Ahad kemarin, saya mengikuti kembali forum School of Life, suatu forum tempat semua peserta berbagi dan saling mengajari serta saling belajar dari sesamanya. Forum School of LIfe adalah salah satu implementasi prinsip "Jika semua tempat adalah sekolah, maka semua tempat adalah guru". Dalam forum-forumnya, SOL tidak mengenal pelatih atau pembicara tententu. Semua peserta adalah pembicara dan semua pembicara adalah peserta.
Salah satu peserta pernah bekerja sama dengan seorang teman untuk sesi pemotretan sebuah sekolah. Namun, teman ini sepertinya kurang menjaga amanah jadi proyek sering tertunda pembayarannya. Uang pembayaran baru diberikan sesudah ada proyek baru. Peserta tersebut mengatakan bahwa dia coba melupakan dulu peristiwanya, padahal dia belum memaafkan orang tersebut. Namun, entah kenapa setiap kali ada proyek pemotretan di sekolah, yagn teringat adalah temannya sehingga dia merasa pusing. ternyata teman yang satu ini sudah banyak terlibat kasus penipuan dalam berbagai proyek. Dia terpaksa menahan foto-foto yagn sudah dia buat karena belum menerima fee atas foto-foto Yang membuat si peserta merasa kecewa karena dia sudah melindungi si teman agar terjaga nama baiknya. Namun, si teman ini sepertinya tidak terlalu peduli. Bahkan, dia pernah dikomplain sama sebuah sekolah karena foto-fotonya belum diberikan. Dia juga sempat menjelaskan pada pihak sekolah atas kejadian dengan si teman tersebut. Akhirnya, setelah berlalunya waktu, si peserta bisa memaafkan si teman namun dia akan lebih berhati-hati dalam menerima kontrak. Hikmahnya, si peserta juga mendapat menerima kontrak proyek pemotretan dari sekolah yang semapt dia tahan foto2nya. Dia juga menceritakan bahwa seorang temannya terlibat sebuah proyek dengan teman yagn lain. Dia mengingatkan temannya untuk membuat kontrak yang jelas, namun si teman dgn naif mempercayai temannya. Sudah kenal lama, begitu alasan sang teman. Akhirnya, walau pada awlanya lancar, namun pada bulan2 selanjutnya mulai tersendat.
Seorang peserta yang lain juga menceritakan kisahnya. Dia memendam perasaan yang dalam pada teman sesama komunitas yang dia tergabung di dalamnya. Namun, teman yang sangat dicintainya ini menolaknya dan malah memusuhinya. Dia tidak habis pikir kenapa sampai dimusuhi dan merasa frustasi. Sudah dicoba untuk minta maaf dan menjalin silaturahim kembali walaupun hanya sbagai teman namun tidak membuahkan hasil. Dia pun merasa kaget saat mengetahui curhat orang itu yang terluapkan di sebuah blog di internet. Saat membaca blog itu, dia ada di luar kota, di rumah saudaranya sehingga dia sempat tidak mau pulang ke Jakarta, mau menumpang saja di rumah saudaranya tersebut.
Suatu ketika, seorang teman memberitahukan si peserta tntang orang tersebut. Profil orang tersebut di sebuah situs jejaring sosial di-hack orang. Profilnya diganti dengan hal-hal yagn tidak senonoh dan profil itu digunakan untuk komentar yang jelek-jelek. Terpaksa akun jejaring sosial tersebut di-non aktifkan. Peserta itu pun mengatakan bahwa apa yang dia rasakan kurang lebih sama dengan apa yang dirasakan orang itu saat dia dimusuhi. Namun, si peserta tidak berani memastikan apakah itu merupakan "pembalasan" atas orang itu padanya atau tidak. Si pserta pun memetik hikmah pada kemampuannya membuat tulisan-tulisan inspiratif. Sekrang ini dia sedang menulis sebuah buku bersama seorang temannya, yang semoga saja segera diterbitkan.
Berbicara tentang jejaring sosial di internet, peserta lain pun menambahkan bahwa seroang teman di sebuah jejaring sosial tidak lagi jadi temannya. Saat bertemu, dia pun berkata "Koq saya tidak menemukan profil kamu di FB saya?". Dia menggunakan bahasa positif dan santun, padahal bisa saja dia merasa reaktif dan langsung bertanya kenapa di-remove.
Peserta lain pun menceritakan bahwa dia sudah terbiasa interospeksi karena menghayati ayat 11 surat 64 dalam Al Quran yang berbunyi "Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah SWT, dan barang siapa beriman keapda Allah SWT, niscaya Allah akan memberi petunjuk pada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." . Dia pernah difitnah menggelapkan uang belasan juta namun dia tetap tenang, dan akhirnya ketahuan siapa yang sesungguhnya menggelapkan uang itu. Dia juga cerita tentang seorang teman yang pernah dianiaya habis-habisan. Bahkan pernah, maaf, hampir ditelanjangi di depan rekan-rekan kerjanya. Namun, teman si peserta itu tetap bisa bersabar dan memaafkan.
Ada juga yang sharing tentang masa kecilnya. Dia pernah belum bisa memaafkan ayahnya selama sekitar 20 tahun. Dahulu, saat masih kecil, hidupnya relatif berkecukupan. Namun, sejak ayahnya meninggalkan dia dan menjual rumah mereka serta membawa hasil penjualan rumah tersbut, hidup keluarganya menjadi miskin. Mereka terpaksa tinggal di rumah petak yang kecil serta hidup penuh kekurangan. Yang mengangumkan baginya adalah yang pertama kali memaafkan sang ayah adalah kakaknya. Padahal si kakak inilah yang paling menderita karena seringkali menjadi sasaran kemarahan ayahnya. Bahkan si kakak pernah ditendang sampai koma. Kepada si peserta si kakak pernah berkata "Gw yang paling menderita karena bapak, tapi gw bisa maafin. Kenapa lu enggak?". Akhirnya, setelah bertahun-tahun si peserta pun bisa memaafkan ayahnya. Dia berktata "Saya bisa menulis tentang kemiskinan karena peranh jadi orang miskin, saya prnah menulis tentang preman karnea pernah jadi preman, saya bisa menulis tentang anak jalanan karena pernah jadi anak jalanan". Tulisan-tulisan peserta yagn satu ini sudah dibukukan dalam beberapa buah buku yang penuh hikmah.
Dalam forum tersbut, dibahas juga bebarapa mitos yang salah tentang memaaafkan.
Mitos Memaafkan antara lain:
1. Memaafkan = Lemah
Memaafkan justru merupakan tanda kekuatan, memaafkan adalah salah satu rahasia kekuatan dan kesuksesan para orang-orang besar, baik para nabi maupun para pemimpin besar.
2. Memaafkan = Menguak luka masa lalu
Memaafkan adalah menyembuhkan luka-luka yang lalu. Termasuk juga mengambil hikmah apa yang diinginkan Allah SWT melalui peristiwa yang seringkali berat dan tidak menyenangkan.
3. Memaafkan = melupakan
Memaafkan adalah cara melepaskan beban masa lalu, walaupun peristiwa itu masih bisa diingat, namun tidak lagi membebani kehidupan kita.
4. Memaafkan = kalah
Dengan memaafkan kita tidak dikalahkan atau mengalahakn siapapun kecuali ego pribadi kita sendiri. Dengan memaafkan kita semakin bisa mengenal diri sendiri dan menggali mutiara-mutiara hikmah yang ada dalam diri kita.
Demikian sharing dari acara forum School of Life
Semoga bermanfaat
Salah satu peserta pernah bekerja sama dengan seorang teman untuk sesi pemotretan sebuah sekolah. Namun, teman ini sepertinya kurang menjaga amanah jadi proyek sering tertunda pembayarannya. Uang pembayaran baru diberikan sesudah ada proyek baru. Peserta tersebut mengatakan bahwa dia coba melupakan dulu peristiwanya, padahal dia belum memaafkan orang tersebut. Namun, entah kenapa setiap kali ada proyek pemotretan di sekolah, yagn teringat adalah temannya sehingga dia merasa pusing. ternyata teman yang satu ini sudah banyak terlibat kasus penipuan dalam berbagai proyek. Dia terpaksa menahan foto-foto yagn sudah dia buat karena belum menerima fee atas foto-foto Yang membuat si peserta merasa kecewa karena dia sudah melindungi si teman agar terjaga nama baiknya. Namun, si teman ini sepertinya tidak terlalu peduli. Bahkan, dia pernah dikomplain sama sebuah sekolah karena foto-fotonya belum diberikan. Dia juga sempat menjelaskan pada pihak sekolah atas kejadian dengan si teman tersebut. Akhirnya, setelah berlalunya waktu, si peserta bisa memaafkan si teman namun dia akan lebih berhati-hati dalam menerima kontrak. Hikmahnya, si peserta juga mendapat menerima kontrak proyek pemotretan dari sekolah yang semapt dia tahan foto2nya. Dia juga menceritakan bahwa seorang temannya terlibat sebuah proyek dengan teman yagn lain. Dia mengingatkan temannya untuk membuat kontrak yang jelas, namun si teman dgn naif mempercayai temannya. Sudah kenal lama, begitu alasan sang teman. Akhirnya, walau pada awlanya lancar, namun pada bulan2 selanjutnya mulai tersendat.
Seorang peserta yang lain juga menceritakan kisahnya. Dia memendam perasaan yang dalam pada teman sesama komunitas yang dia tergabung di dalamnya. Namun, teman yang sangat dicintainya ini menolaknya dan malah memusuhinya. Dia tidak habis pikir kenapa sampai dimusuhi dan merasa frustasi. Sudah dicoba untuk minta maaf dan menjalin silaturahim kembali walaupun hanya sbagai teman namun tidak membuahkan hasil. Dia pun merasa kaget saat mengetahui curhat orang itu yang terluapkan di sebuah blog di internet. Saat membaca blog itu, dia ada di luar kota, di rumah saudaranya sehingga dia sempat tidak mau pulang ke Jakarta, mau menumpang saja di rumah saudaranya tersebut.
Suatu ketika, seorang teman memberitahukan si peserta tntang orang tersebut. Profil orang tersebut di sebuah situs jejaring sosial di-hack orang. Profilnya diganti dengan hal-hal yagn tidak senonoh dan profil itu digunakan untuk komentar yang jelek-jelek. Terpaksa akun jejaring sosial tersebut di-non aktifkan. Peserta itu pun mengatakan bahwa apa yang dia rasakan kurang lebih sama dengan apa yang dirasakan orang itu saat dia dimusuhi. Namun, si peserta tidak berani memastikan apakah itu merupakan "pembalasan" atas orang itu padanya atau tidak. Si pserta pun memetik hikmah pada kemampuannya membuat tulisan-tulisan inspiratif. Sekrang ini dia sedang menulis sebuah buku bersama seorang temannya, yang semoga saja segera diterbitkan.
Berbicara tentang jejaring sosial di internet, peserta lain pun menambahkan bahwa seroang teman di sebuah jejaring sosial tidak lagi jadi temannya. Saat bertemu, dia pun berkata "Koq saya tidak menemukan profil kamu di FB saya?". Dia menggunakan bahasa positif dan santun, padahal bisa saja dia merasa reaktif dan langsung bertanya kenapa di-remove.
Peserta lain pun menceritakan bahwa dia sudah terbiasa interospeksi karena menghayati ayat 11 surat 64 dalam Al Quran yang berbunyi "Tidak ada suatu musibah yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah SWT, dan barang siapa beriman keapda Allah SWT, niscaya Allah akan memberi petunjuk pada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." . Dia pernah difitnah menggelapkan uang belasan juta namun dia tetap tenang, dan akhirnya ketahuan siapa yang sesungguhnya menggelapkan uang itu. Dia juga cerita tentang seorang teman yang pernah dianiaya habis-habisan. Bahkan pernah, maaf, hampir ditelanjangi di depan rekan-rekan kerjanya. Namun, teman si peserta itu tetap bisa bersabar dan memaafkan.
Ada juga yang sharing tentang masa kecilnya. Dia pernah belum bisa memaafkan ayahnya selama sekitar 20 tahun. Dahulu, saat masih kecil, hidupnya relatif berkecukupan. Namun, sejak ayahnya meninggalkan dia dan menjual rumah mereka serta membawa hasil penjualan rumah tersbut, hidup keluarganya menjadi miskin. Mereka terpaksa tinggal di rumah petak yang kecil serta hidup penuh kekurangan. Yang mengangumkan baginya adalah yang pertama kali memaafkan sang ayah adalah kakaknya. Padahal si kakak inilah yang paling menderita karena seringkali menjadi sasaran kemarahan ayahnya. Bahkan si kakak pernah ditendang sampai koma. Kepada si peserta si kakak pernah berkata "Gw yang paling menderita karena bapak, tapi gw bisa maafin. Kenapa lu enggak?". Akhirnya, setelah bertahun-tahun si peserta pun bisa memaafkan ayahnya. Dia berktata "Saya bisa menulis tentang kemiskinan karena peranh jadi orang miskin, saya prnah menulis tentang preman karnea pernah jadi preman, saya bisa menulis tentang anak jalanan karena pernah jadi anak jalanan". Tulisan-tulisan peserta yagn satu ini sudah dibukukan dalam beberapa buah buku yang penuh hikmah.
Dalam forum tersbut, dibahas juga bebarapa mitos yang salah tentang memaaafkan.
Mitos Memaafkan antara lain:
1. Memaafkan = Lemah
Memaafkan justru merupakan tanda kekuatan, memaafkan adalah salah satu rahasia kekuatan dan kesuksesan para orang-orang besar, baik para nabi maupun para pemimpin besar.
2. Memaafkan = Menguak luka masa lalu
Memaafkan adalah menyembuhkan luka-luka yang lalu. Termasuk juga mengambil hikmah apa yang diinginkan Allah SWT melalui peristiwa yang seringkali berat dan tidak menyenangkan.
3. Memaafkan = melupakan
Memaafkan adalah cara melepaskan beban masa lalu, walaupun peristiwa itu masih bisa diingat, namun tidak lagi membebani kehidupan kita.
4. Memaafkan = kalah
Dengan memaafkan kita tidak dikalahkan atau mengalahakn siapapun kecuali ego pribadi kita sendiri. Dengan memaafkan kita semakin bisa mengenal diri sendiri dan menggali mutiara-mutiara hikmah yang ada dalam diri kita.
Demikian sharing dari acara forum School of Life
Semoga bermanfaat
3 komentar: