Minggu, 22 Mei 2011

[Renungan] Indonesia vs Bani Israil

Survey Indobarometer mengindikasikan bahwa sebagian, mungkin sebagian besar masyarakat, menginginkan kembalinya orde baru.  Mereka mengingkan kehidupan yang relatif mudah untuk mendapatkan sandang pangan, yang penting dapur ngebul.  Keinginan tersebut dapat dipahami dengan baik, masyarakat memang sudah muak dengan kehidupan pasca reformasi yang tak kunjung memberi mereka kesejahteraan material yang baik.  Harga-harga terus merambat naik sehingga masyarakat, terutama yang miskin, seakan tak bisa berhenti mengencangkan ikat pinggang.  

Namun, banyak yang lupa atau pura-pura lupa bahwa kesuksesan pembangunan ekonomi di era orde baru sesungguhnya adalah sesuatu yang semu.  Ekonomi berbasis utang luar negeri yang sebanarnya merupakan bom waktu yang bisa meledak setiap saat.  Tumpukan mesiu itu pun meledak saat Indonesia dihantam krisis ekonomi tahun 1997.  Nilai tukar dollar pun melonjak gila-gilaan sampai belasan ribu rupiah per dollar.  Akhirnya, proyek-proyek pembangunan pun mandeg serta banyak orang kehilangan pekerjaan.  Kerusuhan Mei 1998, walaupun oleh banyak pihak dituding sebagai rekayasa Orde Baru untuk bertahan, hakikatnya adalah ledakan dari akumulasi kekecewaan masyarakat atas kemiskinan mereka selama berada di lapisan bawah.  Jadi, klaim bahwa Orde Baru menyejahterakan masyarakat adalah kebohongan belaka.  Kerusakan moral dan akhlaq serta kemiskinan saat ini adalah stadium lanjutan dari kebobrokan dan kebohongan di era Orde Baru.   

Keinginan sebagian masyarakat untuk kembali ke era Orde Baru mengingatkan kita akan tingkah bani Israil yang justru ingin kembali kepada Firaun di Mesir Kuno.  Walaupun mereka sudah lepas dari perbudakan oleh Firaun, namun ternyata jiwa mereka belum lepas dari perbudakan oleh diri mereka sendiri.  Kehidupan di gurun pasir yang berat itu malah melemahkan jiwa mereka, bukan memperkuat.  Padahal, kemerdekaan dan kebabasan mereka dari perbudakan Firaun adalah anugerah besar yang tidak terhingga dari Allah SWT kepada Bani Israil.  

Allah SWT pun telah menganugerahi mereka dengan makanan berupa Manna dan Salwa, sebagaimana tersebut dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat (57) Dan telah Kami teduhi atas kamu dengan awan dan telah Kami turunkan kepada kamu manna dan salwa. Makanlah dari  yang baik-baik yang telah Kami anugerahkan kepada kamu. Dan tidaklah mereka yang menganiaya Kami, akan tetapi adalah mereka menganiaya diri mereka sendiri.  Namun, nikmat Allah SWT berupa makanan Manna dan Salwa tidak juga memuaskan hawa nafsu rendah mereka yang cenderung pada kesenangan dunia.  Mereka merindukan kehidupan di Mesir Kuno, yang walaupun diperbudak, namun cukup terjamin sandang pagannya.  "Dan (ingatlah) seketika kamu berkata : Wahai Musa, tidakiah kami akan tahan atas makanan hanya semacam. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya dikeluarkan untuk kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, dari sayur-sayurannya, dan mentimunnya, dan bawang putihnya, dan kacangnya dan bawang-merahnya. Berkata dia : Adakah hendak kamu tukar yang amat hina dengan yang amat baik ? Pergilah ke satu kota besar, maka sesungguh­nYa di sana akan dapatlah apa yang kamu minta itu ! Dan dipukulkanlah atas mereka kehinaaan dan kerendahan, dan sudah layaklah mereka ­ditimpa kemurkaan dari Allah. Yang demikian itu ialah karena mereka kufur kepada perintah- perintah Allah dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tidak patut. Yang demikian itu ialah karena mereka telah durhaka dan mereka telah melewati batas." Surat Al Baqarah ayat 60.  Tafsir ayat-ayat tersebut dapat dilihat di situs Tafsir Al Azhar

Kini, sejarah kelam Bani Israil terulang lagi pada bangsa dengan umat Islam terbanyak di dunia, Indonesia.  Orang-orang yang lebih rela diperbudak asal perutnya kenyang dan hidupnya nyaman daripada menderita dalam perjuangan menegakkan kebenaran. George Santayana, seorang filsuf pernah mengatakan "Those who forget the past are condemned to repeat it".  Bung Karno pun mencanangkan semboyan Jas Merah yang artinya "Jangan sekali-kali melupakan sejarah".  Sejarah bukanlah untuk dilupakan tapi juga bukan untuk menghantui kehidupan kita saat ini. Sejarah adalah pelajaran yang harus dipetik hikmahnya, bukan sekedar dihafalkan atau dijadikan monumen bisu tidak bisa berbicara.

Hadits yang diucapkan beberapa abad yang lalu oleh Rasulullah SAW pun terbukti kebenarannya. Umat Islam, termasuk di Indonesia, kini bagaikan hidangan di atas meja makan.  Musuh-musuh mereka siap menyerbu dari berbagai arah.  Penyakit Bani Israil berabad-abad yang lalu kini menjangkiti umat Islam Indonesia, cinta dunia takut pada kematian.  Dan penyakit itu pun melemahkan umat yang seharusnya mengemban amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi.  Padahal Allah sWT telah mengingatkan kepada kaum Bani Israil dan juga kita semua agar senantiasa bersyukur.  "Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim:7).  

Lawan dari syukur adalah kufur, meskipun tidak selalu berarti sudah keluar dari agama Islam.  Bisa jadi, kita pun meruapakan bagian dari orang-orang yang tidak bersyukur, yang merupakan kezaliman.  Sebagaimana nabi Yunus berdoa saat berada dalam perut ikan besar yang menelannya, begitu pulalah kita harus kembali kepada Allah SWT mengakui keslaahan dan kezaliman kita selama ini dan kembali ke jalan yang diridhoiNya.  “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau. Maha suci Engkau, sesungguhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim." Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiya’: 87-88),   

Astaghifirullahal Adzim.  

Referensi

http://www.kaskus.us/showthread.php?t=8434738

http://rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3224-mustajabnya-doa-dzun-nuun-nabi-yunus.html

http://tafsiralazhar.net46.net/myfile/S-Al-Baqoroh/al-baqoroh_ayat_57-61.htm

8 komentar: