Sambungan dari posting yang ini
Sesudah mendapatkan nikmat karunia Allah SWT yang luar biasa yaitu lulus dari screening apharesis, saya mendapat pesan singkat dari mbak Deffi untuk donor pada keesokan harinya. Pesan itu masuk sekitar pukul 20:30 malam dan saya pun langsung menyanggupi untuk melakukan donor darah apheresis untuk pertama kalinya. Kegiatan donor darah itu akan dilaksanakan di PMI Lenteng Agung jam 08:30 pagi, tempat yang sama dengan saat dilakukan screening apheresis. 
Saat saya tiba, ada orang lain yang sudah datang juga namun belum ikut screening sehingga sayalah yang harus melakukan donor darah saat itu. Saya pun diukur tekanan darahnya dan saat itu alhamdulillah normal. Namun, karena waktu itu saya belum sarapan, petugas yang berwenang pun menganjurkan saya sarapan dulu sambil menunggu dokter. Para petugas pun harus mempersiapkan mesin Hemodialisis dan memasang kit atau peralatan penampung darah yang terdiri dari sebuah tabung, beberapa kantong dan banyak selang-selang. Saya lihat pemasangan itu cukup rumit dan pastinya harus dilakukan seseorang yang sudah terlatih untuk melakukannya. Saya pun sarapan di kantin dekat tempat donor darah aphresis itu berlangsung dan saya juga menyempatkan diri ke belakang agar tidak repot saat donor berlangsung. Donor darah apheresis ini memang berlangsung cukup lama, sekitar satu setengah sampai dua jam. Satu kali donor terdiri dari beberapa siklus yang terdiri dari pengeluaran darah, ekstrasi trombosit dan pengembalian darah ke tubuh pendonor. Tiga tahap tersebut dihitung satu siklus dan sesudah satu siklus selesai maka mesin akan bekerja kembali untuk melanjutkan siklus kedua dan seterusnya.
Pengambilan darah dilakukan dengan penusukan pembuluh darah vena dengan jarum berongga yang cukup besar. Oleh karena itu, saat screening, salah satu yang diperiksa adalah pembuluh vena. Seorang donor darah apheresis harus memiliki pembuluh vena yang cukup besar dan tidak bengkok agar proses donor darah tidak terganggu. Tangan kanan pendonor direntangkan, dililit alat kompresi yang seperti pada alat pengukur tekanan darah dan dia menganggam sebuah bola karet agar terjaga posisi tangannya. Saat proses pengambilan darah berlangsung, alat kompresi menekan pembuluh darah agar darah bisa keluar. Sesudah darah keluar, terjadi pemerosesan dalam mesin dan trombosit yang dibutuhkan anak-anak penderita kanker pun diekstraksi dan ditampung di sebuah kantong. Saat proses pengembalian darah berlangsung, alat kompresi dikendurkan dan darah pun kembali masuk ke tubuh pendonor. Terasa cukup nyaman memang saat darah itu kembali ke dalam tubuh. Aliran darah itu memang sempat sedikit terganggu karena posisi tangan saya yang berubah tanpa sengaja, maklum kan masih pemula. Namun Alhamdulillah keseluruhan proses dapat berlangsung dangan baik dan lancar tanpa banyak gangguan. Sesudah selesai, saya pun diberi makanan untuk memulihkan tubuh dan trombosit hasil donor darah tersebut dibawa ke RS Dharmais untuk diberikan kepada anak yang membutuhkan, yang sedang menderita Leukumia.
Berikut beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari donor darah apheresis yang pertama tersebut:
1. Mempersiapkan fisik dan mental dengan baik. Donor darah apheresis berlangsung cukup lama tergantung kuantitas dan kualitas trombosit pendonor. Biasanya berlangsung antara satu sampai dua jam.
2. Sarapan atau makan yang kenyang sebelum donor darah agar tidak terlalu lemas.
3. Malam sebelum donor darah jangan bergadang karena jika saat mendonorkan darah pendonor tertidur tanpa sadar posisi tangan bisa berubah. Donor darah apheresis pun bisa gagal karena aliran darah di pembuluh vena terganggu.
4. Saat donor darah berlangsung, jaga agar tubuh dan pikiran tetap relaks. Untuk para pendonor yang muslim bisa membaca dzikir-dzikir yang bisa menenangkan jiwa seperti istighfar, tasbih, tahmid, tahlil dan sebagainya. Faktor psikologis sangat menentukan keberhasilan donor darah apheresis
5. Rasa sakit akibat pengeluaran jarum saat donor darah selesai bisa dikurangi dengan menarik napas panjang saat jarum ditarik keluar. Sakit sedikit tidak ada artinya dibandingkan amal shaleh yang baru saja dilakukan pendonor.
6. Seseorang yang sudah berkomitmen menjadi pendonor darah apheresis harus menjaga kesehatan tubuhnya. Jumlah ideal trombosit bisa dijaga dengan mengonsumsi buah, sayur dan banyak minum air putih. Dianjurkan pula melakukan olah raga cardiovascular, seperti lari, jalan cepat atau berenang, agar aliran darah di tubuh pendonor selalu lancar.
Perlu kita ketahui bahwa donor darah apheresis ini tidaklah murah. Harga kit yang terdiri dari tabung, kantung dan selang bisa mencapai sekitar dua juta rupiah per paket dan semua itu hanya bisa dipakai sekali. Sesudah dipakai kit tersebut harus dibuang semuanya. Padahal banyak sekali anak-anak penderita kanker yang sangat membutuhkan trombosit hasil ekstraksi mesin Hemodialisis itu. Mereka membutuhkan "emas cair" atau trombosit itu untuk mempertahankan kehidupan mereka. Memang sebuah ironi yang menyedihkan, di sebuah negara yang penuh hasil bumi dan sumber daya alam melimpah ruah seperti Indonesia ini. Entah sudah berapa banyak ahli dan pakar yang menyampaikan pendapatnya sehingga mungkin kita perlu bertanya pada rumput yang bergoyang.
Saya sendiri baru mampu mengingatkan diri sendiri dan para pembaca sekalian untuk menyadari bahwa PEDULI, BERBAGI dan MEMBERI adalah salah satu KEBUTUHAN kita yang utama sebagai manusia. Sebelum memperturutkan keinginan, hobby dan membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan, ada baiknya melihat ke sekitar kita adakah yang masih lebih memerlukan lembaran-lembaran rupiah yang ada di tangan kita sekarang? Jangan sampai langkah kita menuju surgaNya harus terhalang kesaksian-kesaksian orang yang secara tidak langsung kita zalimi. Yaitu mereka yang sebenarnya bisa kita pedulikan kita beri dan kita bantu namun kita enggan melakukannya hanya karena ada barang-barang mahal yang lebih menarik bagi ego kita.
Semoga bermanfaat dan semakin banyak orang terinspirasi untuk berkomitmen menjadi pendonor darah apheresis.

Saat saya tiba, ada orang lain yang sudah datang juga namun belum ikut screening sehingga sayalah yang harus melakukan donor darah saat itu. Saya pun diukur tekanan darahnya dan saat itu alhamdulillah normal. Namun, karena waktu itu saya belum sarapan, petugas yang berwenang pun menganjurkan saya sarapan dulu sambil menunggu dokter. Para petugas pun harus mempersiapkan mesin Hemodialisis dan memasang kit atau peralatan penampung darah yang terdiri dari sebuah tabung, beberapa kantong dan banyak selang-selang. Saya lihat pemasangan itu cukup rumit dan pastinya harus dilakukan seseorang yang sudah terlatih untuk melakukannya. Saya pun sarapan di kantin dekat tempat donor darah aphresis itu berlangsung dan saya juga menyempatkan diri ke belakang agar tidak repot saat donor berlangsung. Donor darah apheresis ini memang berlangsung cukup lama, sekitar satu setengah sampai dua jam. Satu kali donor terdiri dari beberapa siklus yang terdiri dari pengeluaran darah, ekstrasi trombosit dan pengembalian darah ke tubuh pendonor. Tiga tahap tersebut dihitung satu siklus dan sesudah satu siklus selesai maka mesin akan bekerja kembali untuk melanjutkan siklus kedua dan seterusnya.
Pengambilan darah dilakukan dengan penusukan pembuluh darah vena dengan jarum berongga yang cukup besar. Oleh karena itu, saat screening, salah satu yang diperiksa adalah pembuluh vena. Seorang donor darah apheresis harus memiliki pembuluh vena yang cukup besar dan tidak bengkok agar proses donor darah tidak terganggu. Tangan kanan pendonor direntangkan, dililit alat kompresi yang seperti pada alat pengukur tekanan darah dan dia menganggam sebuah bola karet agar terjaga posisi tangannya. Saat proses pengambilan darah berlangsung, alat kompresi menekan pembuluh darah agar darah bisa keluar. Sesudah darah keluar, terjadi pemerosesan dalam mesin dan trombosit yang dibutuhkan anak-anak penderita kanker pun diekstraksi dan ditampung di sebuah kantong. Saat proses pengembalian darah berlangsung, alat kompresi dikendurkan dan darah pun kembali masuk ke tubuh pendonor. Terasa cukup nyaman memang saat darah itu kembali ke dalam tubuh. Aliran darah itu memang sempat sedikit terganggu karena posisi tangan saya yang berubah tanpa sengaja, maklum kan masih pemula. Namun Alhamdulillah keseluruhan proses dapat berlangsung dangan baik dan lancar tanpa banyak gangguan. Sesudah selesai, saya pun diberi makanan untuk memulihkan tubuh dan trombosit hasil donor darah tersebut dibawa ke RS Dharmais untuk diberikan kepada anak yang membutuhkan, yang sedang menderita Leukumia.
Berikut beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari donor darah apheresis yang pertama tersebut:
1. Mempersiapkan fisik dan mental dengan baik. Donor darah apheresis berlangsung cukup lama tergantung kuantitas dan kualitas trombosit pendonor. Biasanya berlangsung antara satu sampai dua jam.
2. Sarapan atau makan yang kenyang sebelum donor darah agar tidak terlalu lemas.
3. Malam sebelum donor darah jangan bergadang karena jika saat mendonorkan darah pendonor tertidur tanpa sadar posisi tangan bisa berubah. Donor darah apheresis pun bisa gagal karena aliran darah di pembuluh vena terganggu.
4. Saat donor darah berlangsung, jaga agar tubuh dan pikiran tetap relaks. Untuk para pendonor yang muslim bisa membaca dzikir-dzikir yang bisa menenangkan jiwa seperti istighfar, tasbih, tahmid, tahlil dan sebagainya. Faktor psikologis sangat menentukan keberhasilan donor darah apheresis
5. Rasa sakit akibat pengeluaran jarum saat donor darah selesai bisa dikurangi dengan menarik napas panjang saat jarum ditarik keluar. Sakit sedikit tidak ada artinya dibandingkan amal shaleh yang baru saja dilakukan pendonor.
6. Seseorang yang sudah berkomitmen menjadi pendonor darah apheresis harus menjaga kesehatan tubuhnya. Jumlah ideal trombosit bisa dijaga dengan mengonsumsi buah, sayur dan banyak minum air putih. Dianjurkan pula melakukan olah raga cardiovascular, seperti lari, jalan cepat atau berenang, agar aliran darah di tubuh pendonor selalu lancar.
Perlu kita ketahui bahwa donor darah apheresis ini tidaklah murah. Harga kit yang terdiri dari tabung, kantung dan selang bisa mencapai sekitar dua juta rupiah per paket dan semua itu hanya bisa dipakai sekali. Sesudah dipakai kit tersebut harus dibuang semuanya. Padahal banyak sekali anak-anak penderita kanker yang sangat membutuhkan trombosit hasil ekstraksi mesin Hemodialisis itu. Mereka membutuhkan "emas cair" atau trombosit itu untuk mempertahankan kehidupan mereka. Memang sebuah ironi yang menyedihkan, di sebuah negara yang penuh hasil bumi dan sumber daya alam melimpah ruah seperti Indonesia ini. Entah sudah berapa banyak ahli dan pakar yang menyampaikan pendapatnya sehingga mungkin kita perlu bertanya pada rumput yang bergoyang.

Saya sendiri baru mampu mengingatkan diri sendiri dan para pembaca sekalian untuk menyadari bahwa PEDULI, BERBAGI dan MEMBERI adalah salah satu KEBUTUHAN kita yang utama sebagai manusia. Sebelum memperturutkan keinginan, hobby dan membeli barang-barang mewah yang sebenarnya tidak terlalu kita butuhkan, ada baiknya melihat ke sekitar kita adakah yang masih lebih memerlukan lembaran-lembaran rupiah yang ada di tangan kita sekarang? Jangan sampai langkah kita menuju surgaNya harus terhalang kesaksian-kesaksian orang yang secara tidak langsung kita zalimi. Yaitu mereka yang sebenarnya bisa kita pedulikan kita beri dan kita bantu namun kita enggan melakukannya hanya karena ada barang-barang mahal yang lebih menarik bagi ego kita.

Semoga bermanfaat dan semakin banyak orang terinspirasi untuk berkomitmen menjadi pendonor darah apheresis.
6 komentar: