Minggu, 15 Mei 2011

[Flash Fiction] Sebuah Undangan Perayaan

"Gimana nih Fer, mau gak hadir gak enak.  Kalau hadir, wah lebih gak enak lagi" kata Ahmad kebingungan.  

"Iya nih si Benny.  Udah aku jelaskan panjang lebar tentang Zionisme gak ngerti juga dia" jawab Ferry sambil menatap undangan sebuah pesta perayaan di suatu hotel di Puncak.  

---------------------------------------------------------------

Malam yang dinantikan pun tiba.  Bendera putih biru bergambar dua segitiga sama sisi yang saling menindih tertambat di salah satu sudut ruangan. Sementara itu, sebuah tempat lilin bercabang tujuh berada di tengah meja yang penuh hidangan lezat.  Benny meletakkan Blackberry-nya dan berkata "Tenang, sebentar lagi mereka datang".  

Tak lama kemudian kedua orang yang dinanti pun tiba.  Bukannya gembira, Benny malah meradang, wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu. Teman-teman Benny pun memandang kedua lelaki itu dengan perasaan marah.  "Apa -apaan ini!" bentak Benny.

"Iya Ben, aku kan sudah bilang bahwa aku bakal datang sebentar. Gak enak sama kamu kalau sampai gak datang.  Kebetulan hari ini kami juga mau latihan drama di tempat teman. Daripada harus repot-repot ganti baju, lebih baik sekalian aja kan." Kata Ferry santai  "Lagian kamu sih pakai maksa-maksa aku hadir segala".  

"Keluar kamu!!!" bentak Benny "Pokoknya mulai detik ini kita sudah bukan teman lagi!".

"Iya iya, kami pergi. Gitu aja koq repot" kata Ferry lagi.

Kedua lelaki berpakaian ala perwira SS NAZI itu pun meninggalkan ruang pesta. Mereka pun kembali ke mobil mereka yang diparkir di luar hotel.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar