Selasa, 08 Mei 2012

[Kisah Inspirasi] Memilih Yang Terbaik

Kisah inspiratif para pengamal sedekah memang seakan tidak pernah habis untuk diceritakan.  Kisah ini dialami oleh salah seorang motivator yang sudah tidak asing lagi bagi para penggemar buku-buku motivasi yaitu Ustadz Reza Syarief.  Kisah ini dikutip dari buku terbaru beliau yang berjudul 13 Top Secret Pembuka Pintu Rezeki.

Sesudah mengadakan presentasi dan pendekatan-pendekatan intensif, Ustadz Reza dan tim beliau berhasil mendapatkan order pelatihan motivasi dari sebuah perusahaan pertambangan nasional dengan fee yang sangat besar, yaitu sekitar 5000 US$.  Jadwal pelaksanaan training pun disepakati, hari dan jam pun diatur bersama dengan klien penting tersebut.

Namun sayang, setelah jadwal pelatihan-pelatihan serta kegiatan-kegiatan yang akan diadakan diinventarisir, ternyata ada dua kegiatan yang bentrok.  Yang bentrok tidak lain adalah kegiatan training perusahaan pertambangan tersebut dengan acara pengajian ibu-ibu majelis taklim yang biasa diisi oleh ustadz Reza. "Coba kita negosiasikan lagi jadwal training ini, saya tidak mau apabila saya tidak bisa mengisi kajian majelis taklim.  Semoga kita masih bisa mengadakan kedua kegiatan tersebut" demikian kata ustadz Reza. "Baik pak" kata salah satu staff beliau.  Sayang sekali, perusahaan pertambangan itu tidak mau menegosiasikan jadwal training yang sudah disepakati.  "Mereka bilang, kalau tidak sesuai jadwal ya terpaksa dibatalkan pak" kata staff yang menghubungi.  "Kalau begitu baiklah, kita batalkan saja" kata Ustadz Reza.  "Enggak sayang pak, fee-nya kan besar sekali.  Perusahaan kita bisa untung besar dengan adanya training ini" kata staff yang bertugas penuh keraguan.  "Tidak apa-apa, kita batalkan saja" kata ustadz Reza. Training mahal itu pun dibatalkan dan pengajian majelis taklim berlangsung seperti biasa.

Sekitar seminggu sesudah kejadian itu, seorang santri dari ustadz Reza datang ke kantor untuk menemui beliau.  Santri tersebut membawa sebuah gulungan kertas yang besar.  "Ada yang bisa saya bantu?" tanya ustadz Reza.  "Begini ustadz, ustadz kan dahulu pernah mengatakan bahwa ustadz membutuhkan tanah untuk pesantren?" kata si santri.  "Betul" jawab ustadz Reza.  "Nah, saya ingin memperlihatkan ini ustadz. Ayah saya hendak mewakafkan tanah beliau dan beliau percaya ustadz Reza-lah yang pantas mengelola tanah tersebut" kata si santri sambil membuka gulungan kertas yang dia bawa. Ustadz Reza gemetar dan seakan tidak percaya pada apa yang beliau lihat. Gulungan kertas itu adalah sebuah peta tanah berukuran 10 hektar dengan harga tanah per meter persegi 50 ribu rupiah sehingga tanah itu bernilai 5 milyar rupiah.  Sungguh suatu balasan yang luar biasa karena mengutamakan kepentinganNya di atas kepentingan duniawi.     

Malik bin Nabi, seorang intelektual asal Al Jazair menulis dalam bukunya yang berjudul Syuruut Al-Nahdhah, bahwa bangun dan runtuhnya sebuah peradaban tergantung siapa yang menjadi “panglimanya”. Dia mengatakan, bahwa sebuah peradaban akan terus menanjak naik tatkala yang menjadi “panglimanya” adalah ruh. Dengan ruh sebuah peradaban akan menjadi peradaban yang bersih dan tak terkotori. Pada masa inilah peradaban akan dianggap mencapai puncak sebenarnya.Pada tahapan kedua, peradaban akan mengalami pelebaran dan pemekaran bukan pengembangan, tatkala yang menjadi pemain dalam peradaban itu adalah akal. Peradaban yang dikendalikan akal akan mengalami tarik menarik yang demikian kencang antara ruh dan hawa nafsu. Terjadinya tarik menarik ini akan mengakibatkan peradaban terus merentang dan bukan mengalami kenaikan nilai.Pada fase selanjutnya, sebuah peradaban akan mengalami kehancuran dan kebangkrutan tatkala yang menjadi “panglimanya” adalah hawa nafsu. Pada titik inilah peradaban akan dengan deras meluncur ke titik yang paling bawah. Ungkapan Malik Bin Nabi tersebut memberikan suatu pelajaran kepada kita, bahwa peradaban manusia akan selalu mengalami pasang surut. Tatkala ruh spiritualisme dan moralitas menjadi panglima maka suatu peradaban akan mampu menggapai puncak peradaban. Namun tatkala akal dan hawa nafsu telah mengalahkan moralitas, maka peradaban tersebut akan jatuh meluncur ke titik nol.

Kisah inspiratif di atas serta teori yang dikemukakan oleh Malik Bin Nabi tersebut mengingatkan kita akan pilihan-pilihan yang ada dalam kehidpan kita sehari-hari.  Pilihan-pilihan kita dan keputusan-keputusan yang kita buat menunjukkan pada kita apakah yang menjadi "Panglima Jiwa" dalam kehidupan kita.  Apakah panglima jiwa adalah ruh yang akan mengantar pada kemuliaan, akal yang membuat kita terombang-ambing antara ruh dan hawa nafsu ataukah hawa nafsu yang akan menggelincirkan dan menghancurkan kita?

Yang terbaik hanyalah
segeralah bersujud
mumpung kita masih diberi waktu

Ebiet G. Ade
"Untuk kita renungkan"

Semoga bermanfaat

Referensi:

13 TOP SECRET Pembuka Pintu Rezeki, Reza M. Syarief PSK (Pelatih, Seniman, Konsultan), QultumMedia
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah, Ali Muhammad As Salabi, Pustaka Al Kautsar  

2 komentar: