Menyaksikan program-program inspiratif dari DAAI TV memang bisa membuat kita lebih mengenal lingkungan dan orang-orang yang kurang beruntung daripada kita. Walaupun berbeda keyakinan dengan mereka, kita tetap bisa mengambil pelajaran dari acara-acara tersebut. Kita juga harus berbesar jiwa untuk mengakui bahwa kaum muslimin termasuk yang kalah dalam berkompetisi dalam bidang sosial dengan mereka. Pada program kali ini, ada dua orang penerima program "Bedah Rumah" ala Yayasan Budha Tzu Chi. Mereka masing-masing berprofesi sebagai Tukang bubur dan pekerja bengkel meubeul. Mereka, sebelum menerima bantuan yayasan tersebut, hidup dalam rumah yang sangat buruk keadaannya. Sanitasi yang tidak memadai, ventilasi yang tidak lancar dan atap yang selalu bocor jika musim hujan tiba. Anak-anak mereka sampai ada yagn sakit karena kelembaban yang diakibatkan kondisi buruk tersebut. Mereka terlihat sangat bersyukur saat tim DAAI TV mewawancarai mereka.
Bahkan, yang lebih mengagumkan lagi, kedua penerima bantuan tersebut bersedia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk Yayasan tersebut. Mereka menabung dalam celengan-celengan bambu yang diberikan relawan yayasan Tzu Chi kepada mereka. Sesudah celengan-celengan itu penuh, para penerima bantuan tersebut dengan sukarela menyerahkannya ke kantor penghubung yang terdekat. Isi celengan-celengan bambu itu memang uang recehan dengan jumlah nominal yang sangat kecil, bahkan ada yang berupa koin yang jika dibawa ke warung rokok mungkin hanya dapat beberapa butir permen. Namun, jika orang-orang yang menyerahkan celengan bambu penuh uang receh itu ke Yayasan Tzu Chi semakin banyak, yayasan tersebut akan mendapatkan pemasukan yang lumayan. Walaupun tentu saja masih jauh di bawah donatur-donatur besar mereka.
Pendidikan yang menyadarkan orang untuk memberi kepada sesama, walaupun hanya dalam bentuk recehan yang terkumpul dalam celengan bambu, patut diapresisasi. Kaum muslimin seharusnya lebih mampu lagi berpacu dengan orang-orang yang berbeda keyakinan dalam bidang sosial kemasyarakatan. Namun, yang kita saksikan justru sebaliknya. Saat Ramadhan tiba, konsumerisme justru semakin meningkat di dalam tubuh umat Islam. Orang-orang muslim yang punya uang lebih malah lebih banyak belanja barang yang katanya untuk kebutuhan lebaran. Sementara itu, di beberapa tempat malah kita saksikan banyak pengemis bermunculan. Mereka ingin memanfaatkan momen bulan suci ini untuk mengais rezeki dengan cara yang gampang tanpa perlu keluar keringat. Cukup sisihkan harga diri, pasang muka memelas dan recehan pun jatuh ke tangan mereka. Saatnya umat Islam bercermin, baik pada sesamanya atau orang-orang di luar keyakinannya yang ternyata lebih berprestasi di bidang sosial kemasyarakatan. Semoga kita cukup berjiwa besar untuk belajar dari sesama, karena "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka semua orang adalah guru"
Semoga bermanfaat
Bahkan, yang lebih mengagumkan lagi, kedua penerima bantuan tersebut bersedia menyisihkan sebagian penghasilannya untuk Yayasan tersebut. Mereka menabung dalam celengan-celengan bambu yang diberikan relawan yayasan Tzu Chi kepada mereka. Sesudah celengan-celengan itu penuh, para penerima bantuan tersebut dengan sukarela menyerahkannya ke kantor penghubung yang terdekat. Isi celengan-celengan bambu itu memang uang recehan dengan jumlah nominal yang sangat kecil, bahkan ada yang berupa koin yang jika dibawa ke warung rokok mungkin hanya dapat beberapa butir permen. Namun, jika orang-orang yang menyerahkan celengan bambu penuh uang receh itu ke Yayasan Tzu Chi semakin banyak, yayasan tersebut akan mendapatkan pemasukan yang lumayan. Walaupun tentu saja masih jauh di bawah donatur-donatur besar mereka.
Pendidikan yang menyadarkan orang untuk memberi kepada sesama, walaupun hanya dalam bentuk recehan yang terkumpul dalam celengan bambu, patut diapresisasi. Kaum muslimin seharusnya lebih mampu lagi berpacu dengan orang-orang yang berbeda keyakinan dalam bidang sosial kemasyarakatan. Namun, yang kita saksikan justru sebaliknya. Saat Ramadhan tiba, konsumerisme justru semakin meningkat di dalam tubuh umat Islam. Orang-orang muslim yang punya uang lebih malah lebih banyak belanja barang yang katanya untuk kebutuhan lebaran. Sementara itu, di beberapa tempat malah kita saksikan banyak pengemis bermunculan. Mereka ingin memanfaatkan momen bulan suci ini untuk mengais rezeki dengan cara yang gampang tanpa perlu keluar keringat. Cukup sisihkan harga diri, pasang muka memelas dan recehan pun jatuh ke tangan mereka. Saatnya umat Islam bercermin, baik pada sesamanya atau orang-orang di luar keyakinannya yang ternyata lebih berprestasi di bidang sosial kemasyarakatan. Semoga kita cukup berjiwa besar untuk belajar dari sesama, karena "Jika setiap tempat adalah sekolah, maka semua orang adalah guru"
Semoga bermanfaat
2 komentar: