
Entah berapa ratus juta tahun yang lalu Allah SWT akan menciptakan manusia dan menempatkan makhluk tersebut sebagai khalifah di bumi. Para malaikat, yang biasanya patuh tunduk 100 persen, tiba-tiba protes. Mengapa Engkau menciptakan makhluk yang akan menumpahkan darah sesamanya? demikian tanya mereka.
Allah SWT mengatakan pada para malaikat tersebut "Aku lebih mengetahui daripada kalian"
kisah tersebut bisa dibaca selengkapnya di dalam Al Qur'an Surat Al Baqarah (2): ayat 30 - 34
Saya bukan ahli tafsir, pengetahuan saya tentang Al Quran dan tafsirnya sangat terbatas. Namun, bagi saya bagian yang paling menarik dari ayat di atas adalah mengapa para malaikat mengatakan bahwa manusia akan membunuh dan menumpahkan darah sesamanya. bukan merampas harta sesamanya atau jenis-jenis kejahatan yang lain. Pembunuhan, ya pembunuhan.
Pembunuhan bisa dibilang merupakan puncak kezaliman seorang manusia atas sesamanya. Pembunuhan adalah kejahatan yang paling kejam. Apabila harta seseorang dicuri atau haknya dirampas, setidaknya dia masih hidup. Mungkin dia bisa mencari harta lagi atau memperjuangkan haknya kembali. Namun, apabila dia sudah terbunuh atau dibunuh? Tidak ada jalan untuk kembali ke dunia ini, kecuali Allah SWT menghendaki. Terputus sudah hubungan dengan dunia fana ini, pupus sudah kesempatan beramal sholeh. Tidak lagi bisa menebar manfaaat bagi sesama manusia dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Mungkin para malaikat pada waktu itu berpikir, jika membunuh sesama manusia saja bisa dilakukan, apalagi kejahatan-kejahatan yang lain.
Anton Medan suatu saat pernah diwawancarai oleh suatu TV Swasta dalam acara talkshow tengah malam. Beliau dengan tegas mengatakan bahwa semua orang bisa membunuh. Presenter yang memandu acara keheranan dan bertanya "bener nih pak?". "Iya' jawab Anton Medan dengan lebih tegas.
Saat saya mengikuti Baksos SEFT dan Yayasan Hurin'in di daerah Bongkaran, Jatibunder, Tanah Abang, seorang sahabat yang juga SEFTer menceritakan pengalamannya. Dia men-tapping seorang bapak yang sakit pinggang. Cerita punya cerita, akhirnya si bapak bercerita bahwa dia sudah siap membunuh anaknya dan demikian pula sebaliknya. Anak dan bapak, darah daging sendiri, sudah pasang kuda-kuda. siap untuk saling membunuh. Daerah Bongkaran memang tempat yang sangat mengerikan. Keluarga-keluarga hidup dalam petak-petak kecil yang sumpek dan sempit. Terkadang, ada suami yang membawa perempuan lain ke rumah petaknya dan main gila di sana. Terbayang betapa sakitnya perasaan si istri. Adik dan kakak saling berhubungan sexual sudah biasa di sana. Maklum, daerah itu merupakan tempat lokalisasi pelacuran. Saat mendengar kisah adik kakak yang saling berhubungan sex, saya teringat kembali sebuah hadits Rasul. saya sendir kurang tahu persis haditsnya, namun matan atau isi hadits tersebut menyatakan bahwa anak laki dan perempuan, pada usia tertentu, harus dipisahkan kamarnya. Walaupun adik kakak. Namun, di sana bagaimana mungkin mau dipisah. Wong satu keluarga saja harus tinggal di petak-petak kecil nan sumpek. Sudah tidak perlu lagi dibayangkan, betapa tidak nyaman interaksi sosial antar warga di sana. Segala macam kejahatan bisa terjadi, termasuk pembunuhan.
Jika memang semua orang, tanpa kecuali bisa membunuh, maka benarkah membunuh itu mudah? tergantung siapa yang melakukan. sesuatu menjadi mudah karena dilakukan berulang-ulang. Seseorang memiliki keahlian untuk melakukan sesuatu karena belajar dan berlatih. Perasaan takut dan jijik melihat darah dan organ-organ dalam tubuh manusia adalah "default setting" pada fitrah diri manusia. Namun, bagi orang-orang yang sudah berulang kali melihat hal-hal tersebut, mereka tidak lagi merasa takut atau jijik. Orang-orang seperti dokter ahli bedah atau petugas forensik tentu sudah terlatih melihat hal-hal tersbut.
Demikian juga dengan aktivitas yang namanya membunuh. pada awalnya mungkin, seorang calon pembunuh bayaran atau seseorang yang akan membunuh merasakan takut yang amat sangat. Keringat dingin bercucuran, jantung berdebar keras tak karuan. Namun, lama-kelamaan perasaan itu hilang. Berganti dengan tatapan tajam bak binatang buas saat mengincar calon korbannya. Tangan yang tadinya gemetar berkeringat lama kelamaan mantap memegang senjata. Aliran darahnya yang tadinya berdesir tanda ketakutan, kini mengalir normal seakan tidak terjadi apa-apa. Mungkin karena itulah, orang yang sudah terlatih dan terbiasa membunuh disebut pembunuh berdarah dingin. Sedingin aliran sungai di pegunungan.
Namun demikian, ada pula orang-orang yang tiba-tiba jadi pembunuh. Contoh paling nyata adalah para TKI yang pergi ke luar negeri. Sebenarnya, mereka di sana untuk mencari nafkah. Mereka adalah orang-orang lugu yang bahkan mungkin tidak pernah berkelahi, paling banter adu mulut. Namun, perlakuan tidak manusiawi dan kejam sebagian majikan menyebabkan mereka sampai nekat melakukan pembunuhan. Koran-koran dan berita-berita kriminal yang tayang tiap hari juga menyajikan kepada kita berita-berita yang sama. Hampir setiap hari kita saksikan seseorang membunuh atau dibunuh orang lain, bahkan terkadang karena sebab-sebab sepele. Seperti berebut lahan parkir, saling ejek, rebutan pacar dan sebagainya. Bila tidak mampu atau tidak berani membunuh padahal kekesalan sudah memuncak, bisa jadi mereka bunuh diri. Bunuh diri juga merupakan pembunuhan, dan dilarang keras dalam agama Islam, sebagaimana membunuh orang lain.
Perilaku anggota masyarakat sudah sedemikian rupa destruktif sehingga mudah terprovokasi. Kehidupan yang serba sulit, kemiskinan yang melilit dan perbedaan yang lebar antara si kaya dan si miskin menyebabkan banyak orang mengalami apa yang oleh Erich Fromm sebagai "Unlived Live". Saya sendiri menerjemahkan "Unived Live" sebagai kehidupan yang kering dan kosong tanpa makna. Erich Fromm mengatakan bahwa "Unlived Live" ini adalah penyebab dari segala macam kecenderungan manusia untuk merusak (destructiveness is the outcome of unlived life). Dan kerusakan apa yang lebih besar daripada pembunuhan?
Semoga bermanfaat
6 komentar: