Jumat, 21 Mei 2010

Sang Raja Lautan yang dibantai karena keserakahan

Deburan ombak seakan memecah kesunyian lautan. Para nelayan seakan tidak memperdulikan deburan ombak tersebut, mereka terus saja bekerja. Namun, yang mereka tangkap bukanlah ikan-ikan biasa. Yang menjadi incaran mereka adalah ikan-ikan yang telah berpuluh bahkan beratus tahun menjadi teror di lautan. Baik dalam kenyataan atau dalam film-film, yaitu ikan hiu. Bagian dari ikan hiu yang mereka akan ambil adalah siripnya. Terkadang bagian yang lain masih diolah namun lebih sering tidak. Daging ikan hiu tidaklah enak untuk dimakan dan sedikit yang mau bersusah payah mengolah daging itu menjadi ikan asin. Tanpa sirip, ikan hiu persis petarung yang sudah dipotong kedua tangan dan kakinya. Jangankan untuk merajai lautan, untuk berenang saja sudah tidak mampu. Ikan hiu harus terus bergerak untuk bisa bernafas dengan insangnya dan dia tidak akan bisa berenang tanpa sirip-sirip itu. Kehidupan Sang Raja Laut pun berakhir tragis menjadi onggokan bangkai.

Sirip-sirip hiu tersebut dijual dengan harga yang fantastis. Sirip dengan kualitas tertinggi dijual 10 juta rupiah per kilo, sementara yang kualitasnya rendah dijual 2 juta rupiah per kilo. Tidak mengherankan banyak orang yang tergiur akan besarnya keuntungan yang bisa diperoleh dari sirip-sirip tersebut. Konon, sirip-sirip itu dipercaya bisa membuat orang yang memakannya senantiasa sehat dan panjang umur. Sirip-sirip itu juga banyak yang diekspor ke negara-negara yang banyak mafia dan gangsternya.

Kalau harus bayar 10 juta rupiah per kilogram, mungkin koruptor pun harus berpikir 10 ribu kali sebelum merogoh koceknya. Yang tidak ragu untuk membayar sebanyak itu tentunya para gangster dan mafia yang sangat percaya pada mitos. Keinginan untuk hidup selama mungkin dan ketakutan pada kematian menyebabkan orang-orang itu mencari obat panjang umur. Terkadang, mereka mencari obat-obatan yang secara medis masih diragukan seperti tulang harimau, cula badak dan sebagainya. Mereka adalah para gangster yang bisnisnya perjudian skala besar, pelacuran antar negara, narkotika dan obat terlarang dan sebagainya. Bahkan mungkin juga ada yang berbisnis pembunuh bayaran. Setiap hari, mungkin setiap jam, uang panas dan haram itu mengalir deras ke dalam pundi-pundi mereka.

Sudah menjadi fitrah bagi manusia apabila berbuat jahat maka dia tidak akan merasakan ketenangan hakiki. Apalagi apabila makanan yang dia konsumsi sehari-hari terdiri dari barang-barang haram dan mendapatkannya juga dengan uang haram. Hidup orang itu akan dipenuhi kepura-puraan, kehinaan dan ketakutan walaupun dari luar banyak orang mengaguminya. Dalam keadaan seperti itu, banyak orang mencari perlindungan kepada berbagai hal seperti jimat, takhayul dan sebagainya. Termasuk mencari obat-obatan tertentu yang dipercaya bisa membuat panjang umur tanpa harus menjaga kesehatan dan tanpa perlu meninggalkan bisnis haram.

Kejahatan cepat atau lambat akan menghasilkan kejahatan berikutnya yang seringkali lebih besar. Rasulullah mengajarkan kita bahwa orang yang memulai suatu kejahatan akan menerima pembalasan dosa kejahatan tersebut dan dosa dari kejahatan orang-orang yang mengikutinya. Sementara, para pengikut orang yang memulai itu juga akan menerima dosa yang sama, apalagi kalau mereka diikuti orang lain. Sementara itu, kerusakan demi kerusakan terus terjadi. Kerusakan yang terjadi antara lain kerusakan lingkungan dan biota laut seperti berkurangnya populasi ikan hiu. Ikan hiu adalah predator natural yang menjaga keseimbangan rantai makanan di lautan. Pemburuan besar-besar ikan hiu dan predator natural lainnya akan menyebabkan jumlah mereka berkurang atau bahkan punah. Bila tidak ada predator, maka populasi ikan dan binatang yang menjadi makanan para predator itu akan membengkak. Jumlah populasi mangsa yang terlalu besar itu akan menyebabkan lingkungan tidak lagi mampu mendukung kehidupan mereka. Yang tidak kalah mengerikan adalah kerusakan sosial dan moral seperti kemiskinan, pelacuran, judi, kejahatan terorganisir seper mafia dan gangster dan lain sebagainya. Karena itulah, amar ma'ruf nahi munkar (memerintahkan hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk/jahat) menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam ajaran Islam. Berdiam diri saat ada kejahatan yang sedang terjadi adalah juga merupakan kejahatan.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Siapa yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.

(Riwayat Muslim)

Inspired by: tayangan dokumenter Elshinta TV

komik silat Tony Wong: Long Hu Men (Perguruan Naga Harimau)

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar