Klang - klang, terdengar suara pisau lipat model Butterfly itu terdengar seakan bunyi lonceng kematian
Aku memutar - mutar pisau yang kurampas dari seorang preman yang mati dalam perkelahian di penjara beberapa waktu yang lalu. Beberapa lama di penjara membuatku cukup terampil mempermainkan senjata yang satu itu.
Namun, yang membuatku mau melakukan hal ini ada di hadapanku. Di tempat orang sakit biasa terbaring, tergeletak seorang perempuan cantik. Perempuan yang sudah lama aku dambakan, bahkan telah menjadi obsesiku selama ini. Akhirnya ...
"Udah, senang-senangnya nanti aja" kata Sagat. Aku memandang dia dengan mata melotot. Mau senang sedikit masa gak boleh, demikian kataku dalam hati.
Si botak bermata satu memang tidak suka orang senang. Kalau saja tidak butuh dukungan mereka, mana mau aku berurusan dengan orang - orang ini.
Sementara itu, Balrog, si mantan petinju yang gemar membunuh lawan di atas ring masih berkonsentrasi menyetir ambulans curian itu. Mobil itu pun menembus malam, menuju tempat yang ditentukan untuk bertemu Vega dan Jendral Bison, serta antek-antek mereka.
Entah bakal dapat pekerjaan kotor apa kali ini, yang penting bayaran sudah di tangan .. demikian pikirku.
3 komentar: