Senin, 02 Mei 2011

Osama bin Ladin and me

Berita kematian Osama bin Ladin memenuhi media baik cetak, elektronik ataupun online. Saya sendiri pertama kali mendengar tentang Osama bin Ladin sejak peristiwa penabrakan pesawat ke menara kembar WTC.  Bin Ladin sejak saat itu mnejadi tokoh mistrius dan kontroversial.  Sebagian orang, terutama kaum muslim, menenggap beliau sebagai icon perlawanan terhadap AS dan sekutunya yang tlah lama menzalimi dunia Islam dengan standar ganda dan kebijakan tidak berimbang terhadap isu palestina, terutama kaum Zionis.  Sedangkan yang lain menganggap bahwa Osama adalah gembong teroris yagn harus dihabisi dengan menghalalkan segala cara.  Sebagian lain merasa tidak perlu ambil pusing tentang siapakah Osama bin Ladin ini.  berita meninggalnya Osama Bin Ladin pun ditanggapi beragam, ada yang percaya, ada yang senang, ada pula yang tidak percaya dan menganggap itu salah satu kebohongan dan propaganda hasil rekayasa AS entah yang keberapa.  

Namun, yang terlupakan atau sengaja dilupakan banyak orang adalah peristiwa WTC tahun 2001 yang melambungkan nama Osama.  Pesawat penumpang komersial adalah sesuatu yang terbuat dari aluminium yang tentu saja leibh lunak daripada besi baja penopang gedung megah tersebut.  Gedung kembar itu pun seperti "melorot" ke bawah seakan ditelan bumi.  Saya saat meilahat siaran tentang runtuhnya gedung tersebut langsung teringat pada adegan "controlled demolition" yang seringkali dilakukan untuk meledakkan gedugn yagn sudah terlalu tua.  Gedung yang sudah sangat tua bisa runtuh sewaktu-waktu dan bisa membahayakan penghuninya.  Oleh karena itu, orang yang hendak meruntuhkan gedung tua biasanya menggunakan teknik "controlled demolition" agar hanya gedung tua itu saja yang hancur, kerusakan di tempat lain bisa diminalisir.  Banyak pihak yang mencurigai adanya penggunaan teknik "controlled demolition" pada peristiwa hancurnya gedung WTC.  Mereka pun menuding pemerintah AS di bawah pimpinan G.W. Bush sendirilah dalangnya, dengan ditunggangi oleh Zionis.  Sampai sekarang, siapa di blekang penghancuran gedung itu masih misterius.  Anehnya, saat Wilders si politisi Belanda yang mungkin keturunan VOC itu membuat film Fitna yang menghebohkan, dia memutar lagu lama penghancuran gedung WTC itu di filmnya.  Seolah tidak ada lagi bukti kekejaman kaum muslimin yang dituduhkan si politisi londo itu selain hancurnya gedung WTC.

Saya sendiri waktu itu termasuk orang yang "sorak-sorak bergembira" karena akhirnya ada juga pihak yang dengna berani menghantam kejumawaan negara Alengka, eh Amerika.  Namun, kegembiraan itu perlahan tapi pasti mulai sirna saat si Dasamuka Bule itu memerintahkan pasukannya menginvasi negeri-negeri muslim seperti Afghanistan dan Iraq.  Apalagi ditambah dengan buku yang ditulis Mr. Jerry D. Gray, seorang mantan teknisi US Airforce yang sekarang Alhamdulillah memeluk Islam dan Insya Allah telah menjadi muslim yang baik. Mr. Gray juga pernah menjadi seorang wartawan dan sangat memahami jurnalistik dan fotografi.  Beliau heran dengan kesigapan CNN dan media lain yang menayangkan detik demi detik peristiwa penghancuran gedung WTC dengan sangat detail. Seakan-akan mereka sudah tahu duluan bakal ada penyerangan di sana.    

Nuim Khayyat, seorang wartawan senior dan penyiar radio Australia siaran Indonesia, yang dijuluki "Ensiklopedi Hidup" karean keluasan wasasannya, menyatakan keherananannya bagaimana mungkin beberapa murid sekolah pilot yang baru belajar menerbangkan pesawat latih sederhana bisa membawa pesawat penumpang raksasa dengan tepat sasaran ke gedung WTC.  Lagipula, masih menurut Bang Nuim, AS kan punya sistem pertahanan udara yang akan meluncurkan pesawat tempur bila ada pesawat yang keluar dari jalur penerbangannya.  Pesawat2 tempur itu akan memaksa pesawat yg keluar jalur itu untuk mendarat dan memeriksa pilotnya.  Demikian kata Bang Nuim dalam acara "Postcard from Meulborne" di radio Lite FM pagi ini.  

John L. Esposito, dalam bukunya Unholy War, mengatakan bahwa Osama merasa tidak puas dan kecewa dengan Kerajaan Saudi Arabia yang memperbolehkan tentara AS menginjak tanah Arab dan membuat pangkalan militer di sana.  Osama tadinya hendak memobilisasi para Mujahidin Afghanistan untuk melawan pasukan Saddam Hussein yang menginvasi Kuwait tahun 1991.  Akhirnya Osama pun bergabung dengan pasukan Taliban yang menguasai Afghanistan saat itu.  

Osama bin Ladin adalah seorang manusia yang, jikapun belum meninggal, pasti akan sampai ajalnya.  Namun, selama kezaliman AS dan sekutunya masih merajalela di dunia ini, pasti akan ada pihak yang melakukan perlawanan.  Walaupun karnea itu mereka dilabeli TERORIS

Related link:

DUNIA TAHU BUKAN ISLAM PELAKU WTC 9-11

9 komentar: