Give control over nation economy and I don't care who write its law
Rotschild
Tulisan EMBARGO DIRI SENDIRI yang beredar luas di berbagai blog, situs dan forum internet seakan kembali menyentakkan kesdaran kita akan amanah dan anugerah yang diberiakn Allah SWT keapda bangsa Indonesia. Sebuah gugugsan kepualauan yang menghiasi katulistiwa bagaikan untaian jamrud yang sangat indah dan berharga. Belum lagi hasil bumi yagn terkadung di dlaamnya. Sudah sepantasnya, seluruh rakyat Indonesia hidupa laksana surga di dunia ini. Kaum muslimin Indonesia memiliki kemampuan besar untuk membantu saudaranya sesama muslim di Palestina dan tempat-tempat lainnya di dunia ini. Dengan memandirikan dirinya sendiri, Indonesia akan memiliki kekuatan untuk menekan negara-negara lain baik secara politis ataupun ekonomi. Sehingga, negara-negara lain pun tidak ada yang berani kurang ajar terhadap kaum muslimin di negara-negara tersebut.
Namun demikian, masih begitu banyak rakyat negeri ini yang hidupnya sengsara, jauh dari sejahtera apalagi bahagia. Penduduk Indonesia, terutama kaum musliminnya, terlena oleh berbagai macam hiburan sensasional mulai dari sinetron lebay sampai film-film impor, baik di bioskop atau DVD bajakan. Mereka yang mampu lebih mengutamakan keinginannya daripada membantu sesama yang membutuhkan. Sehingga, perbedaan dan kesenjangan antara yang miskin dan kaya seakan sejauh bumi dan langit. Ada orang miskin yang sampai mati kelaparan dan ada pula yang bisa menghambur-hamburkan urang untuk pesta mewah, rumah megah, kendaraan mengkilap dan lain sebagainya. Belum lagi para TKI yang terpaksa mengadu nasib di negara-negara orang dengna resiko penghinaan, penyiksaan bahkan pemancungan seperti yang terjadi baru-baru ini. Sebagian lain ditunjukkan oleh Film dokumenter karya John Pilger, The New Rulers. Film tersebut memperlihatkan betaapa jauh kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Buruh yang hanya dibayar sedikit untuk setiap produk seperti celana pendek atau sepatu olah raga yang dihasilkan, sementara seorang pegolf profesional dibayar lebih mahal daripada akumulasi gaji para buruh tadi. Buruh-buruh tersebut tinggal di rumah-rumah petak dengan sanitasi seadanya, di dekat got mampet dan genangan air yang bisa jadi sarang nyamuk. Bahkan, Pilger sendiri sampai sakit malaria gara gara shooting film di sana.
Sebuah negara kecil di ujung semenanjung Malaya adalah salah satu pihak yang secara zalim turut menikmati kekayaan aalam Indonesia. Negara bersimbol singa itu seakan akan jadi surga di dunia untuk para koruptor dan penjahat ekonomi Indonesia. belum lagi mereka yang membelajankan banyak uang di sana. Hingga terdenagar seloroh bahwa income terbesar Singapore adalah uang yang dibelanjakan oleh para koruptor Indonesia, baik dari hasil shopping, rumah sakit, penginapan dan sebagainya. Singapore bisa terus bertumbuh karena makan uang haram para koruptor, terutama dari Indonesia. Dalam acara Postcard from Meulborne di radio Lite FM, Nuim Khaiyyat pernah menceritakan bahwa ada orang Singapore yang cerita bahwa mereka bisa menggaji PM dan para menterinya ratusan juta dollar per tahun karena uang hasil korupsi di Indonesia. Tidak mengherankan pula jika negara Zionis yang sekarang masih menjajah dan menindas kaum muslimin di Palestina seakan-akan kebelet dan ngotot membuka hubungan dengan Indonesia, baik hubungan diplomatik ataupun bisnis. Manusia-manusia terkutuk yang sudah dilaknat oleh Allah SWT sejak zaman Bani Israil itu tentu saja tergiur untuk mendapatkan kekayaan bumi nusantara ini untuk memperkuat kekuatan mereka agar lebih mampu lagi menguasai dunia.
Indonesia memang punya peluang besar untuk menjadi negara yang mampu menentukan nasib dunia dengan melimpahnya kekayaan alam yang ada di dalam buminya. Masalahnya adalah, apakah kekayaan itu benar-benar dikelola sesuai keinginan yang memberi ataukah mau dikantongi tanpa peduli sesama anak negeri. Sehingga ada yang memelesetkan sebuah lagu nasional menjadi suatu lagu penuh ironi yang menyedihkan
EMBARGO DIRI SENDIRI hanya akan menjadi mimpi jika masyarakat negeri ini, baik yang miskin maupun yang kaya, belum mau beranjak kelaur dari zona nyaman mereka. Yang kaya masih menikmati belanja dan berobat ke luar negeri, sementara yang miskin masih juga belum mandiri. Yang kaya masih suka menghamburkan harta untuk kesenangan pribadi sementara yang miskin masih saja meminta ke sana dan ke sini. Padahal Rasul SAW sudah pernah mengingatkan dalam salah satu hadits beliau yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Jami`ul Awshat, Abu Nu`aim di dalam kitab Al-Hilyah dan juga Al-Hakim di dalam Kitab Mustadroknya meriwayatkan, Dari Ali RA, ia berkata : telah bersabda Rosululloh SAW : “Jibril mendatangiku dan berkata : Ya Muhammad hiduplah sesukamu karena engkau akan mati,cintailah siapa yang kamu mau karena engkau akan meninggalkannya, beramallah sesukamu karena engkau akan dibalas dan ketahuilah bahwa kemulyaan seorang mu`min pada qiyamul-lail dan Izzahnya pada kemandiriannya“.
Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan
Rotschild
Tulisan EMBARGO DIRI SENDIRI yang beredar luas di berbagai blog, situs dan forum internet seakan kembali menyentakkan kesdaran kita akan amanah dan anugerah yang diberiakn Allah SWT keapda bangsa Indonesia. Sebuah gugugsan kepualauan yang menghiasi katulistiwa bagaikan untaian jamrud yang sangat indah dan berharga. Belum lagi hasil bumi yagn terkadung di dlaamnya. Sudah sepantasnya, seluruh rakyat Indonesia hidupa laksana surga di dunia ini. Kaum muslimin Indonesia memiliki kemampuan besar untuk membantu saudaranya sesama muslim di Palestina dan tempat-tempat lainnya di dunia ini. Dengan memandirikan dirinya sendiri, Indonesia akan memiliki kekuatan untuk menekan negara-negara lain baik secara politis ataupun ekonomi. Sehingga, negara-negara lain pun tidak ada yang berani kurang ajar terhadap kaum muslimin di negara-negara tersebut.
Namun demikian, masih begitu banyak rakyat negeri ini yang hidupnya sengsara, jauh dari sejahtera apalagi bahagia. Penduduk Indonesia, terutama kaum musliminnya, terlena oleh berbagai macam hiburan sensasional mulai dari sinetron lebay sampai film-film impor, baik di bioskop atau DVD bajakan. Mereka yang mampu lebih mengutamakan keinginannya daripada membantu sesama yang membutuhkan. Sehingga, perbedaan dan kesenjangan antara yang miskin dan kaya seakan sejauh bumi dan langit. Ada orang miskin yang sampai mati kelaparan dan ada pula yang bisa menghambur-hamburkan urang untuk pesta mewah, rumah megah, kendaraan mengkilap dan lain sebagainya. Belum lagi para TKI yang terpaksa mengadu nasib di negara-negara orang dengna resiko penghinaan, penyiksaan bahkan pemancungan seperti yang terjadi baru-baru ini. Sebagian lain ditunjukkan oleh Film dokumenter karya John Pilger, The New Rulers. Film tersebut memperlihatkan betaapa jauh kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Buruh yang hanya dibayar sedikit untuk setiap produk seperti celana pendek atau sepatu olah raga yang dihasilkan, sementara seorang pegolf profesional dibayar lebih mahal daripada akumulasi gaji para buruh tadi. Buruh-buruh tersebut tinggal di rumah-rumah petak dengan sanitasi seadanya, di dekat got mampet dan genangan air yang bisa jadi sarang nyamuk. Bahkan, Pilger sendiri sampai sakit malaria gara gara shooting film di sana.

Sebuah negara kecil di ujung semenanjung Malaya adalah salah satu pihak yang secara zalim turut menikmati kekayaan aalam Indonesia. Negara bersimbol singa itu seakan akan jadi surga di dunia untuk para koruptor dan penjahat ekonomi Indonesia. belum lagi mereka yang membelajankan banyak uang di sana. Hingga terdenagar seloroh bahwa income terbesar Singapore adalah uang yang dibelanjakan oleh para koruptor Indonesia, baik dari hasil shopping, rumah sakit, penginapan dan sebagainya. Singapore bisa terus bertumbuh karena makan uang haram para koruptor, terutama dari Indonesia. Dalam acara Postcard from Meulborne di radio Lite FM, Nuim Khaiyyat pernah menceritakan bahwa ada orang Singapore yang cerita bahwa mereka bisa menggaji PM dan para menterinya ratusan juta dollar per tahun karena uang hasil korupsi di Indonesia. Tidak mengherankan pula jika negara Zionis yang sekarang masih menjajah dan menindas kaum muslimin di Palestina seakan-akan kebelet dan ngotot membuka hubungan dengan Indonesia, baik hubungan diplomatik ataupun bisnis. Manusia-manusia terkutuk yang sudah dilaknat oleh Allah SWT sejak zaman Bani Israil itu tentu saja tergiur untuk mendapatkan kekayaan bumi nusantara ini untuk memperkuat kekuatan mereka agar lebih mampu lagi menguasai dunia.
Indonesia memang punya peluang besar untuk menjadi negara yang mampu menentukan nasib dunia dengan melimpahnya kekayaan alam yang ada di dalam buminya. Masalahnya adalah, apakah kekayaan itu benar-benar dikelola sesuai keinginan yang memberi ataukah mau dikantongi tanpa peduli sesama anak negeri. Sehingga ada yang memelesetkan sebuah lagu nasional menjadi suatu lagu penuh ironi yang menyedihkan
Kulihat ibu pertiwi
saat aku korupsi
air matanya berlinang
aku tidak peduli
Hutan, gunung, sawah lautan
masuk kantong sendiri
biarlah ibu berduka
yang penting aku kaya
saat aku korupsi
air matanya berlinang
aku tidak peduli
Hutan, gunung, sawah lautan
masuk kantong sendiri
biarlah ibu berduka
yang penting aku kaya
EMBARGO DIRI SENDIRI hanya akan menjadi mimpi jika masyarakat negeri ini, baik yang miskin maupun yang kaya, belum mau beranjak kelaur dari zona nyaman mereka. Yang kaya masih menikmati belanja dan berobat ke luar negeri, sementara yang miskin masih juga belum mandiri. Yang kaya masih suka menghamburkan harta untuk kesenangan pribadi sementara yang miskin masih saja meminta ke sana dan ke sini. Padahal Rasul SAW sudah pernah mengingatkan dalam salah satu hadits beliau yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Jami`ul Awshat, Abu Nu`aim di dalam kitab Al-Hilyah dan juga Al-Hakim di dalam Kitab Mustadroknya meriwayatkan, Dari Ali RA, ia berkata : telah bersabda Rosululloh SAW : “Jibril mendatangiku dan berkata : Ya Muhammad hiduplah sesukamu karena engkau akan mati,cintailah siapa yang kamu mau karena engkau akan meninggalkannya, beramallah sesukamu karena engkau akan dibalas dan ketahuilah bahwa kemulyaan seorang mu`min pada qiyamul-lail dan Izzahnya pada kemandiriannya“.

Semoga bermanfaat, mohon maaf jika ada yang kurang berkenan
3 komentar: