Demo pembuatan kertas daur ulang di Pelatihan Daur Ulang Sampah di Masjid Al Jabbar, Karawaci, Tanggerang. diselenggarakan oleh LTC Pasar Kemis. Diambil menggunakan kamera video ponsel Nokia 6600
Senin, 30 Juni 2008
demo_daur_ulang_3.3gp
Demo pembuatan kertas daur ulang di Pelatihan Daur Ulang Sampah di Masjid Al Jabbar, Karawaci, Tanggerang. diselenggarakan oleh LTC Pasar Kemis. Diambil menggunakan kamera video ponsel Nokia 6600
demo_daur_ulang_2.3gp
demo_daur_ulang_1.3gp
Pelatihan Daur Ulang Sampah, Masjid Agung Al Jabbar, Tanggerang
Assalamualaikum, mumpung lagi online saya sekalian meng-upload foto-foto pelatihan daur ulang sampah yang diadakan di masjid agung Al Jabbar, Karawaci, Tanggerang beberapa waktu yang lalu. Infonya ada di sini
http://kopiradix.multiply.com/calendar/item/10015
Pelatihan diisi oleh Ibu Harini Bambang yang menjelaskan tentang pengolahan sampah organik menjadi pupuk dan pembuatan lobang Biopori.
Ibu Harini mengatakan bahwa yang namanya sampah itu ada 3 macam:
1. sampah organik --> diolah jadi pupuk
2. sampah non organik --> didaur ulang
3. sampah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya), sebaiknya dimusnahkan. Ada kejadian, seorang anak kecil mengambil botol bekas baygon dan mengisinya dengan teh. Saat diminum, dia langsung meninggal dunia.
Pelatihan diisi pula dengan presentasi briket pelastik gelas air mineral dan demo pembuatan kertas daur ulang.
[Report Abuse] - Penghinaan terhadap Muslimah
Assalamualaikum, secara jujur sebenarnya saya tidak suka melakukan hal ini tetapi dengan sangat terpaksa lahir dan batin, saya mengajak rekan-rekan sekalian untuk melakukan
REPORT ABUSE terhadap user
http://muslimahalim.multiply.com/
sebab postingannya benar-benar luar biasa kejam...fitnah!!!!!!!
dia juga tidak mengindahkan etika dan moral.
Mari kita jaga keutuhan kita sebagai pengguna Multiply di Indonesia yang sudah menjalin persahabatan dan persaudaraan selama ini. Jangan sampai persahabatan dan persaudaran kita rusak gara-gara para user yang tidak bertanggung jawab seperti dia.
Atas perhatian rekan-rekan sekalian saya ucapkan terima kasih Mohon maaf bila tidak berkenan.
[vote] Dimana Ultah MPID 2008?
Assalamualaikum, rekan-rekan sekalian. Minta bantuan ya buat voting lokasi ultah MP Indonesia tahun ini. Terima kasih
Foto-foto hasil Survey ke Parung Panjang - Desa Jagabita (desa pesakitan)
temans, ini sedikit foto dari saya..
maaf kalau belum menambahkan keterangan,
diwakilkan dengan tulisan Ari disini yah
Hasil Survey Baksos MPID Tim Jagabita
More photos, please visit
desa_Jagabita_desa_pesakitan_parung_panjang
dibawah ini info dari mas Bayu
Sedikit cerita tentang desa Jagabita
Pernah dengar Kampung Pesakitan? Pasti belum. Karena nama kampung ini memang tidak ada dalam wilayah manapun di negeri ini. Sebutan Kampung Pesakitan bukan nama sebenarnya, hanya sebuah nama yang dilabeli oleh relawan ACT yang Selasa lalu (8/4) lalu mendatangi beberapa kampung dan desa di Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sebagai contoh adalah Desa Jagabita. Perekonomian yang carut marut membuat masyarakat sangat tak berdaya untuk sekadar bertahan hidup secara normal. Yang dimaksud normal disini yakni makan tiga kali sehari, pendidikan berjalan lancar, dan kesehatan terjaga. Jika tiga hal ini menjadi patokan standar kehidupan normal, maka nyaris seluruh warga di desa ini bisa dibilang berkehidupan tak normal.
Ella misalnya, gadis 18 tahun ini menderita sakit kaki gajah sejak usianya masih sekitar dua tahun. Ukuran kakinya saat ini sudah benar-benar seukuran kaki gajah dan tak pernah diobati sama sekali. Hanya sekali dibawa ke puskesmas untuk mendapat pemeriksaan, yakni pada saat Ella berusia dua tahun. Sejak saat itu Ella tidak lagi mendapat pengobatan, padahal kakinya terus membesar.
Usan (47 tahun), Ayah Ella, mengaku tidak punya uang untuk mengobati penyakit anaknya. Sehari-harinya Usan hanya bekerja sebagai buruh serabutan membuat anyaman topi pramuka dari bambu. Setiap hasil anyaman topi itu Usan hanya mendapat upah lima ratus rupiah, dan dalam sepekan ia hanya sanggup membuat tidak lebih dari 20 topi. Itu artinya, penghasilan Usan hanya berkisar sepuluh ribu rupiah. Dengan uang sekecil itulah ia menghidupi isteri dan ketujuh anaknya. “Buat makan saja nggak ada pak, apalagi buat ke dokter”, aku Usan kepada relawan ACT.
Ibu Uun, relawan ACT yang menemani tim ACT ke desa tersebut pun menjelaskan, bahkan untuk ongkos ojeg ke puskesmas pun mereka tidak punya. Kini Ella sudah tidak bersekolah, selain karena terlalu berat membawa-bawa kakinya yang membesar, ia juga malu karena sering diejek teman-temannya. Gadis yang bercita-cita masuk pesantren agar bisa menjadi guru ngaji itu sehari-harinya berdiam diri di kamar dan malu keluar rumah.
Selain Ella, ada juga Rohilah, siswi kelas 2 SD yang mulai terkena kaki gajah. Kaki kanan gadis kecil berusia sepuluh tahun ini memang belum terlihat besar karena baru beberapa bulan menderita kaki gajah. Tetapi dari waktu ke waktu kakinya akan terus membesar jika tidak diobati.
Tidak jauh dari rumah Ella, Mas’ud, 50 tahun, sudah tiga tahun tidak bisa berjalan karena ada benjolan di lututnya. Ia tidak pernah memeriksakan kakinya ke puskesmas karena tidak punya biaya. “Jauh pak, harus naik ojeg. Pulang pergi naik ojeg tidak cukup sepuluh ribu…,” keluhnya.
Gizi Buruk
Tim relawan ACT juga menemui banyak kasus gizi buruk di desa itu. Sebut saja Mamay, 3,5 tahun yang hanya memiliki bobot 8,5 kilogram. Perutnya buncit, matanya sayu serta kulitnya yang layu. Anak-anak seusianya sudah mampu berlari, sedangkan Mamay masih digendong ibunya, Linda (22 tahun) karena belum sanggup berdiri. Ternyata, Mamay masih punya adik yang berusia enam bulan. Total anak Linda berjumlah enam, sementara suami Linda hanya bekerja sebagai guru ngaji.
“Mamay dikasih makan apa bu?” tanya relawan ACT. “Nggak mau makan, paling-paling ASI bareng sama adiknya. Soalnya saya nggak punya uang buat beli susu pak,” ujar Linda.
Rafli, 2 tahun, bobotnya hanya 8 kg. Ikrima, anak kelima dari lima bersaudara berusia 2,5 tahun, berat badannya pun tak lebih dari 9,5 kg. Adalagi Khaerul, bocah berusia tujuh tahun, selain bongkok, ia pun menderita gizi buruk karena berat badannya tidak lebih dari 13 kg. Anak yatim ini tidak terurus karena ayahnya sudah meninggal sedangkan ibunya hanya berdagang asongan di pasar. Khairul yang bongkok ini pun sering menjadi bahan olok-olok teman-temannya.
Tidak berbeda nasib dengan yang lain adalah Anisa. Ketika ditemui gadis berusia dua tahun ini sedang bermain di kubangan lumpur. Eli, sang ibu yang buta sejak kecil, tidak tahu kalau anaknya bergelimang lumpur. Berat badan Anisa hanya 5,5 kg dengan perut membuncit. Anisa tidak pernah mengenal Ayahnya, karena sang Ayah kabur saat gadis itu baru dilahirkan.
Hari sudah gelap, padahal menurut ibu Uun masih banyak yang harus dikunjungi. Selain jumlah balita gizi buruk yang sudah didata sampai diangka 100, anak-anak dan warga dengan penyakit lainnya pun sangat banyak. Ada yang sakit hernia, cacat mental, tumor kulit, TBC paru-paru, dan masih banyak lagi sehingga cukup pantas menamakan wilayah ini sebagai kampung pesakitan.
Ketidakberdayaan ekonomi, ketidaktahuan (baca: kebodohan), juga ketidakadilan sistem kehidupan menjadi penyebab utama kondisi memprihatinkan beberapa desa di wilayah Parung Panjang ini. Bahkan, sebagian warga di Parung Panjang harus tinggal di atas tanah yang bukan milik mereka sendiri, karena tanah-tanah itu sudah menjadi milik orang kota.
Beberapa desa di kecamatan ini bisa dikategorikan sebagai desa tertinggal, untuk bertahan hidup pun mereka harus bersusah payah mengurangi frekuensi makan yang biasanya tiga kali menjadi dua kali, bahkan sekali makan dalam sehari. Kesehatan seperti mimpi terindah yang takkan pernah mereka rasakan, sebab untuk membuat kartu GASKIN (keluarga miskin) pun mereka harus mengeluarkan sejumlah uang yang tak sedikit. Padahal kartu GASKIN inilah satu-satunya harapan mereka bisa mendapat perawatan kesehatan secara gratis. Adakah yang masih peduli?
Kampung Pesakitan, pasti bukan hanya di Parung Panjang. Di banyak wilayah di negeri ini terdapat kampung sejenis, dengan ketidakberdayaan ekonomi, ketertinggalan akses informasi, keterbatasan pengetahuan, serta ketidakadilan system yang mengkerangkeng kehidupan masyarakat bangsa ini. Lihatlah, berapa banyak anak-anak menderita gizi buruk di negeri ini? (Gaw)
Informasi: Bayu Gawtama, 02132855165, 085219068581
Selasa, 24 Juni 2008
Menulis untuk Media Massa
Start: | Jul 1, '08 7:00p |
End: | Jul 1, '08 9:00p |
Location: | Panggung Utama Istora Senayan |
Pukul 19.00 - 21.00 WIB
Tempat: Panggung Utama Istora Senayan
Tema: Menulis untuk Media Massa.
Pengisi acara:
Pak Jonru (founder smo.belajarmenulis.com) - http://jonru.multiply.com/
Pak Dalyanta Sembiring (wakil pemred RDI)
ingin blog anda jadi buku? Datang aja ke acara ini - Dari Blog jadi Buku
Start: | Jul 2, '08 7:00p |
End: | Jul 2, '08 9:00p |
Location: | Panggung Utama Istora Senayan |
Hari/tgl: Rabu, 2 Juli 2008
Pukul: 19.00 - 21.00 WIB
Tempat: Panggung Utama Istora Senayan
Tema: Dari Blog Jadi Buku
Pengisi:
Mbak Helvy Tiana Rosa ( http://helvytr.multiply.com/ )
Mbak Ari ( http://srisariningdiyah.multiply.com/ )
Sabtu, 14 Juni 2008
[PUISI] Layar Raksasa
di layar raksasa para peragawati memperagakan adibusana
di jalanan para pengemis berpakaian seadanya
di layar raksasa ditampilkan iklan kamar mandi mewah
di sungai di belakangnya, orang mandi dan mencuci dengan air limbah
di layar raksasa tampillah iklan mobil-mobil mewah
dalam angkutan umum, para penumpang berkeluh kesah
di layar raksasa, tampillah rumah-rumah serba megah
di belakang gedung-gedung, gang-gang sempit dengan kemiskinan yang parah
di sekitar layar raksasa, pertokoan mewah mengelilingnya
di depan pertokoan, para pengemis meminta-minta
di layar raksasa, iklan barang-barang mahal dan mewah silih berganti
di sekitarnya, banyak masyarakat miskin makin menjerit dari hari ke hari
di hotel-hotel di sekitar layar raksasa, para tamu dimanja dan dilayani
di jalanan sekitarnya para tunawisma tidak tahu bagaimana nasibnya di esok hari
Inilah kisah yang pernah terjadi,
saat Layar Raksasa pernah berdiri
di daerah Bundaran HI
tempat yang sering jadi ajang demonstrasi
Namun, walaupun kini Layar Raksasa telah tiada
bersama berbagai kenangan bersamanya
namun keadaannya masih relatif sama
dan semakin bertambah parah setiap harinya
Hati-hati pinjam meminjam barang - Pengalaman masa kecil
Harun Yahya, Romanticism: A Weapon of Satan, page 114-115
(diterjemahkan dan diterbitkan oleh Dzikra dengan Judul: Ancaman di balik Romantisisme)
Saya sendiri tetap berkhusnudzon alias berprasangka baik pada partai tersebut sebab menurut pengetahuan saya segala sesuatu memerlukan proses. Banyak sekali manusia di dunia ini yang tidak mau melalui proses yang sesuai dengan syariat dan sunatullah. Tentu sulit bagi kita untuk mengubah sesuatu yang sudah lama rusak menjadi baik kembali dalam waktu singkat betapapun besar tekad dan keinginan kita.
Kejadian di atas mengingatkan saya pada pengalaman yang tidak menyenangkan yang terjadi saat saya masih duduk di bangku suatu Sekolah Menengah Pertama di Jakarta.
Pada waktu itu saya dan teman-teman sedang gandurng sekali main Video Game. Walaupun saat itu Video games masih sangat sederhana, tetapi bagi kami sudah cukup menghibur dan bikin ketagihan. Namun, karena pada waktu itu software video games tersebut masih dikemas dalam bentuk cartridge, maka harganya sangat mahal. Tidak seperti CD yang sangat mudah dibajak sehingga harganya jadi sangat murah. Nah, salah satu cara mengantisipasi kebosanan akibat main game yang itu-itu saja adalah dengan saling meminjam cartridge video games milik teman. Namun, ternyata rasa tanggung jawab anak-anak SMP pada waktu itu sangat kurang. Bukan saja masalah disiplin belajar atau membuat pekerjaan rumah alias PR, tetapi juga dalam rangka menjaga amanah barang-barang milik teman-teman mereka. Salah satu contohnya adalah meminjamkan cartridge game milik orang lain ke teman yang lain tanpa izin yang punya.
Pada saat itus aya punya seorang teman bernama X (laki-laki, bukan nama sebenarnya). Kami sama-sama suka main game sehingga kami cepat sekali dekat satu sama lain. Pulang sekolah bareng, main bareng. Saya juga senang sih karena si X ini kayaknya orangnya baik, terlalu baik malah. Lama-lama saya jadi tidak nyaman sendiri.
Pernah suatu hari, pulang dari sekolah, kami mampir ke sebuah tempat permainan ding-dong (bahasa kerennya Arcade, tempat main game dengan koin atau uang logam). Nah, pada saat itu saya, yang sedang membawa cartridge game milik teman adik saya. Dan, saat saya memeriksa tas, Astaghfirullah, ternyata cartridge game tersebut hilang. Akhirnya dengan berat hati dan setelah melalui pertengkaran yang cukup hebat, orang tua saya terpaksa mengganti cartridge game yang lumayan mahal itu.
Namun, terus terang saya belum pernah punya teman sebrengsek si X ini. Dia juga pernah menipu saya sehingga mainan action figures (orang-orangan favorit saya) entah bagaimana bisa dia ambil dan bawa pulang dengan sukses. Lalu dia membuat saya stress berat saat dia menekan saya saat saya tanpa sengaja menghilangkan kalkulator scientific yang saat itu masih mahal harganya. Saat itu saya dipaksa mengumpulkan uang untukmengganti kalkulator tersebut tetapi saya tidak boleh bilang orang tua, alasannya saya sudah cukup membebani orang tua selama ini. Saya sendiri sampai sekarang tidak tahu apakah kalkulator itu hilang karena saya atau karena dia atau karena orang lain. Bisa jadi saya dijebak. Dia juga sering menakut-nakuti saya dengan ancaman bahwa dia tahu gang yang ada disekitar tempat tinggal saya. Untunglah kedua orang tua saya masih membela saya mati-matian dan bahkan memperkarakan hal ini ke sekolah. Saya lihat dia takut juga.
Terakhir dia minta saya meminjamkan gitar saya, gitar satu-satunya. Saat itu entah dari mana saya punya keberania untuk menolak. Walaupun dia marah-marah, saya tidak peduli. Setelah itu, saya tidak pernah bertemu dengan dia sampai hari ini. Semoga Alloh SWT memberinya hidayah dan membuat dia kembali ke jalan yang benar. Namun, saya juga yakin bahwa di negeri ini masih banyak X yang lain, yang hanya memikirkan dirinya sendiri dan selalu berusaha mengambil keuntungan dari orang lain tanpa memikirkan akibat jangka panjang yang ditimbulkan.
Kisah pengalaman saya di atas bisa jadi hanya merupakan suatu fragment kecil dari kebodohan dan kemiskinan yang melanda bangsa ini. Masyarakat yang sudah susah, miskin, bodoh dan sakit-sakitan ini malah dikasih hiburan yang berlebihan, bukannya dididik dan dilatih agar siap menghadapi tantangan. Hiburan yang akhirnya malah membuat amanah, yaitu barang pinjaman, malah jadi awal dari hancurnya persahabatan dan konflik yang berkepanjangan.
Terus saya berpikir lagi, apakah kebodohan dan kemiskinan tersebut sengaja dipertahankan agar orang-orang yang sedang berkuasa bisa mempertahankan kekuasaannya? Bukankah artinya ada ”social time bomb” (bom waktu sosial) yang bisa meledak setiap saat seperti zaman Revolusi Prancis dan sebagainya. Ingat, George Santayana pernah mengatakan “Whoever forget the past, are condemned to repeat it” (siapa yang melupakan sejarah, maka dia akan ditakdirkan mengulanginya). Inilah masalah bangsa kita, melupakan sejarah baik sejarah bansanya sendiri apalagi sejarah dunia. Mereka juga tidak melihat bahwa banyak sekali karunia dari Alloh SWT di sekitar mereka dan kenyataan bahwa banyak orang yang bisa keluar dari kemiskinan. Menyedihkan sekali.
Jumat, 13 Juni 2008
Pengajian AMMA KAZI
Start: | Jun 22, '08 10:00a |
End: | Jun 22, '08 12:00p |
Location: | Gedung Sabili Jl Cipinang Cempedak III / 11 A Polonia - Jakarta Timur |
AMMA-KAZI adalah sebuah forum kajian yang khusus mengupas Zionisme-Yahudi dan pengaruhnya ( Liberalisme, Sekularisme dan Pluralisme ) terhadap Dienul Islam.
Insya Allah rutin diselenggarakan setiap bulan pada ahad ke-4 dengan nara sumber dan tema ulasan yang perbeda pada setiap kajiannya.
Pada kesempatan ini akan diselenggarakan:
Tempat : Gedung Sabili
Jl Cipinang Cempedak III / 11 A
Polonia - Jakarta Timur
Waktu : Ahad, 22 Juni 2008, jam 10.00 WIB- selesai
Narasumber : Bp Drs Mowo Purwito
( Mantan Pendeta, aktivis PDS )
Tema : The Hidden Mission Of Christianity
Besar harapan kami atas kehadiran Ikhwan dan Akhwat, semoga kita dapat memetik hikmah dari inti kajian ini. Jazakallah
Wassalam
Sabtu, 07 Juni 2008
Multiply - Secure, Family-Friendly Media Sharing
Link untuk melacak PM yang sudah dikirim selama ini
Jumat, 06 Juni 2008
Kekerasan Terselubung dalam Perbuatan MAXIAT
Berbicara tentang FPI, tentu saja kita tidak bisa memisahkan pembicaraan kita dari yang namanya perbuatan maxiat.
Mari sejenak kita berempati pada para orang tua yang anak-anaknya hobby melakukan berbagai macam perbuatan maxiat seperti judi, mabuk, main perempuan (yang gak bener) dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan seperti itu tentu akan melukai perasaan dan membuat malu para orang tua tersebut. Belum lagi apabila anak yang suka maxiat itu adalah pengangguran yang hanya bisa minta (nodong??) orang tuanya agar bisa terus bermaxiat. Bayangkan betapa berat beban yang ditanggung para orang tua tersebut, baik secara moral, emosional apalagi finansial. Jika para pelaku maxiat itu tidak bisa lagi dapat dari orang tua mereka, tentu saja mereka akan terjerumus untuk melakukan berbagai macam tindak kejahatan. Saya pernah membaca di suatu majalah ada orang tua yang anaknya kena Narkoba berkata pada salah satu teman sang anak "Jika anak saya mati, maka kamu juga harus mati. Saya tidak peduli walaupun saya harus masuk penjara sekalipun!!"
Para guru tentu akan merasa kecewa dan sedih apabila murid-murid tidak lagi rajin belajar dan tekun berlatih sehingga sulit menyerap pelajaran yang diberikan karena perhatian mereka terpusat pada berbagai macam hiburan di layar TV dan sebagainya. Rasanya sia-sia saja para guru tersebut lelah-lelah mengajar di sekolah, kursus dan institusi pendidikan lainnya. Belum lagi pengaruh tayangan seperti Smackdown yang beberapa waktu yang lalu makan korban beberapa anak kecil yang mencoba melakukan bantingan-bantingan tanpa berlatih terlebih dahulu.
Bagaimana dengan istri-istri dari para lelaki yang hobby bermaxiat dengan pergi ke tempat pelacuran baik yang tersebar di berbagai tempat di negeri ini? Seandainya pun mereka terpaksa menahan perasaan marah dan kecewa karena kelakuan para suami, para istri tersebut rawan terkena macam-macam penyakit kelamin sebagai "oleh-oleh" dari pasangannya.
Jangan salahkan apabila banyak orang yang sudah tidak percaya pada hukum dan sistem hukum di negeri ini. Sudah jamak beredar di sekitar kita suatu "lelucon" (sebenarnya sih tidak lucu) yang berbunyi "Apabila maling masuk penjara, maka begitu dia keluar dari penjara dia akan jadi maling yang lebih lihai". yang lebih parah tentu saja apabila penjara sudah jadi "training center" untuk para penjahat agar mereka bisa lebih hebat lagi dalam berbuat kejahatan.
Sudah lama saya berpikir bahwa orang tua, guru dan masyarakat yang resah karena perbuatan-perbuatan maxiat dan tempat-tempat maxiat yang menjamur bak cendawan di musim hujan itu seakan-akan tidak punya hak azasi untuk bisa tenang mendidik dan membesarkan anak-anak mereka tanpa dicengkram ketakutan dan rasa was-was berlebihan. Apakah hak azasi hanya milik sebagian pihak dan bukan milik pihak lain, terutama mereka yang termasuk "Silent Majority"?????
Link terkait:
- Ulama Aceh: Pemerintah Jangan Hanya Melihat Aspek Kekerasan FPI
- Ferry Nur: Lihat Kebaikan FPI
- Membongkar Jaringan AKKBB (Bag.1)
- Kenapa FPI anarkis?
Semoga bermanfaat, maaf jika tidak berkenan
Kerusuhan di Monas - pengalihan isu BBM??????
"Berikan kepada saya kewenangan untuk mencetak uang dan mengatur keuangan suatu negara, dan setelah hal itu terjadi saya tidak peduli kepada para pembuat hukum di negara tersebut"
Meyer Amschel Rothschild (1743 - 1812) pendiri dinasi Rotschild
Beberapa hari ini perhatian kita semua terpusatkan ke kejadian di monas hari ahad 1 juni 2008 yang lalu. Begitu gencarnya pemberitaan media massa baik cetak maupun elektronik, online maupun offline.
Lalu, seperti yang bisa sama-sama kita duga, ada pihak-pihak yang menginginkan agar FPI segera dibubarkan. mereka beralasan bahwa FPI selalu melakukan tindak kekerasan. namun, benarkah apabila FPI dibubarkan, kekerasan akan berhenti dengan sendirinya?
Tulisan kali ini tidak akan membahas masalah pembubaran FPI atau yang sejenisnya, namun saya hanya ingin curhat masalah yang lain namun ada hubungannya dengan masalah kerusuhan di MOnas kemarin itu.
Saya pernah baca bukunya om Robert Kiyosaki yang berjudul Cashflow Quadrant (sequel-nya Rich Dad Poor Dad). Dalam buku itu disebutkan bahwa apabila dalam suatu negara terjadi kekacauan atau perang (seperti di Indonesia sekarang ini), maka yakinlah bahwa seorang atau lebih kapitalis sudah masuk ke sana, bahkan mungkin sudah masuk duluan. Dalam keadaan damai dan tenang, kapitalis bisa meraih untung besar. Dalam keadaan perang dan penuh kekacauan, para Kapitalis bisa meraih untung lebih besar lagi.
Kalimat dalam buku inilah yang dari dulu menyebabkan saya tidak simpati dengan om Robert ini. Memang sih banyak ilmu dari beliau yang bisa berguna bagikita ,tetapi kata -kata itu sangat bikin saya sakit hati.
Nah, coba kita bandingkan kalimat di atas dengan yang ini:
"Berikan kepada saya kewenangan untuk mencetak uang dan mengatur keuangan suatu negara, dan setelah hal itu terjadi saya tidak peduli kepada para pembuat hukum di negara tersebut"
Meyer Amschel Rothschild (1743 - 1812) pendiri dinasi Rotschild (dikutip dari buku Pak Z.A. Maulani, Zionisme menaklukkan Dunia)
Maka, berdasarkan hal-hal di atas, saya mohon maaf bila saya (karena kebodohan saya, ngaku aja) cenderung percaya bahwa masalah kerusuhan di Monas dan isu pembubaran FPI serta begitu banyak kekacauan lainnya di negeri ini adalah upaya pengalihan perhatian masyarakat dari kenaikan harga BBM atau kepentingan kapitalis lainnya, minmal ada hubungannya.
Beritanya ada di sini
BBM Dinaikkan Agar Pemain Asing Masuk
Penjajahan Korporasi Asing Atas Migas Indonesia
Semoga bermanfaat, mohon maaf bila tidak berkenan