Jumat, 13 Mei 2011

Ironi Perayaan kemerdekaan Zionis di Indonesia Part 2

Perayaan berdirinya Negara Israel di Indonesia jelas merupakan tamparan keras bagi kaum muslimin.  Bagaimana tidak? sebuah negara kaya raya dengan populasi muslim terbesar di dunia bisa hampir kecolongan.  Kaum muslimin indonesia, yang kalau tidak mau dibilang seratus persen, 90 persen lebih sangat anti zionis, walaupun pengetahuan mereka tentang hal itu sangat minim.  
 
Entah motivasi apa yang membuat komunitas nekat melakukan perayaan itu:

Cari sensasi? ya mungkin saja.  Bukankah zaman sekarang ini orang doyan sekali yang namnya sensasi. TErbukti dengan adanya fenomena selebritis dadakan yang ngetop lewat video sharing Youtube. Zaman yang penuh gemerlap kepalsuan ini membuat orang haus akan popularitas, apalagi ditambah kecanggihan berbagai situs tempat berbagi foto dan video di internet. Semakin besar peluang orang untuk ngetop walaupun tidak ada jaminan popularitasnya akan bertahan. 

Cari duit? sangat mungkin.  Sudah terbukti sejak zaman dahulu kala, yang namanya Yahudi paling lihai kalau dalam urusan duit dan harta benda.  Bahkan bisa jadi itulah obsesi mereka dalam kehidupan di dunia.  dalam buku Holocaust Industry dikisahkan saat pemerintah Jerman pasca Nazi hendak memberi kompensasi ganti rugi, banyak sekali orang Yahudi yang menuntut sehingga penulis buku itu menjelaskan sebenarnya Nazi dan Hitler membantai siapa? Mereka juga pasti tahu, kemana duitnya sebaiknya dialirkan, yaitu ke tempat-tempat yang menguntungkan mereka baik secara finansial ataupun politis. 

Cari perhatian asing? mengapa tidak. bukan rahasia lagi negeri kaya nan berlimpah sumber daya alam ini, perusahaan-perusahaan asing berlomba menanamkan investasi mereka.  Mereka berharap untung luar biasa besar dengan biaya semurah-murahnya.  John Pilgers, pembuat film dokumenter The New Rulers menyajikan kehidupan para buruh yang bekerja keras membuat sepatu dan celana pendek.  Mereka hanya mendapatkan beberapa ribu atau beberapa puluh ribu rupiah per item yang dihasilkan.  Mereka harus tinggal di pemukiman kumuh yang rawan penyakit, seperti malaria, diare dan sejenisnya.  Bahkan seorang pegolf profesional dibayar lebih tinggi daripada gaji para buruh bila dijumlahkan. Bahkan transaksi dagang dengan negeri zionis itu sudah lama terjadi, walaupun luput dari pemberitaan media mainstream. 

Test case? Of course, why not.  Dua petarung pada saat awal - awal pertarungan tentunya saling menjajal kemampuan lawan terlebih dahulu. Demikian juga mereka.  Aksi mereka kali ini bisa jadi sudah dimonitor tuan besarnya di Israel sana.  Dengan kecanggihan teknologi, si tuan besar bisa memperkirakan dan memetakan reaksi masyarkaat Indonesia.   Untuk menentukan langkah-langkah mereka selanjutnya. 

Masih ada kemungkinan lain?

Bersambung .... 

4 komentar: