, adalah masalah komunikasi. Kami banyak bertemu orang-orang tua dan mereka yang sepertinya kurang berpendidikan. Namun, terkadang mereka saat diterapi juga cukup kooeperatif, seperti seorang bapak yang pernah menderita penyakit Chikungunya. Bapak itu menderita nyeri-nyeri di beberapa bagian persendiannya, sehingga menghambat tugasnya sebagai tukang bangunan. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah dan tingkat kooperasi yang baik dari bapak tersebut, nyeri-nyeri di jari2 tangan dan lututnya berangsur membaik setelah diterapi oleh saya.
Pada saat bertugas di Kecamatan Dua Kali Sebelas Enam Lingkung, kami sampai kewalahan dan kelelahan melayani antrian masyarakat yang minta diterapi. Jika saja Allah SWT tidak berbaik hati pada kami dengan mengirimkan hujan yang cukup deras, wah mungkin bisa pingsan tim trauma healing di sana. Tim trauma healing memang perlu banyak relawan agar bisa melayani masyarakat dengan baik dan cepat.
SElain menterapi orang lain, saya sendiri juga merasakan terapi dari sesama relawan Tim Trauma Healing. Saat beristirahat di posko unit Kanagarian Sicincin, yang merupakan sebuah masjid yang kondisinya masih lumayan baik walaupun agak retak-retak, saya merasakan sakit pada leher, sakit itu menjalar ke sebelah kepala. Teman saya, Mas Ima Lesmana, menempelkan kedua tangannya di leher saya dan mengalirkan energi dengan teknik Spiritual Quantum Touch. Alhamdulillah, sakit di leher dan kepala berangsur pulih dan tidak kambuh lagi sampai pulang ke Jakarta.
Saat-saat paling mengharukan justru datang pada hari terakhir saya bertugas bersama tim ACT. di belakang puskesmas yang jadi posko tim ACT, ada sepasang suami istri yang sudah sangat tua. sang suami terserang stroke karena terlalu lelah mengurusi istrinya yang sakit-sakitan. Mas Fabri menterapi sang istri sementara saya dan mas Ima menterapi sang suami. Saya bersama mas Ima sempat mencoba mengaplikasikan Spiritual Quantum Touch, yang sudah mendapat sentuhan Islami, kepada sang kakek. Alhamdulillah, hasilnya cukup menggembirakan, apalagi si kakek ternyata sudah tahu doa yang kami baca. Suatu doa yang dianjurkan oleh Rasul SAW untuk dibaca saat kita sakit, sambil menyentuh bagian tubuh yang sakit. Saat itulah, karena adanya pertukaran dan interaksi energi yang intens, kami semua tidak bisa menahan derasnya air mata dan keharuan yang datang.
Richard Gordon, pendiri Quantum Touch, menegaskan bahwa sesungguhnya semua penyembuhan adalah penyembuhan yang terjadi pada diri sendiri. Tidak ada seorangpun yang mampu menyembuhkan orang lain. Definisi seorang penyembuh, menurut Richard Gordon, adalah seseorang yang sakit lalu bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Sedangkan definisi seorang penyembuh yang hebat adalah seseorang yang sakit berat lalu bisa menyembuhkan dirinya sendiri dengan cepat a healer is someone who was sick and got well; a great healer is someone who was very sick and got well quickly. Orang lain hanya bisa membantu menyelaraskan dan meningkatkan vibrasi energi tubuh, bukan menyembuhkan.
Seringkali, keinginan kita untuk segera sembuh malah menghambat proses penyembuhan yang terjadi pada tubuh itu sendiri. Tubuh kita seakan-akan tidak dipercaya bahwa dia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendiri, sehingga dia pun "ngambek" dan tidak kunjung sembuh.
Karena sebagian besar menusia tingkat energinya relatif rendah maka tubuh perlu waktu lama untuk memulihkan diri. Untuk mempercepat kesembuhan, banyak orang memerlukan tambahan energi untuk memancing vibrasi energinya agar meningkat hingga menghasilkan efek kesembuhan. Tambahan energi ini bisa diperoleh dengan diterapi oleh orang-orang yang tingkat vibrasi energinya lebih tinggi.
Hadiah yang paling membahagiakan bagi seorang healing facilitator, baik yang menggunakan Energy Psychology Tapping atau Quantum Touch adalah kebahagiaan yang terpancar orang yang dia bantu untuk sembuh. Sungguh sebuah pengalaman yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata seindah apapun.
Semoga semakin banyak orang yang bersedia belajar terapi berbasis energi psikologi ini agar makin banyak orang yang terbantu mengatasi penyakit dan masalah-masalah emosionalnya sehingga tidak selalu tergantung pada bantuan dari luar, seperti obat-obatan dan sebagainya.
Semoga bermanfaat
Muhammad Nahar, SEFTer angkatan 49
http://naharseft49.multiply.com/
http://kopiradix.multiply.com/
http://perenungancinta.blogspot.com/
13 komentar: