
siapa yang tidak kenal merek motor itu? Walaupun di Indonesia relatif jarang, namun sempat membuat heboh karena motor jenis itu ada yang menjadi upeti dari seorang petugas kepada petugas lainnya.
Saya masih bisa mengingat betapa nge-fans-nya saya pada motor jenis itu. Setiap kali mau ke daerah Bogor lewat pasar Minggu, saya sudah pasang kuda-kuda di bis metro mini untuk melihat motor jenis itu di sebuah bengkel dalam perjalanan ke pasar minggu. Terkadang, motor itu saya gambar di whiteboard, walaupun tentu saja sebatas ilustrasi sketsa. Suatu keingian yang lebih merupakan dorongan eksternal dibandingkan dengan motivasi internal. Seiring perjalan waktu, keinginan saya untuk memiliki motor besar itu mulai memudar. Pergaulan dengan teman-teman relawan membuat mata hati saya terbuka akan penderitaan masyarakat di sekitar kehidupan saya.
Motor besar memang bisa jadi salah satu simbol kegagahan dan keperkasaan, terutama buat kaum Adam. Dalam iklan-iklan produk jeans, rokok dan sebagainya, bintang iklannya seringkali berpose atau mengendarai motor besar. Di film-film, motor seperti itu identik dengan kebebasan, bebas lepas menjelajahi benua Amerika nan luas melalui jalan-jalan yang panjang seakan tak berujung. Dengan tubuh kekar penuh tato, kacamata hitam dan tanpa helm serta aksesoris khas penggemar HD lainnya.
Mungkin masih terekam dalam ingatan kita serombongan motor besar yang mampir di sebuah SPBU untuk mengisi bahan bakar. Mereka menguras BBM bersubsidi dan menyebabkan banyak pengguna kendaraan yang lain tidak kebagian. Sehingga banyak pihak yang menganggap hal itu sebagai perampokan BBM bersubsidi. Kalau mampu beli dan mengendarai motor besar, BBM-nya jangan yang bersubsidi dong, mungkin itu yang ada di benak banyak orang. Belum lagi berita yang masih cukup hangat betapa motor besar merek HD itu menjadi semacam upeti untuk oknum aparat penegak hukum dari orang yang menggelapkan uang pajak yang dibayar rakyat. Uang pajak yang dibayarkan dengan suka rela dari tetesan keringat, cucuran air mata dan darah dari rakyat yang bekerja keras dengan cara yang halal dan Insya Allah diridhoi oleh Allah SWT. Mereka membayar pajak dengan harapan uang itu akan berguna bagi para pembarayarnya. Namun, uang itu hanya berakhir menjadi gaya hidup mewah para aparat, termasuk motor besar boros bensin itu tadi.
Peradaban yang kalah memang cenderung menyerap simbol-simbol dari peradaban yang menang dan menguasainya. Dahulu, ketika peradaban Islam dominan di bumi Spanyol, banyak masyarakat non muslim yang meniru gaya hidup orang-orang Islam. Para perempuan non muslim banyak yang mengenakan busana yang menutup aurat seperti kerudung. Orang-orang Eropa yang terpengaruh budaya Islam juga ikut menjaga kebersihan, salah satunya dengan cara membersihkan diri dengan air dan sabun. Namun, saat Barat menguasai panggung kehidupan dunia, masyarakat dunia cenderung meniru dan menyamakan gaya hidup dan budaya mereka dengan peradaban Barat. Seberapapun mahal harga yang harus dibayar, termasuk korupsi dan penyelewangan amanah atau penggelapan harta. Tidak peduli betapa banyak saudara seagama, sebangsa setanah air atau sesama manusia yang akan menderita, terdzalimi dan kehilangan hak-haknya.
Sebagaimana yang pernah saya sampaikan pada siaran KaZI di Radio Islam Sabili beberapa waktu yang lalu, gaya hidup barat adalah gaya hidup yang sangat mahal. Gaya hidup yang harus dibayar dengan ketimpangan sosial yang akhirnya memperlebar jarak antara orang kaya dan orang miskin. Gaya hidup yang memanjakan segelintir orang-orang berduit namun menindas mereka yang lain. Salah satunya adalah dengan motor besar itu tadi. Revolusi Prancis adalah salah satu konsekwensi mengerikan yang harus dibayar atas ketimpangan sosial tersebut.
Namun, sejarah menunjukkan bahwa manusia tidak pernah belajar dari sejarah. Mereka menghafal tahuh-tahun terjadinya peristiwa penting, yang banyak diantaranya adalah peristiwa-peristiwa berdarah. Mereka mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Tetapi mereka jarang sekali, kalau tidak mau mengatakan tidak pernah, mengambil hikmah dan pelajaran dari sejarah. Oleh karena itu George Santayana, seorang filsuf, pernah berkata: "Those who forget the past are condemned to repeat it" (mereka yang melupakan sejarah akan dikutuk untuk mengulanginya).
Barang-barang mahal, termasuk motor besar, memang bisa menjadi simbol status sosial pemiliknya. Namun, apabila harta tersebut didapat dengan jalan yang tidak halal dan merugikan orang lain, hakikatnya semua itu adalah harta rampokan dari rakyat yang miskin dan tidak berdaya. Rakyat yang hasil kerja kerasnya tidak bisa mereka nikmati di dunia ini bahkan untuk sekedar mengganjal perutnya yang lapar.
Getaran-getaran jerit rintih mereka yang miskin dan menderita mungkin terlalu lemah untuk bisa didengar oleh banyak manusia yang terlena oleh kehidupan moderen, oleh yang senantiasa dibanjiri berbagai macam hiburan dan terlena manisnya teknologi.
Namun, ....... getaran-getaran energi yang lemah itu cepat atau lambat akan mampu mengetuk dan menembus pintu-pintu lagi, dan hanya tinggal masalah waktu saja bagi Allah Al Latif, Allah SWT Yang Maha Lembut, .....................
..................... yang mampu menangkap getaran kepedihan betapapun halusnya
..................... yang pada akhir memberi balasan yang seadil-adilnya bagi semua manusia
"A laisallahu bi ahkamil haakimiin"
"Bukankah Allah seadil-adilnya hakim?"
(Qs. At Thiin 8)
Semoga bermanfaat
3 komentar: