
"Orang miskin itu karena salahnya sendiri dia malas bekerja. Jadi bukan salah siapapun kalau ada orang miskin,"
Marzuki Ali, Ketua DPR-RI
berita dari situs ini
Pagi itu masih gelap pekat, walaupun adzan subuh sudah berlalu dan orang-orang yang shalat berjamaah di masjid-masjid sudah bubar. Saya, sesudah sholat berjamaah di masjid, tidak langsung pulang. Saya masih menikmati segarnya udara pagi di kota kembang Bandung saat itu. Dari arah yang berlawanan, tampak beberapa orang ibu-ibu yang akan berjualan sayuran di pasar dekat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Pasar itu terletak di dataran yang lebih tinggi daripada tempat di mana saya berpapasan dengan mereka. Jarak dari tempat tersebut dengan pasar tujuan mereka masih cukup jauh dan mereka harus melalui jalan mendaki yang cukup curam. Terbayang oleh saya, betapa beratnya perjuangan mereka saat menyambung hidup hari ke hari. Setiap hari harus berjalan sambil membawa dagangan yang banyak dan berat serta harus melalui jalan terjal mendaki. Bagaimana mungkin orang-orang seperti itu bisa dibilang malas?
Para ibu penjual sayuran itu hanya sedikit contoh dari banyaknya orang-orang menengah ke bawah yang harus berjuang menghidupi diri dan keluarga mereka hari demi hari. Kehidupan rakyat di negeri makmur dan kaya ini seakan tidak pernah membaik sedikitpun. Dari sebelum terbit matahari hingga terbenamnya kembali, jutaan rakyat negeri ini bekerja keras membanting tulang memeras keringat di berbagai sektor pekerjaan. Ada yang dari tengah malam buta sampai pagi menyapu jalanan, ada pula yang sudah menggelar dagangannya sebelum matahari bersinar. Namun, kehidupan mereka tak juga membaik karena sistem sosial yang zalim menguasai mereka. Kemiskinan di negeri ini sebagian besar memang kemiskinan struktural. Bisa jadi, diantara orang-orang miskin itu memang ada yagn malas untuk bekerja dan berusaha. Mereka lebih suka tinggal dan bersantai-santai di rumah tanpa peduli pada masa depannya. Namun, sebagian besar rakyat Indonesia menjadi miskin karena kezaliman para penguasanya. Para penguasa lebih suka menyerahkan pengelolaan sumber daya alam pada perusahaan-perusahaan asing ketimbang memberdayakan anak bangsanya sendiri. Mereka lebih percaya kemampuan orang asing daripada bangsanya sendiri. Bahkan, mereka tidak ragu mengeluarkan uang demi membantu IMF, sebuah lembaga keuangan asing yang kerjanya hanya menyengsarakan negera-negara berkembang, termasuk negaranya sendiri. Padahal, akan jauh lebih bermanfaat apabila uang itu dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. IMF seharusnya dibiarkan saja bangkrut agar tidak lagi merusak perekonomian negara-negara berkembang dan membunuh rakyatnya pelan-pelan dengan kelaparan dan pencabutan subsidi.
Memang, terkadang saat berkuasa, orang suka lupa diri dan berbuat seenaknya saja. Lidah yang tidak bertulang itu seakan mudah saja melontarkan kata kata yang seharusnya dipikir dahulu sebelum diucapkan. Kini, ucapan itu sudah terlanjur dikatakan. Hati dan perasaan masyarakat yang mendengar atau membaca ucapan itu kini sudah terluka dan berdarah. Mereka, orang-orang kecil itu, mungkin tidak akan bisa membalas perkataan menyakitkan tersebut. Namun, akan ada yang membalas dengan balasan yang adil setimpal. Yaitu Dia yang tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-hambaNya yang terzalimi, meskipun mereka hanya rakyat kecil yang lemah dan miskin. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah mengutus Mu’adz ke Yaman dan Beliau berkata kepadanya : “Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, karena doa tersebut tidak adah hijab (penghalang) diantara dia dengan Allah”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Semoga bermanfaat
Related Links:
Otak Bung Karno dan Otak Marzuki Alie
Pernyataan Marzuki Alie Sungguh Menyakiti Warga Miskin, Cerminan Penguasa Yang Tidak Melayani Masyarakat
Marzuki Alie dan Kemiskinan
Marzuki Ali: Orang Miskin karena Malas Kerja
Para ibu penjual sayuran itu hanya sedikit contoh dari banyaknya orang-orang menengah ke bawah yang harus berjuang menghidupi diri dan keluarga mereka hari demi hari. Kehidupan rakyat di negeri makmur dan kaya ini seakan tidak pernah membaik sedikitpun. Dari sebelum terbit matahari hingga terbenamnya kembali, jutaan rakyat negeri ini bekerja keras membanting tulang memeras keringat di berbagai sektor pekerjaan. Ada yang dari tengah malam buta sampai pagi menyapu jalanan, ada pula yang sudah menggelar dagangannya sebelum matahari bersinar. Namun, kehidupan mereka tak juga membaik karena sistem sosial yang zalim menguasai mereka. Kemiskinan di negeri ini sebagian besar memang kemiskinan struktural. Bisa jadi, diantara orang-orang miskin itu memang ada yagn malas untuk bekerja dan berusaha. Mereka lebih suka tinggal dan bersantai-santai di rumah tanpa peduli pada masa depannya. Namun, sebagian besar rakyat Indonesia menjadi miskin karena kezaliman para penguasanya. Para penguasa lebih suka menyerahkan pengelolaan sumber daya alam pada perusahaan-perusahaan asing ketimbang memberdayakan anak bangsanya sendiri. Mereka lebih percaya kemampuan orang asing daripada bangsanya sendiri. Bahkan, mereka tidak ragu mengeluarkan uang demi membantu IMF, sebuah lembaga keuangan asing yang kerjanya hanya menyengsarakan negera-negara berkembang, termasuk negaranya sendiri. Padahal, akan jauh lebih bermanfaat apabila uang itu dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. IMF seharusnya dibiarkan saja bangkrut agar tidak lagi merusak perekonomian negara-negara berkembang dan membunuh rakyatnya pelan-pelan dengan kelaparan dan pencabutan subsidi.
Memang, terkadang saat berkuasa, orang suka lupa diri dan berbuat seenaknya saja. Lidah yang tidak bertulang itu seakan mudah saja melontarkan kata kata yang seharusnya dipikir dahulu sebelum diucapkan. Kini, ucapan itu sudah terlanjur dikatakan. Hati dan perasaan masyarakat yang mendengar atau membaca ucapan itu kini sudah terluka dan berdarah. Mereka, orang-orang kecil itu, mungkin tidak akan bisa membalas perkataan menyakitkan tersebut. Namun, akan ada yang membalas dengan balasan yang adil setimpal. Yaitu Dia yang tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-hambaNya yang terzalimi, meskipun mereka hanya rakyat kecil yang lemah dan miskin. Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Nabi SAW telah mengutus Mu’adz ke Yaman dan Beliau berkata kepadanya : “Takutlah kamu akan doa seorang yang terzalimi, karena doa tersebut tidak adah hijab (penghalang) diantara dia dengan Allah”. (H.R. Bukhari dan Muslim).
Semoga bermanfaat
Related Links:
Otak Bung Karno dan Otak Marzuki Alie
Pernyataan Marzuki Alie Sungguh Menyakiti Warga Miskin, Cerminan Penguasa Yang Tidak Melayani Masyarakat
Marzuki Alie dan Kemiskinan
Marzuki Ali: Orang Miskin karena Malas Kerja
15 komentar: