Posting-an kali ini terkait isu pemblokiran situs-situs yang pernah memuat Film FITNA, konon katanya termasuk situs yang sama-sama kita cintai ini, Multiply dot com (duh,jangan sampai deh, *harap-harap cemas*). Anggaplah posting-an kali ini sebagai lampu kuning alias peringatan dini alias early warning bagi kita semua dalam kegiatan nge-blog atau nge-MP.
Pada suatu hari dua orang yang dikenal sholeh sedang berbincang-bincang. Yang pertama bernama Amir dan yang kedua bernama Ahmad. Pada saat hendak berpisah, terjadilah percakapan sebagai berikut:
Ahmad: Aku berharap agar kita dapat berbincang-bincang lagi seperti ini. Ilmuku bertambah dan engkau juga mendapat tambahan ilmu pengetahuan dari aku.
Amir: Aku tidak.
Ahmad: Mengapa engkau tidak mengharapkan pertemuan seperti ini lagi?
Amir: Jika aku mengharapkan pertemuan seperti ini lagi, aku akan termotivasi untuk mencari bahan perbincangan yang baru agar aku dapat berbicara denganmu dengan nyaman. Pada saat itu terjadilah riya. Bukan tidak mungkin aku terpaksa menambah-nambahi dan membumbu-bumbui cerita-ceritaku agar engkau terkesan. Pada saat itulah terjadi kebohongan.
Ahmad tidak bisa berkata-kata lagi, dia menangis tersedu-sedu. Air matanya membasahi tanah yang ada di hadapannya.
Cerita di atas mengambil setting di masa lalu, di mana tidak ada listrik, peralatan elektronik apalagi internet, blog atau MP. Namun, prinsip yang berlaku tetap sama. Apabila orang hanya senang berbicara dan tidak suka belajar, maka apa yang dia sampaikan hakikatnya hanya sampah belaka. Apalagi bila sampai ditambah-tambahi dan dibumbu-bumbui, informasi dan pesan-pesan tersebut akan semakin jauh dari kebenaran.
Rekan-rekan sekalian, cerita di atas saya kutip dari buku "Karung Mutiara Al Ghazali" terbitan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). Saya mengutip cerita tersebut untuk menjernihkan masalah yang dihadapi para blogger seperti kita semua, termasuk karena adanya reaksi negatif dari seorang pakar Telematika yang kita semua sudah tahu siapa orangnya. Cerita tersebut memberikan kepada kita suatu kritik dan masukan yang sangat berharga, apalagi bagi kita yang suka nge-blog dan nge-MP.
Perkembangan teknologi informasi memang sungguh mencengangkan. Penyampaian pesan, yang beberapa dekade yang lalu harus memakan waktu berhari-hari, kini dapat sampai dalam hitungan detik. Namun:
- Apakah pesan yang kita sampaikan benar, tidak mengandung hoax, kebohongaan dan permusuhan?
- Apakah kita benar-benar mempersiapkan pesan-pesan itu agar dapat menyentuh hati dan pikiran para pembacanya?
- Sudahkah kita cukup berempati dalam menyampaikan pesan-pesan tersebut?
- Dan yang lebih penting lagi, sudah luruskah niat kita dalam mengirimkan pesan-pesan dan informasi tersebut?
- Bagaimana tanggung jawab kita sebagai pengirim pesan terhadap pesan-pesan yang kita sampaikan?
Fenomena pesatnya pertambahan blogger dari waktu ke waktu menimbulkan berbagai macam reaksi. Ada yang setuju, mendukung dan simpati ada pula yang bersikap sebaliknya. Reaksi negatif bukan tidak mungkin timbul dari para blogger yang tidak mengindahkan prinsip-prinsip tersebut di atas. Belajar, belajar dan belajar, baik dengan membaca buku, membaca kehidupan dan mengamati fenomena yang terjadi dengan sebaik-baiknya sehingga kita akan mampu menghasilkan karya yang indah dalam blog kita dan antipati dan reaksi negatif terhadap blogger bisa dihilangkan atau diminimalisir. Perlu diingat bahwa yang namanya nge-blog bagi seorang muslim bukanlah kebebasan tanpa batas, etika dan tanggung jawab.
Selain itu, tidak ada salahnya kita semua mulai meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kita, baik yang sunnah, apalagi yang wajib. Memperbanyak sedekah dan silaturahim (online atau offline alias kop-dar) juga bisa membantu.
Bukankah Alloh SWT telah berfirman:
"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Surat Muhammad ayat 7)
Semoga bermanfaat
9 komentar: