Penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW kembali marak di dunia maya. Tidak tanggung-tanggung, penghinaan itu malah dibuat sayembara atau kontes. Penghinaan tersebut lebih merupakan refleksi dari kebencian, kedengkian dan ketakutan orang-orang yang memang membenci Rasul SAW. Sesosok pribadi yang telah menghasilkan generasi pembangun peradaban yang unik dan tiada duanya di dunia ini. Para penghina itu sesungguhnya merupakan bagian dari peradaban Barat. Suatu peradaban yang telah mengubah dunia menjadi ajang pembantaian yang telah menumpahkan darah dan menghilangkan nyawa yang sudah tidak terhitung lagi banyaknya. Baik yang langsung terbunuh di tempat ataupun meninggal perlahan-lahan karena sakit, kemiskinan dan kelaparan. Ibarat menunjuk dengan jari telunjuk, tiga jari yang tersisa malah menunjuk pada diri sendiri.
Mereka khawatir bahwa makin banyak orang yang meneladani dan mengikuti ajara rasul SAW sehingga mereka tidak dapat lagi mepertahankan gaya hidup mereka yang penuh hura-hura, kesombongan, kejahatan dan kekejaman. Surga mereka adalah kehidupan di dunia ini, kehidupan yang sgt singkat dan penuh kekurangan di sana sini. Maka, wajar saja jika mereka membenci Nabi SAW. Karena pada hakikatnya mereka adalah bagian dari peradaban yang hidupnya dari merampas dan merampok hasil alam negeri-negeri lain, peradaban arogan yang suka memperbudak bangsa-bangsa lain. Dalam buku autobiografinya, Bank Kaum Miskin, Muhammad Yunus mengungkapkan kekecewaan beliau pada lembaga2 donor internasional. Pendiri Grameen bank itu mengatakan bahwa banyak kebijakan lembaga2 itu yang salah arah dan lebih banyak mengisi kantong para pegawainya. Lembaga-lembaga itu pun bersikap arogan serta cenderung mendikte seakan kaum miskin dianggap harus dibimbing dan tidak punya ketrampilan survival sendiri. Arogansi yang diwarisi dari kaum Templars yag kejam zaman perang Salib.
Ajaran yang dibawa Nabi SAW adalah ajaran yang memerdekakan manusia dari perbudakan sesama manusia. Ajaran yang mengajarkan bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah dan diagungkan. Ajaran inilah yang membuat Bung Tomo dan rakyat Surabaya bangkit melawan penjajah serta meneriakkan takbir ALLAHU AKBAR sehingga Allah SWT berkenan menancapkan rasa takut di dada musuh. Ajaran inilah yang menyebabkan arogansi dan kesombongan mereka terusik, sehingga mereka terus menerus melancarkan propaganda dan provokasi serta penghinaan. Penghinaan yang sesungguhnya menghinakan para penghina itu sendiri.
Refleksi kedua adalah kelemahan kaum muslimin sendiri. Betapa kaum muslimin saat ini benar-benar terpuruk dalam berbagai masalah dan pesoalan. Dalam bidang ekonomi, mereka masih bergantung pada Barat. Lebih banyak kaum muslimin yang bekerja pada perusahan2 non muslim dariapda membangun usaha sendiri, belum lagi mrk yang pengangguran. Mereka seakan melupakan perkataan seorang bankir legendaris penopang keuangan Zionis yaitu Rotschild: "Berikan saya kekuasaan untuk mengatur ekonomi (uang, peredaran uang dan barang) dan saya tidak peduli siapa yang menulis (menetapkan) hukum di negara tersebut". Jurang pemisah antara kaum yang kaya dan miskin semakin membuat mereka leluasa berbuat apa saja. Kesombongan, kejumawaan dan kegilaan para anggota gerombolan pengecut tak berguna itu semakin menjadi-jadi karena umat Islam sendiri yang lemah.
Pembelaan terhadap Nabi SAW memang harus dilakukan sebagai bukti cinta kita kepada beliau. Banyak yang bisa dilakukan seperti boycott, protes dan sebagainya. Namun, cara-cara reaktif sudah terbukti tidak memadai. Sudah bukan lagi masanya umat Islam merespon isu2 yang menghina mereka hanya dengan reaksi2 emosional sesaat. Sudah tiba waktunya bagi kaum muslimin untuk menyusun barisan yang rapih dan tidak sekedar menggerombol bagai buih di permukaan lautan.
Semoga bermanfaat
Note: republish dari notes di Facebook saya
5 komentar: