Selasa, 30 November 2010

[Self Improvement] Lingkaran Setan Komunikasi

Kita perlu mensyukuri semakin tingginya antusiasme masyarakat untuk berbagi dalam hal materi.  Terbukti dari banyaknya bantuan yang mengalir ke beberapa daerah bencana seperti Wasior, Mentawai dan Merapi.  Namun, yang kita rasakan masih kurang adalah antusiasme untuk saling berbagi pengertian dan pemahaman.

Manusia adalah makhluk yang lebih didominasi emosi daripada logika.  Buktinya, masih banyak orang yang tidak menjalankan pola hidup sehat karena kalah dengan keinginan untuk menikmati zona nyaman.  Banyak pula orang enggan mendengarkan dengan jelas apa yang dimaksud lawan bicaranya sehingga yang terjadi adalah Salah Paham. Salah paham bisa menguras energi kita dan membuat kita dan lawan bicara menjadi frustasi.

Arvan Pradiansyah, dalam sebuah talkshow di sebuah radio swasta pernah menjelaskan prinsip-prinsip yang harus diperhatikan untuk menghindari dan meminimalisir salah paham.

1. Kebutuhan emosi tertinggi dari manusia adalah DIMENGERTI dan DIPAHAMI.  Orang marah apabila lawan bicaranya tidak mengerti apa yang dia maksudkan.  Kemarahan itu disebabkan kebutuhan emosi tidak terpenuhi dengan baik.

2. Orang yang dicari oleh banyak orang adalah orang yang mudah mengerti.  Semua orang senang dengan orang yang mudah mengerti, dia mudah menerima instruksi dan mampu berempati bila ada yang minta didengarkan.  Ada dua hal yang perlu ditankap dari sebuah pembicaraan yaitu isi pembicaraan dan kondisi emosi orang yang berbicara.  Isi pembicaraan berkaitan dengan konten dan teknis pelaksanaan dan kondisi emosi berkaitan dengan empati.  Empati itu sendiri berkaitan dengan kemampuan merasakan apa yang dirasakan secara emosional oleh orang lain.

3. Investasi terbaik pertama bagi waktu kita adalah memahami. Investasi terbaik kedua bagi waktu kita adalah membuat diri kita dipahami.  Kita harus mau dan bersedia mendengarkan dan bersedia memahami lawan bicara. Orang yang hanya mau dipahami dan didengarkan adalah orang yagn egois.

4. Kita menilai dari kita dari niat kita, orang menilai diri kita dari tindakan kita.  Terkadang kita lebih berkonsentrasi pada konten, bukan konteks.  Seseorang yang menggunakan kata-kata yg salah merasa sedang dimaki-maki.  Terkadang cara lebih penting daripada konten/isi pesannya. Bahkan terkadang, cara yang  kurang efektif membuat kita bertanya "niat gak sih ngasihnya?" Maya Angelou pernah mengatakan “I've learned that people will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them feel.”

5. Untuk meminimalisir salah paham, tingkat kepercayaan antar komunikan harus ditingkatkan.  Peningkatan level kepercayaan bisa dilakukan dengan memperbanyak setoran kebaikan atau "Rekening Bank Emosi".  Manusia tidak akan bisa secara efektif menabung emosi apabila dia bukanlah orang yang benar-benar berniat baik untuk membina hubungan.  Awal perkenalan dan pertemuan yang menyenangkan bisa jadi merupakan setoran awal yang banyak namun apabila tidak di-maintain dengan baik, setoran itu akan terus berkurang dan berkurang hingga akhirnya habis tak tersisa.   

Salah paham ada beberapa tingkatan:

1. teknis:   instruksi atau pesan tidak dimengerti dan dipahami dengan baik.   

2. semantik: instruksi atau pesan dimengerti dan dipahami, namun salah ditafsirkan.

3. low level of trust: instruksi tidak dipahami karena tingkat kepercayaan yang memang sudah rendah. Salah paham seperti ini adlaah salah paham yang paling berbahaya karena kepercayaan yang rendah membuat hubungan seperti ladang ranjau.  Segala sesuatu bisa jadi serba salah.  

Dari prinsip-prinsip di atas, terlihat jelas bahwa komunikasi bukanlah hal yang sepele atau mudah.  Stephen Covey, penulis buku laris Tujuh Kebiasaan manusia yang sangat efektif, menyayangkan betapa sedikitnya kita berlatih dan belajar mendengarkan dan memahami.  Sehingga, komunikasi kita hanyalah komunikasi yang dangkal dan ala kadarnya saja.  Kebutuhan emosional kita untuk dipahami, didengarkan dan dihargai jarang bisa terpenuhi. Padahal, masih menurut Covey, kebutuhan itu bagi jiwa manusia adlah bagaikan oksigen bagi tubuhnya.  Tidak mengherankan apabila zaman sekarnag ini manusia begitu mudah curiga, emosi dan marah kepada sesamanya.  Jiwa-jiwa yang kering kerontang secara emosi akan mudah tersulut kemarahan bagaikan rumput kering yang sudah terbakar matahari.

Pada akhirnya, komunikasi yang tidak efektif akan menyebabkan timbulnya lingkaran setan sebagai berikut:

Komunikasi yang tidak efektif dapat menyebabkan pemahaman yang salah. Pemahaman yang salah akan menyebabkan persepsi tidak akurat.  Persepsi tidak akurat akan menyebabkan prasangka buruk. Prasangka buruk akan menyebabkan Ketidak percayaan, ketidakpercayaan menyebabkan permusuhan dan permusuhan akan membuat komunikasi tidak efektif.

Semoga bermanfaat

Referensi:

Talkshow Smart Happiness di Smart FM

Buku Tujuh Kebiasaan Manusia yang sangat efektif, Steven Covey

1 komentar: