Seorang Raja mengirim putranya yang kelak akan menggantikannya menjadi penguasa kerajaannya kepada seorang guru yang bijaksana. Guru yang juga pernah menjadi pendekar tangguh tak terkalahkan itu tinggal di sebuah gubuk sederhana di tepi hutan. Raja sudah lama mengenal sang guru dan sangat mempercayai beliau. Walaupun bukan penasihat resmi kerajaan, sang Raja sering meminta saran dan nasihat sang guru. Sang guru mengajukan syarat bahwa selama belajar bersamanya, putra mahkota tidak boleh didampingi pengawal atau pelayan dan harus mau membantunya melakukan pekerjaan kasar seperti mengangkut kayu bakar, memasak dan sebagainya. Sang Guru mengatakan bahwa itulah cara yang akan beliau gunakan untuk mendidik putra mahkota. Walaupun agak merasa berat, sang Raja pun akhirnya menyetujui usul tersebut. 
Saat untuk mulai belajar pun tiba, Pangeran itu diantar para pengawal hingga ke tepi hutan. Sang Guru pun menyambut sang Pangeran dan meminta para pengawal agar pergi kembali ke istana Raja. Para pengawal terlihat ragu untuk meninggalkan Sang Pengeran bersama sang Guru. Sang Guru pun berkata dengan tegas "kalau kalian tidak mau mengikuti syarat yang kuajukan, silakan bawa kembali Pangeranmu itu". Sang Pangeran pun segera meminta para pengawal untuk meninggalkannya "Ayahku sudah memerintahkan kalian meninggalkan aku di sini. Kembalilah ke Istana dan laporkan pada ayah aku siap untuk belajar bersama Tuan Guru". Sang Pangeran pun hidup bersama sang Guru dalam kehidupan yang sangat bersahaja dan penuh kesederhanaan. Jangankan standar istana, kehidupan Guru yang bijaksana itu jauh di bawah standar kehidupan rakyat jelata pada umumnya. Awalnya, sang Pangeran seringkali mengeluh karena selama ini terbiasa dengan kehidupan istana yang serba mewah dan nyaman. Sang guru pun sama sekali tidak keberatan, "Kamu boleh kembali ke Istana kapan saja kamu mau, tapi ingat, kalau kau gagal maka kau akan dianggap pecundang dan rakyatmu dan kau akan kehilangan banyak pelajaran berharga".
Hari pun berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan pun berganti tahun. Setelah beberapa tahun tinggal bersama sang Guru, sang Pangeran sudah dianggap cukup menguasai semua pelajaran yang diberikan. Sang Guru pun mengirim surat pada Sang Raja untuk memintanya para pengawal menjemput sang pangeran kembali ke Istana. Namun, pada malam menjelang kepulangan sang Pangeran, tiba-tiba sang Guru mengajaknya pergi ke dalam hutan. "Aku akan memberikan pelajaran terakhir padamu" kata sang Guru "pelajaran ini adalah pelajaran terpenting, yang hanya kuberikan pada murid pilihan sepertimu". Hujan lebat yang turun malam itu membuat suasana hutan menjadi dingin dan mencekam. Namun, karena penasaran dan ingin menerima pelajaran penting tersebut, sang Pangeran tetap mengikuti langkah sang Guru. Pelajaran macam apa yang akan diberikan di dalam hutan yang dingin, gelap dan becek seperti ini, pikir sang Pangeran. Mereka pun sampai di tempat yang licin, penuh lumpur dan genangan air. "Berhenti" kata sang Guru "pejamkan matamu". Sang Pangeran yang penasaran pun memejamkan matanya, menanti pelajaran apa yang akan diberikan. Tiba-tiba, PLAAAAKKKKK
, sebuah tamparan keras mendarat di pipi sang Pangeran. Pangeran tersebut terkejut dan terhuyung-huyung, mencoba mempertahankan keseimbangan tubuhnya. Namun, karena tempatnya licin dan becek, dia tidak dapat melakukannya dan jatuh terjerembab di lumpur. "Kurang ajar" umpat sang Pangeran dalam hati "pelajaran apa ini, aku malah ditampar dan dibuat berlumuran lumpur yang kotor". Dengan penuh rasa kesal dan marah, sang Pangeran pun berusaha kembali ke gubuk tempatnya tinggal bersama sang Guru. Setelah berjalan dengan susah payah menerobos hutan, sang Pangeran pun sampai ke Gubuk dalam keadaan lelah, lapar dan kedinginan. Namun, ternyata sang Guru tidak ada di gubuk tersebut dan yang lebih parah lagi, tidak ada makanan dan pakaian ganti di sana. Sang Pangeran pun terpaksa melewatkan malam itu dalam keadaan letih, lapar dan kedinginan dengan pakaian yang masih basah dan kotor. Untunglah, pagi-pagi sekali para pengawal kiriman ayahnya sudah sampai di sana dan langsung membawa sang Pangeran kembali ke istana.
Bersambung
Note: ini bukan cerita karangan saya,
saya hanya menceritakan ulang dari cerita yang sudah ada
Sumber asli dari buku berjudul Karung Mutiara Al Ghazali terbitan KPG Gramedia

Saat untuk mulai belajar pun tiba, Pangeran itu diantar para pengawal hingga ke tepi hutan. Sang Guru pun menyambut sang Pangeran dan meminta para pengawal agar pergi kembali ke istana Raja. Para pengawal terlihat ragu untuk meninggalkan Sang Pengeran bersama sang Guru. Sang Guru pun berkata dengan tegas "kalau kalian tidak mau mengikuti syarat yang kuajukan, silakan bawa kembali Pangeranmu itu". Sang Pangeran pun segera meminta para pengawal untuk meninggalkannya "Ayahku sudah memerintahkan kalian meninggalkan aku di sini. Kembalilah ke Istana dan laporkan pada ayah aku siap untuk belajar bersama Tuan Guru". Sang Pangeran pun hidup bersama sang Guru dalam kehidupan yang sangat bersahaja dan penuh kesederhanaan. Jangankan standar istana, kehidupan Guru yang bijaksana itu jauh di bawah standar kehidupan rakyat jelata pada umumnya. Awalnya, sang Pangeran seringkali mengeluh karena selama ini terbiasa dengan kehidupan istana yang serba mewah dan nyaman. Sang guru pun sama sekali tidak keberatan, "Kamu boleh kembali ke Istana kapan saja kamu mau, tapi ingat, kalau kau gagal maka kau akan dianggap pecundang dan rakyatmu dan kau akan kehilangan banyak pelajaran berharga".

Hari pun berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan pun berganti tahun. Setelah beberapa tahun tinggal bersama sang Guru, sang Pangeran sudah dianggap cukup menguasai semua pelajaran yang diberikan. Sang Guru pun mengirim surat pada Sang Raja untuk memintanya para pengawal menjemput sang pangeran kembali ke Istana. Namun, pada malam menjelang kepulangan sang Pangeran, tiba-tiba sang Guru mengajaknya pergi ke dalam hutan. "Aku akan memberikan pelajaran terakhir padamu" kata sang Guru "pelajaran ini adalah pelajaran terpenting, yang hanya kuberikan pada murid pilihan sepertimu". Hujan lebat yang turun malam itu membuat suasana hutan menjadi dingin dan mencekam. Namun, karena penasaran dan ingin menerima pelajaran penting tersebut, sang Pangeran tetap mengikuti langkah sang Guru. Pelajaran macam apa yang akan diberikan di dalam hutan yang dingin, gelap dan becek seperti ini, pikir sang Pangeran. Mereka pun sampai di tempat yang licin, penuh lumpur dan genangan air. "Berhenti" kata sang Guru "pejamkan matamu". Sang Pangeran yang penasaran pun memejamkan matanya, menanti pelajaran apa yang akan diberikan. Tiba-tiba, PLAAAAKKKKK

Bersambung

Note: ini bukan cerita karangan saya,
saya hanya menceritakan ulang dari cerita yang sudah ada

Sumber asli dari buku berjudul Karung Mutiara Al Ghazali terbitan KPG Gramedia
8 komentar: