"I have a dream that my four little children will one day live in a nation where they will not be judged by the color of their skin, but by the content of their character."
Martin Luther King, Jr.
Martin Luther King, Jr.
Karena hendak menghadiri sebuah acara di salah satu kota satelit Jakarta, saya pun pergi ke sana naik kendaraan umum. Saya harus berganti kendaraan umum beberapa kali. Di salah satu kendaraan tersebut, seorang berkulit hitam seperti orang Afrika tampak menegur beberapa orang, termasuk saya "Can you speak English" katanya. Saya pun menjawab "yes, I can". "Can you help me?" kata orang tersebut kepada saya. "Yes sir" kata saya. Dialognya sih gak persis-persis banget, maklum sudah kejadian beberapa tahun yang lalu.
Sepertinya ini kali pertama orang Afrika itu menginjakkan kaki ke kota tersebut. Dia tampak gelisah dan berkali-kali menelepon kepada temannya. "do you know the XXXXX Trade Center?" katanya kepada saya. Saya menjawab "Well, I dont know exactly sir, but I think it's over there". Kami pun berjalan ke arah XXXXX Trade Center yang dimaksud. Sebelum sampai, orang Afrika itu sudah menelepon lagi dan berkata "Well, I'll get a taxi then, where can I meet you". Setelah mendengar jawaban dari temannya, dia menanyakan tempat pertemuan yang dimaksud pada saya. Saya pun menjelaskan semampu saya dan mengusulkan agar dia jangan sungkan-sungkan bertanya pada supir taksi nantinya. Sambil menunggu taksi, dia pun bertanya pada saya "What is your job" dan saya bilang saya saat itu masih mencari pekerjaan. Saya pun balik bertanya "and what is yours sir?" Dia bilang dia kerja mengurusi overhead cost. Tak lama kemudian, taksi yang ditunggu pun tiba. Si orang Afrika itu masuk ke dalamnya dan sebelum menutup pintu dia bilang "Well, I might be able to help you". Saya pun pergi melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya, saat bersama si orang Afrika itu saya sudah deg-degan walau tidak terlalu. Namun, saat melanjutkan perjalanan, rasa takut itu semakin terasa saat teringat akan sepak terjang orang-orang Afrika di Indonesia. Banyak diantara mereka yang terlibat peredaran Narkoba. Belum lagi, saya sering menerima e-mail yang menurut pengirimnya berasal dari suatu negara di benua Afrika yang sebagian besar berisi penawaran bisnis dan pengiriman uang. Banyak yang mengatasnamakan keluarga dari orang yang mengalami kecelakaan pesawat dan menjanjikan penerima e-mail komisi sekian persen dari uang warisan mereka. Contoh dari penipuan-penipuan tersebut bisa dibaca di blog yang ini dan blog yang ini. Pokoknya too good to be true deh. Saya berharap, walau tidak ingin berprasangka buruk, biarlah tidak perlu bertemu dia lagi.
Namun, keesokan harinya, dia menelepon ke HP saya, untungnya seingat saya sih saat itu ya sekedar say hello. Dia pun beberapa kali mengirimkan pesan singkat ke HP saya, kadang saya jawab sekenanya dan kadang saya biarkan saya. Dia juga sempat menelepon beberapa kali, namun tidak saya angkat. Sekali saat saya sedang shalat sehingga missed dan sekali saat HP saya berada di rumah milik nenek saya yang hendak dikontrakkan. Jadi beberapa kali telepon missed call terus dan semua itu tidak disengaja. Sesudah itu, dia tidak pernah menghubungi saya lagi. Entah bosan atau kapok saya tidak tahu. Terbersit dalam hati, apakah itu pertolongan Allah SWT untuk saya? Entahlah.
Menurut saya sendiri, xenophobia jenis ini sangat sulit untuk diatasi. Saya pun sampai sekarang tidak berharap ketemu dia lagi walaupun tentu saja saya juga tidak berani menuduh yang macam-macam. Saya tidak ingin menuduh dia hanya karena prasangka atau xenophobia belaka karena memang tidak ada bukti. Manusia tidak selayaknya dianggap orang jahat hanya karena suku bangsa atau warna kulitnya semata. Namun, banyaknya pemberitaan miring tentang orang-orang Afrika berkulit hitam di berbagai media massa dan situs internet bisa menguatkan streotype mereka sebagai penipu dan penjahat. Sehingga, di pundak merekalah terletak kewajiban untuk memperbaiki citra orang-orang kulit hitam agar tidak lagi dianggap penipu dan penjahat serta pengedar narkotika. Saya sendiri, saat mengikuti baksos bersama teman-teman alumni SEFT di Lapas Narkotika Cipinang, sempat melihat dari kejauhan beberapa orang berkulit hitam. Entah apa keperluan mereka di sana, saya tidak tahu.
Xenophobia adalah akar dari rasisme, yang sepanjang sejarah telah menimbulkan banyak sekali korban jiwa dan pertumpahan darah sia-sia. Namun, pihak yang dicurigai juga tidak boleh bersikap reaktif. Mereka harus menjadikan xenophobia yang terlanjur terjadi sebagai tantangan yang harus diatasi. Sebagaimana dicita-citakan dalam pidato sang pejuang kemanusiaan yang terkenal, Martin Luther King Jr, yang berjudul I have a Dream.
Semoga bermanfaat, mohon maaf bagi yang kurang berkenan karena mengandung SARA
Sepertinya ini kali pertama orang Afrika itu menginjakkan kaki ke kota tersebut. Dia tampak gelisah dan berkali-kali menelepon kepada temannya. "do you know the XXXXX Trade Center?" katanya kepada saya. Saya menjawab "Well, I dont know exactly sir, but I think it's over there". Kami pun berjalan ke arah XXXXX Trade Center yang dimaksud. Sebelum sampai, orang Afrika itu sudah menelepon lagi dan berkata "Well, I'll get a taxi then, where can I meet you". Setelah mendengar jawaban dari temannya, dia menanyakan tempat pertemuan yang dimaksud pada saya. Saya pun menjelaskan semampu saya dan mengusulkan agar dia jangan sungkan-sungkan bertanya pada supir taksi nantinya. Sambil menunggu taksi, dia pun bertanya pada saya "What is your job" dan saya bilang saya saat itu masih mencari pekerjaan. Saya pun balik bertanya "and what is yours sir?" Dia bilang dia kerja mengurusi overhead cost. Tak lama kemudian, taksi yang ditunggu pun tiba. Si orang Afrika itu masuk ke dalamnya dan sebelum menutup pintu dia bilang "Well, I might be able to help you". Saya pun pergi melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya, saat bersama si orang Afrika itu saya sudah deg-degan walau tidak terlalu. Namun, saat melanjutkan perjalanan, rasa takut itu semakin terasa saat teringat akan sepak terjang orang-orang Afrika di Indonesia. Banyak diantara mereka yang terlibat peredaran Narkoba. Belum lagi, saya sering menerima e-mail yang menurut pengirimnya berasal dari suatu negara di benua Afrika yang sebagian besar berisi penawaran bisnis dan pengiriman uang. Banyak yang mengatasnamakan keluarga dari orang yang mengalami kecelakaan pesawat dan menjanjikan penerima e-mail komisi sekian persen dari uang warisan mereka. Contoh dari penipuan-penipuan tersebut bisa dibaca di blog yang ini dan blog yang ini. Pokoknya too good to be true deh. Saya berharap, walau tidak ingin berprasangka buruk, biarlah tidak perlu bertemu dia lagi.
Namun, keesokan harinya, dia menelepon ke HP saya, untungnya seingat saya sih saat itu ya sekedar say hello. Dia pun beberapa kali mengirimkan pesan singkat ke HP saya, kadang saya jawab sekenanya dan kadang saya biarkan saya. Dia juga sempat menelepon beberapa kali, namun tidak saya angkat. Sekali saat saya sedang shalat sehingga missed dan sekali saat HP saya berada di rumah milik nenek saya yang hendak dikontrakkan. Jadi beberapa kali telepon missed call terus dan semua itu tidak disengaja. Sesudah itu, dia tidak pernah menghubungi saya lagi. Entah bosan atau kapok saya tidak tahu. Terbersit dalam hati, apakah itu pertolongan Allah SWT untuk saya? Entahlah.
Menurut saya sendiri, xenophobia jenis ini sangat sulit untuk diatasi. Saya pun sampai sekarang tidak berharap ketemu dia lagi walaupun tentu saja saya juga tidak berani menuduh yang macam-macam. Saya tidak ingin menuduh dia hanya karena prasangka atau xenophobia belaka karena memang tidak ada bukti. Manusia tidak selayaknya dianggap orang jahat hanya karena suku bangsa atau warna kulitnya semata. Namun, banyaknya pemberitaan miring tentang orang-orang Afrika berkulit hitam di berbagai media massa dan situs internet bisa menguatkan streotype mereka sebagai penipu dan penjahat. Sehingga, di pundak merekalah terletak kewajiban untuk memperbaiki citra orang-orang kulit hitam agar tidak lagi dianggap penipu dan penjahat serta pengedar narkotika. Saya sendiri, saat mengikuti baksos bersama teman-teman alumni SEFT di Lapas Narkotika Cipinang, sempat melihat dari kejauhan beberapa orang berkulit hitam. Entah apa keperluan mereka di sana, saya tidak tahu.
Xenophobia adalah akar dari rasisme, yang sepanjang sejarah telah menimbulkan banyak sekali korban jiwa dan pertumpahan darah sia-sia. Namun, pihak yang dicurigai juga tidak boleh bersikap reaktif. Mereka harus menjadikan xenophobia yang terlanjur terjadi sebagai tantangan yang harus diatasi. Sebagaimana dicita-citakan dalam pidato sang pejuang kemanusiaan yang terkenal, Martin Luther King Jr, yang berjudul I have a Dream.
Semoga bermanfaat, mohon maaf bagi yang kurang berkenan karena mengandung SARA
28 komentar: