
Selera musik saya sendiri entah sudah berapa kali berubah
saat SD nge-fans sama God Bless, terutama Ahmad Albar, Ian Antono dkk. Sejak beli album God Bless 88, langsung suka habis sama lagu-lagunya seperti Rumah Kita, Kisah damai yang hilang dan sebagainya. Sebagian lagunya memang bertema kritik pada peperangan yang saat itu banyak melanda dunia, contohnya lagu yang berjudul Bla .. bla .. bla
Hantam kiri kanan persetan
Penting tahta bertabur intan
Lagu kematian lantang dan bergema
Karena senjata ... karena bla..bal..bla..
Hantam kiri kanan persetan
Penting tahta bertabur intan
Lagu perdamaian hilang tak bergema
Karena Senjata, karena kuasa,
karena bla .. bla .. bla ..
Penting tahta bertabur intan
Lagu kematian lantang dan bergema
Karena senjata ... karena bla..bal..bla..
Hantam kiri kanan persetan
Penting tahta bertabur intan
Lagu perdamaian hilang tak bergema
Karena Senjata, karena kuasa,
karena bla .. bla .. bla ..
Saat SMP beda lagi, saat itu karena gaul sama teman-teman yang dari kalangan menengah ke bawah jadi suka sama lagu2 Iwan Fals. Suara rakyat kecil dari gang-gang kumuh, terminal becek dan berbau, lokalisasi pelacuran terdengar bersama alunan lagu. Seakan membawa pesan dari kehidupan mereka yang serba susah dan terjepit oleh kemiskinan.
Setelah mendekati selesai SMP, selera musik malah berubah jadi ber-metal ria .. terutama Manowar dan Gun's n Roses, lagi-lagi ketularan teman. Karena jauh sebelumnya sudah kenal Mitologi Nordic, maka kurang lebih tahu makna lagu2 Manowar. Setelah SMA beralih ke nasyid, waktu itu masih berupa foto kopian teks lyric nasyid, belum disimpan dalam bentuk kaset. Anehnya, setelah selesai SMA malah senang lagu-lagu lama .. sampai sekarang. Waktu itu radio favorit saya Delta FM, yang selalu menyayangkan lagu-lagu oldies...
Setelah jadi relawan di beberapa komunitas, lagu-lagu iwan Fals yang sempat jadi favorit waktu kecil terngiang lagi. Berikut beberapa potongannya:
Lelaki kecil usia belasan
Rokok ditangan depan kedai tuak
Disela gurau tiga temannya
Di atas koran asyik main domino
Di lokalisasi pinggiran kota
Yang nama dosa mungkin tak bicara
Neraka poster indah
kamar remang
Engkau lahir lelaki
kecil malang
Rokok ditangan depan kedai tuak
Disela gurau tiga temannya
Di atas koran asyik main domino
Di lokalisasi pinggiran kota
Yang nama dosa mungkin tak bicara
Neraka poster indah
kamar remang
Engkau lahir lelaki
kecil malang
Potongan lagu Gali Gongli di atas mengisahkan tragisnya anak yang lahir dari seorang pelacur di sebuah lokalisasi. Sejak lahir dan saat bertumbuh besar selalu disuguhi pemandangan aktifitas sehari-hari di lokalisasi tersebut. Sehingga seakan masa depan tak berpihak lagi padanya. Perjudian, rokok bahkan minuman keras sudah menjadi bagian dari kehidupan anak itu sehari-hari. Saat mendengar pemaparan mbak Sinta Yudisia saat melakukan penelitian untuk membuat Novel Existere di IBF beberapa waktu yang lalu, lagu itulah yang terngiang di pikiran saya.
Kau reguk habis semua doa doa
Dari surau depan rumah yang kau sewa
Tak terasa surya duduk di kepala
Azan subuh masih di telinga
Terdengar renyah tawa gadis sekolah
Menyibak tabir cerita lama
Didepan retaknya cermin yang telah usang
Menari dia seperti dahulu
Dari surau depan rumah yang kau sewa
Tak terasa surya duduk di kepala
Azan subuh masih di telinga
Terdengar renyah tawa gadis sekolah
Menyibak tabir cerita lama
Didepan retaknya cermin yang telah usang
Menari dia seperti dahulu
Kisah seorang pelacur/WTS yang menyesali hidupnya. suara anak-anak sekolah mengingatkan dia akan masa lalunya hingga dia terbawa kenangan, namun apa daya semua telah berlalu.

Nak Berhentilah
Jangan Sekolah Bapakmu Sudah Tak Kerja
Nak Jangan Menangis
Memang Begini Keadaannya
Pangkalan Jatah Ditoko Toko dan Diparkiran
Sudah Bukan Milik Bapak Lagi
Nak Mari Berdoa
Agar Bapak Selamat Dari Penembakan
Berita Gencar
Disetiap Lembaran Koran
Tentang Dibunuhnya Para Bromocorah
Jangan Sekolah Bapakmu Sudah Tak Kerja
Nak Jangan Menangis
Memang Begini Keadaannya
Pangkalan Jatah Ditoko Toko dan Diparkiran
Sudah Bukan Milik Bapak Lagi
Nak Mari Berdoa
Agar Bapak Selamat Dari Penembakan
Berita Gencar
Disetiap Lembaran Koran
Tentang Dibunuhnya Para Bromocorah
Kalau yang di atas lagu tentang anak seorang bromocorah atau penjahat kelas berat. Saat masa jaya si bapak telah berlalu, si anak dan ibunya tidak tahu harus berbuat apa. entah besok lusa makan apa atau tinggal di mana. Reproduksi sosial pun terjadi, walau si ibu sudah berpesan agar si anak tidak ikut jejak si bapak .. namun apalah arti pesan itu dibandingkan lingkungan yang kejam dan keras serta desakan kebutuhan yang tidak kenal kompromi.

Pendek kata, lagu-lagu Bang Iwan sebagian besar berisi kritik sosial yagn bisa bikin merah membara telinga penguasa, apalagi yang zalim. Yang mungkin sama-sama kita kenal, dan sangat mengena pada kondisi sekarang adalah Wakil Rakyat:
Saudara dipilih bukan di lotere
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he eh juara hahaha
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR
Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he eh juara hahaha
Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR
Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”
Terkadang, makna satu lagu baru saya dapatkan setelah dewasa dan bergaul dengan para relawan kemanusiaan dari berbagai komunitas.
Kota Adalah Rimba
Belantara Buas
Dari Yang Terbuas
Setiap Jengkal Lorong
dan Pecik Darah
Darah Dari Iri
Darah Dari Benci
Bahkan Darah Dari Sesuatu
Yang Tak Pasti
Belantara Buas
Dari Yang Terbuas
Setiap Jengkal Lorong
dan Pecik Darah
Darah Dari Iri
Darah Dari Benci
Bahkan Darah Dari Sesuatu
Yang Tak Pasti
Lagu diatas berkisah tentang kehidupan keras kaum miskin kota. Mereka seakan tak berdaya menghadapi kekejaman kemiskinan yang bagaikan serigala yang siap memangsa makanannya tanpa ampun.
Lagu-lagu bertema kritik sosial ternyata tidak saja ada di Indonesia. Saat saya menyaksikan film Innocent Voices, saya langsung suka dengan soundtrack film tersebut. Lagu yagn berkisah tentang orang-orang miskin yang terpaksa tinggal di rumah-rumah kardus yang sangat tidak layak ditinggali. Namun, mereka tidak punya pilihan sama sekali. Lagu itu langsugn jadi salah satu lagu favorit saya.
Qué triste se oye la lluvia en los techos de cartón
qué triste vive mi gente en las casas de cartón
Viene bajando el obrero casi arrastrando sus pasos
por el peso del sufrir,
mira que mucho ha sufrido, mira que pesa el sufrir
Arriba deja la mujer preñada
abajo está la ciudad y se pierde en su maraña
hoy es lo mismo que ayer, es un mundo sin mañana
Qué triste se oye la lluvia en los techos de cartón
qué triste vive mi gente en las casas de cartón
Niños color de mi tierra, con sus mismas cicatrices
millonarios de lombrices, y por eso
qué triste viven los niños en las casas de cartón
qué alegres viven los perros en casa del explotador
Usted no lo va a creer pero hay escuelas de perros
y les dan educación pa' que no muerdan los diarios
pero el patrón hace años, muchos años
que está mordiendo al obrero
Qué triste se oye la lluvia en los techos de cartón
qué lejos pasa la esperanza en las casas de cartón
Fuente: musica.comqué triste vive mi gente en las casas de cartón
Viene bajando el obrero casi arrastrando sus pasos
por el peso del sufrir,
mira que mucho ha sufrido, mira que pesa el sufrir
Arriba deja la mujer preñada
abajo está la ciudad y se pierde en su maraña
hoy es lo mismo que ayer, es un mundo sin mañana
Qué triste se oye la lluvia en los techos de cartón
qué triste vive mi gente en las casas de cartón
Niños color de mi tierra, con sus mismas cicatrices
millonarios de lombrices, y por eso
qué triste viven los niños en las casas de cartón
qué alegres viven los perros en casa del explotador
Usted no lo va a creer pero hay escuelas de perros
y les dan educación pa' que no muerdan los diarios
pero el patrón hace años, muchos años
que está mordiendo al obrero
Qué triste se oye la lluvia en los techos de cartón
qué lejos pasa la esperanza en las casas de cartón
ditulis dalam rangka mengikuti 30 Days MEME, Day 1: Your favorit songs.

Semoga bermanfaat
6 komentar: