Senin, 01 Agustus 2011

Pertengkaran di awal Ramadhan dan hikmah pelajaran di baliknya

Malam itu adalah malam terakhir bulan Syaban tahun 1432 Hijriyah.  Saat itu ummat Islam Indonesia mulai menunaikan sholat tarawih di masjid-masjid.  Malam itu saya tidak dapat menunaikan sholat tarawih di masjid dekat rumah karena sedang dalam perjalan pulang dari daerah Depok.  Saat berada di daerah Pancoran, hari sudah malam dan saat itu sudah memasuki waktu Isya. Saya pun turun dari Metromini dan menunaikan sholat Isya dan tarawih di salah satu masjid.  Sesudah menunaikan sholat Isya dan tarawih, saya pun pulang kembali ke arah Manggarai.

Dalam perjalanan pulang, Metromini yang saya tumpangi berhenti di antara jalan Raya Pasar Minggu dengan jalan Saharjo.  Saat itulah, entah kenapa, terjadi pertengkaran antara supir dan kernet Metromini yang saya tumpangi dengna Metromini yang lain dengan nomor dan jurusan sama.  Mungkin mereka sedang berebut penumpang karena mereka harus memenuhi target setoran hari itu.  Saat metromini yang saya tumpangi hendak meninggalkan areal dekat Patung Pancoran tersebut, Metromini lawannya selalu menghalang-halangi.  Akhirnya, metromini yang saya tumpangi ber sama penumpang lain yang cukup banyak jumlahnya itu pun mundur agak jauh ke belakang, dan tiba-tiba berbelok ke jalan lalu langsung ngebut ke arah jalan Saharjo.  Supir dan kernet metromini lawannya pun memaki-maki, namun semua itu tidak dihiraukan oleh metromini yang langsung pergi itu.  Entahlah apa yang akan terjadi kalau mereka bertemu lagi, baik di pangkalan atau di jalanan.  

Memang memprihatinkan keadaan jalan-jalan di ibukota Jakarta dan berbagai kota lainnya di Indonesia ini.  Seakan hukum tidak lagi berlaku di sana dan digantikan hukumnya sendiri, yang lebih mirip hukum rimba. Hampir setiap hari kita dengar berita-berita tentang kejahatan yang terjadi di jalanan.  Baik pencopetan, penodongan atau bahkan yang sampai merenggut korban jiwa.  Kemiskinan sudah membutakan mata hati banyak manusia sehingga menghalalkan segala cara untuk bertahan hidup.  Ego kebinatangan manusia pun terusik hingga manusia jatuh ke tingkat kecerdasan EGO yang merupakan kecerdasan terendah dalam konsep Se7en Energy Intelligence.  Suatu kecerdasan yang tingkatannya sama dengan binatang ternak, bahkan lebih rendah lagi hingga manusia tidak bisa menggunakan telinga, mata dan hatinya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah SWT.  "Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al A'raf ayat 179)

Yang lebih memperihatinkan lagi adalah saat itu akan memasuki bulan mulia nan penuh berkah bernama Ramadhan.  Bulan nan suci itu seakan tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap perbaikan akhlaq dan moral para pengemudi tersebut.  Setoran pada pemilik kendaraan adalah yang utama, yang harus didapatkan bagaimanapun caranya walaupun harus berseteru dengan kawan sendiri.  Setoran tersebut, bagi mereka, adalah perkara hidup dan mati sehingga harus diperjuangkan mati-matian.  

Sebagai penumpang, tentu saja saya merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti itu.  Saya yakin para penumpang lain pun juga merasakan ketidaknyamanan yang sama.  Namun, saya pun mungkin akan berlaku seperti mereka apabila saya merasakan tekanan yang sama.  Betapa uang setoran harus mencapai target karena berhubungan dengan operasional perusahaan secara keseluruhan.  Target setoran yang tidak tercapai tentu akan menyebabkan pemilik kendaraan tidak senang dan mungkin akan marah pada si pengemudi.  Jika si pengemudi sering menunggak setoran, bukan tidak mungkin dia dipecat dan bakal kesulitan mencari pekerjaan lain.  

Memang selama ini, dengan tidak mengecilkan hasil dan perbaikan yang sudah dilakukan, peran pemerintah dalam membina akhlak dan moral masyarakat masih rendah efektifitasnya.  Solusi-solusi dan program-program yang dibuat seringkali masih bersifat instruksional dan masih kurang dipahami oleh masyarakat.  Masyarakat sendiri pun masih belum merasakan kehadiran pemerintah yang memahami, melindungi dan mengayomi mereka.  Masyarakat bagaikan orang-orang yang tersesat di hutan belantara buas yang dipenuhi serigala-serigala lapar yang bisa memangsa mereka setiap saat.    

Padahal, menurut pak Masril Koto, sebagaiman dirangkum mas Eko BS di jurnalnya yang ini,  membantu masyarakat harus mengenal mereka, tidur bersama mereka, hidup bersama mereka untuk mengetahui apa tantangan yang mereka hadapi. Tidak bisa kita melihat suatu masyarakat, lalu membantu dengan solusi-solusi yang top-down.  Solusi harus disusun oleh mereka sendiri ... dengan kita membantu merealisasikannya.  Membawa program-program pemberdayaan ke masyarakat secara top-down, tidak akan menjadikan program-program tersebut sustainable, berkelanjutan ... Begitu dana untuk program tersebut habis, program akan layu dengan sendirinya.

Ladang amal pemberdayaan masyarakat masih terbentang luas.  Semua itu menjadi bisa peluang emas bagi kita yang mau menggarapnya dengan baik dan benar serta penuh kesungguhan.  Namun, semua itu bisa juga berubah menjadi hutan belantara liar yang dipenuhi makhluk-makhluk buas apabila dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan yang berarti.  Dan, kita sendirilah sebagai bagian dari masyarakat yang akan menanggung akibat pembiaran itu, baik di dunia maupun di akhirat.  Semoga Ramadhan kali ini bukan hanya dimaknai sebagai ajang pengumpulan pahala sebanyak-banyaknya, tetapi juga dimaknai sebagai bagian dari motivasi kita untuk lebih peduli pada sesama, mengasah empati dan memberi lebih banyak lagi semaksimal mungkin yang kita mampu.  

Semoga bermanfaat.      

Related posts

KULTUM 10 - HAL YANG MENYEBABKAN MANUSIA MASUK NERAKA

Siapa bilang orang miskin dilarang puasa Ramadhan

Pak Masril Koto, William Easterly dan Irwan Prayitno

Mengenal Se7en Energy Intelligence

6 komentar: