Rabu, 16 November 2011

[Renungan] Yang muda yang kembali padaNya

Kepergian mbak Yusnita Febri yang mengejutkan membuat seisi Mutitply berurai air mata. Bagaimana tidak, seorang muda yang bahkan belum berusia 30 tahun dan beberapa waktu sebelumnya tampak sehat wal afiat tiba-tiba pergi begitu saja.  Seorang yang baik dan bersahaja namun mampu mengatasi kekurangannya di bidang pendengaran hingga menginspirasi banyak orang terutama mereka yang tergabung dalam komunitas Multiply Indonesia. Baik melalui pertemua langsung atau melalui berbagai tulisan di blog pribadinya.  Baik saat masih ada di dunia maupun ketika telah pergi untuk selamanya.  

Sekedar menengok ke masa lalu, saya pun pernah kehilangan teman saat masih di sekolah.  Yang satu saat masih di SMP yang lain saat di SMA.  Saat masih di SMP, ketika upacara bendera, seorang teman ada yang pingsan.  Setelah dirawat, dia pun dipulangkan ke rumahnya.  Seingat saya, beberapa hari kemudian, teman itu pun meninggal dunia.  Kami semua, yang saat itu masuk sekolah siang hari, menyempatkan diri melayat ke rumahnya yang tidak jauh dari sekolah.  

Peristiwa kematian yang kedua terjadi saat saya masih di SMA.  Yang meninggalkan kami semua adalah seorang teman yang saat itu menjadi ketua Sie Rohani Islam.  Teman saya pergi meninggalkan kami semua saat pergi bersama beberapa teman ke sebuah air terjun yang berarus deras.  Dia tenggelam di sungai tersebut, di bagian yang tidak diperbolehkan orang berenang di dalamnya.  Dia pergi dalam usia yang sangat muda, bahkan seingat saya, belum sampai 17 tahun. 

Seringkali kita menganggap bahwa kematian hanyalah milik mereka yang sudah tua renta atau yang sakit keras hingga terbaring lemah tanpa daya di rumah sakit.  Namun, kenyataan membuktikan pada kita bahwa kematian tidak pernah pandang bulu dalam memilih sasarannya.  Bila Allah SWT berkehendak seseorang untuk mengakhiri kontrak hidupnya di dunia ini, maka tidak ada satupun kekuatan yang bisa mencegah.

Usia muda memang usia penuh dinamika bagai rusa yang hidup di padang rumput.  Rusa-rusa itu berlarian riang gembira, menyantap rerumputan yagn terbentang luas di hadapan mereka.  Namun, secara diam-diam, seorang pemburu bersembunyi di balik semak-semak.  Tanpa peringatan, si pemburu pun melepaskan tembakan senjatanya dan jatuhlah salah satu rusa yang ada di sana.  Kematian memang bagaikan pemburu yang mengintai rusa-rusa di padang rumput.  Terkadang datang mendadak, sehingga yang dijemput tak dapat mempersiapkan diri sebelumnya.  
 
Dari Ibnu Umar ra berkata : Pada suatu hari beliau menjumpai Rasulullah SAW dan berada di tengah-tengah sahabat-sahabat Nabi, tiba-tiba sahabat dari Anshar berdiri dan bertanya kepada Rasullah SAW : Ya Nabiyullah, siapakah manusia yang paling pintar dan cerdas otaknya? (Manil akyasu ya Rasulullah?)

Rasulullah lalu menjawab : Yang paling cerdas dan pintar adalah orang yang paling banyak mengingat kematian, dan paling banyak sedia bekal untuk kematian (al akyasu aktsarukum zikram lil maut). Orang yang paling banyak mengingat kematian itu dianggap Rasulullah SAW sebagai orang yang cerdas dan pintar karena orang yang paling banyak mengingat mati itulah yang paling lengkap persediaan (sangu/bekal) untuk mati, sehingga dialah orang yang mendapat kemuliaan di dunia dan kehormatan di akhirat nanti.

Rasulullah SAW pun juga bersabda ”Bila hati seorang dimasuki oleh Nur (Cahaya Iman), maka itu akan menjadi lapang dan terbuka”. Dari ucapan Rasulullah itu banyak orang yang bertanya, apakah tandanya hati yang lapang dan terbuka itu? Rasulullah pun menjawab,”Ada perhatiannya terhadap kehidupan yang kekal di akhirat nanti, dan timbul kesadaran dan pengertiannya terhadap tipu daya kehidupann dunia sekarang ini, lalu dia bersedia menghadapi mati sebelum datangnya mati itu.” (Hibnuurai).

Akhirnya Rasulullah SAW memiliki sabda yang singkat namun tegas untuk kita semua umatnya yang beriman:”CUKUPLAH MATI ITU SEBAGAI GURU ATAU PELAJARAN”.  Jika seseorang sudah tidak bisa mengambil nasihat dan pelajaran, dari mana lagi dia akan menarik pelajaran?

Semoga bermanfaat

referensi:

CUKUPLAH KEMATIAN SEBAGAI NASEHAT

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya

Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami

Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya
Sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
Hambamu
Yang hina

Ketika tangan dan kaki berkata
Chrisye
Lyric by: Taufik Ismail


8 komentar: