Mungkin jika diantara pembaca tulisan ini ada yang namanya Lela bakal langsung kegirangan. Gimana tidak, jika di suatu restoran, orang dengan nama Lela boleh makan gratis. Tapi jangan senang dulu sebab yang punya restoran bukan saya. Jika berminat, cek aja langsung di website-nya Restoran Pecel Lele Lela.
Yang bilang bahwa yang namanya Lela boleh makan gratis adalah pemilik restoran itu sendiri, pak Rangga Umara. Saat ditanya oleh Andi F. Noya dalam acara Kick Andy beberapa waktu yang lalu, apakah gratisnya pas makan siang atau malam? pak Rangga bilang makan 3x sehari pun tetap gratis asal namanya Lela. Pak Andi Noya pun langsung mengecek apakah yang hadir ada yang namanya Lela. Ternyata ada beberapa orang. Mereka pun langsung dapat souvenir dari pak Rangga.
Sepintas mungkin strategi ini terkesan bunuh diri. Bagaimana tidak, hanya dengan nama tertentu saja, itu pun pemberian orang tua yang melahirkan, bisa makan gratis tanpa bayar. Namun, setelah dipikir-pikir benar juga. Orang Indonesia seringkali lebih suka makan bareng-bareng teman-teman yang sudah akrab. Sambil makan, biasanya ada saja hal yang diobrolkan, mulai dari pekerjaan kantor, persiapan baksos dan kegiatan sosial atau sekedar menggosipkan artis. Dengan pertimbangan demikian, maka orang-orang yang bernama Lela kemungkinan besar tidak datang sendiri. Orang-orang itu akan datang bersama teman-temannya, keluarganya atau rekan-rekan seprofesinya. Nah, yang gratis kan hanya si Lela, yang lain tentu saja harus bayar. Sehingga, entah sadar atau tidak, si Lela telah menjadi seorang marketer handal bagi restoran itu. Anggap saja makan gratis si Lela itu sebagai marketing fee yang memang harus dikeluarkan sebuah restoran atau perusahaan apapun.
Hal lain yang sebelumnya tidak terpikirkan adalah sifat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang punya rasa bosan dan rasa malu. Anggaplah si Lela ini memang penggemar berat pecel lele. Namun, seberapapun gemarnya si Lela ini sama pecel lele, pasti ada bosannya juga. Tentu sangat manusiawi jika orang ingin adanya variasi dan perubahan dalam hidup. Termasuk juga dalam urusan makanan. Walaupun makanan favorit, jika tiap hari ketemu pasti ada bosannya juga. Bisa saja si Lela ini lagi bosan sama pecel lele lalu beralih ke kebab, burger atau ayam bakar. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah rasa malu. Mentang-mentang boleh gratis, masak gak malu sih datang terus menerus ke tempat yang sama buat makan? Kedua aspek inilah yang mungkin telah diperhitungkan terlebih dahulu oleh manajemen Restoran Pecel Lele Lela sebelum memutuskan menggunakan strategi pemasaran yang tidak biasa itu.
Tulisan ini sekedar ingin berbagi pemikiran dan memuaskan rasa penasaran saja. Buat yang mau baca silakan, gratis dan tidak dipungut bayaran. Walaupun namanya bukan Lela.
Semoga bermanfaat
Yang bilang bahwa yang namanya Lela boleh makan gratis adalah pemilik restoran itu sendiri, pak Rangga Umara. Saat ditanya oleh Andi F. Noya dalam acara Kick Andy beberapa waktu yang lalu, apakah gratisnya pas makan siang atau malam? pak Rangga bilang makan 3x sehari pun tetap gratis asal namanya Lela. Pak Andi Noya pun langsung mengecek apakah yang hadir ada yang namanya Lela. Ternyata ada beberapa orang. Mereka pun langsung dapat souvenir dari pak Rangga.
Sepintas mungkin strategi ini terkesan bunuh diri. Bagaimana tidak, hanya dengan nama tertentu saja, itu pun pemberian orang tua yang melahirkan, bisa makan gratis tanpa bayar. Namun, setelah dipikir-pikir benar juga. Orang Indonesia seringkali lebih suka makan bareng-bareng teman-teman yang sudah akrab. Sambil makan, biasanya ada saja hal yang diobrolkan, mulai dari pekerjaan kantor, persiapan baksos dan kegiatan sosial atau sekedar menggosipkan artis. Dengan pertimbangan demikian, maka orang-orang yang bernama Lela kemungkinan besar tidak datang sendiri. Orang-orang itu akan datang bersama teman-temannya, keluarganya atau rekan-rekan seprofesinya. Nah, yang gratis kan hanya si Lela, yang lain tentu saja harus bayar. Sehingga, entah sadar atau tidak, si Lela telah menjadi seorang marketer handal bagi restoran itu. Anggap saja makan gratis si Lela itu sebagai marketing fee yang memang harus dikeluarkan sebuah restoran atau perusahaan apapun.
Hal lain yang sebelumnya tidak terpikirkan adalah sifat manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang punya rasa bosan dan rasa malu. Anggaplah si Lela ini memang penggemar berat pecel lele. Namun, seberapapun gemarnya si Lela ini sama pecel lele, pasti ada bosannya juga. Tentu sangat manusiawi jika orang ingin adanya variasi dan perubahan dalam hidup. Termasuk juga dalam urusan makanan. Walaupun makanan favorit, jika tiap hari ketemu pasti ada bosannya juga. Bisa saja si Lela ini lagi bosan sama pecel lele lalu beralih ke kebab, burger atau ayam bakar. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah rasa malu. Mentang-mentang boleh gratis, masak gak malu sih datang terus menerus ke tempat yang sama buat makan? Kedua aspek inilah yang mungkin telah diperhitungkan terlebih dahulu oleh manajemen Restoran Pecel Lele Lela sebelum memutuskan menggunakan strategi pemasaran yang tidak biasa itu.
Tulisan ini sekedar ingin berbagi pemikiran dan memuaskan rasa penasaran saja. Buat yang mau baca silakan, gratis dan tidak dipungut bayaran. Walaupun namanya bukan Lela.
Semoga bermanfaat
10 komentar: